Mohon tunggu...
Humaniora

Neraka Sisi Lain Fenomena Kehidupan yang Menanti Manusia Setelah Kematiannya

14 Desember 2016   02:14 Diperbarui: 21 Juni 2017   20:12 180
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Itulah kenyataan yang terhampar pasti dan melanda hampir seluruh manusia di dunia. Siapakah yang dipersalahkan bila saat ini para manusia tidak mengetahui dan menyadari akan pentingnya pencapaian dalam kehidupan batin untuk meraih kebahagiaan di akhirat.

Apakah kesalahan dari manusia yang tidak ingin mencari pengetahuan itu dengan kesungguhan hati? Apakah salah manusia yang merasa puas dengan apa yang didapatnya dan tidak berusaha untuk selalu mencari pengetahuan yang benar? Apakah salah manusia itu pula yang tidak memilah orang yang tepat untuk dapat membimbingnya dan memberikan pengetahuan yang benar tentang kebahagiaan batin bagi kehidupan di akhirat? Ataukah salah dari manusia yang telah memberikan bimbingan dan pengajaran semu tanpa suatu kebenaran yang pasti bagi manusia lainnya?

Tidak akan ada habisnya dan tidak akan memberi manfaat apabila menghabiskan waktu untuk mencari pembenaran atau mencari kesalahan dari siapa yang bertanggung jawab dalam hal itu.

Masalah kebahagiaan batin dan kehidupan di akhirat adalah mutlak merupakan sebuah hubungan pribadi antara seorang manusia dengan Tuhannya. Artinya usaha untuk mencapai kehidupan akhirat itu adalah merupakan tanggung jawab pribadi yang harus terus diemban, dicari dan dilakukannya dengan semaksimal mungkin untuk meraihnya.

Kalaupun seorang manusia mendapat bimbingan dari seorang manusia lainnya itupun tidak terlepas dari akal pikir yang digunakannya untuk selalu mencari pengetahuan tanpa batas waktu, tanpa mengenal lelah untuk selalu mencari dan mencari kehidupan akhirat itu.

Sebenarnya, selain menggunakan akal pikir yang mungkin pula terbatas adanya, manusia memiliki pembimbing sejati yang tidak akan pernah membohongi dirinya dan akan selalu menuntunnya kepada kebenaran, tetapi sayangnya, jangankan berkomunikasi dengan pembimbing itu, mengetahui keberadaanya saja, hampir sebagian manusia tidak mengetahui.

Seorang pembimbing yang akan membantu dirinya untuk dapat memilih sebuah petunjuk yang sebenar-benarnya, yaitu nurani atau percikan dari keberadaan Tuhan di dalam diri. Dengan nurani itulah seorang manusia akan dituntun dan dibimbing untuk dapat menemukan seorang manusia yang benar-benar dapat mengantarkannya kepada sebuah kebahagiaan hidup lahir dan batin, dunia dan akhirat dengan sejati. Yang akan membimbingnya mencapai kebahagiaan hidup yang sempurna, tanpa sedikitpun memikirkan sebuah nilai atau materi dari pengetahuan kebenaran yang di sampaikannya.

Ingatlah bahwa Tuhan Yang Maha Kuasa itu adalah pasti, sehingga sebuah pengetahuan yang menghantarkanmu kepada kebahagiaan dunia akhirat itu harus pula memberikan suatu kepastian yang menghantarkanmu kepada tempat yang penuh cahaya dan kebahagiaan abadi setelah kematian.

Manusia-manusia hendaknya selalu meluangkan waktu untuk merenung dan jujur terhadap diri sendiri. Jujur dengan kejujuran yang sebenarnya, tentang apa yang telah dilakukannya selama ini dan apakah yang telah diraihnya dalam rangka mencapai kehidupan dunia khususnya akhirat.

Dengan jujur terhadap diri sendiri, maka seorang manusia akan dapat menyadari tentang kekeliruan yang telah dibuatnya dan akan memunculkan tekad dan semangat untuk memperoleh bimbingan dan pengetahuan yang sebenar-benarnya tentang kehidupan batin atau akhirat.

Dalam keheningan, bermohonlah kasih sayang dan petunjuk dari Yang Maha Kuasa, tanggalkanlah segala keegoanmu dan juga pengetahuan semu yang meracuni dirimu. Dengan kepasrahan yang sepasrah-pasrahnya, dirimu akan menemukan satu titik petunjuk tentang kebenaran yang sejati dalam kehidupan dunia dan akhirat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
  17. 17
  18. 18
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun