2. Neraka Yang Dilalui Secara Langsung Tanpa Perpindahan Dimensi Waktu dan Perwujudan
Jiwa manusia yang telah terlepas dari raga dan komponen lainnya, maka jiwa manusia itu akan langsung dihadapkan pada suatu kondisi yang berbeda-beda, yang merupakan pengejawantahan dari neraka itu sendiri.
Â
Neraka yang harus dilalui jiwa manusia dalam kondisi ini terbagi menjadi beberapa hal, antara lain :
a.Neraka yang harus dirasakan disatu tempat tertentu yang dikenalnya.
Jiwa seorang manusia setelah terlepas dari jasad dan komponen lainnya, maka tetap akan melewati suatu fase ketakutan dan kebingungan akan arah dan tujuan yang harus dilalui berikutnya, termasuk apa yang harus dilakukan dalam kondisi kehidupannya saat itu.
Jiwa manusia pada awalnya akan berada disebuah tempat yang dikenalnya, atau bisa berupa tempat tinggalnya sewaktu masih berada di dunia. Sebagian jiwa manusia akan tertarik untuk meninggalkan tempat tinggal yang dikenalnya itu dan kemudian menuju ke suatu tempat lainnya yang akan dijelaskan kemudian dan ada pula yang tetap tertahan untuk berada ditempat tinggal yang dikenalnya itu.
Dalam tingkatan neraka ini, sebenarnya merupakan sebuah bentuk penderitaan yang bisa dikatakan lebih rendah dari pada tingkatan neraka berikutnya. Karena dalam hal ini, jiwa manusia tersebut terhindar dari penderitaan yang akan dialaminya pada neraka-neraka lainnya. Tetapi walaupun jiwa manusia itu berada ditempat tinggal yang dikenalnya dan menempati salah satu bagian dari tempat tinggal itu, serta berada ditengah orang-orang yang dikenalnya semasa hidup, tetapi tetap merupakan penderitaan tersendiri.
Untuk awal-awal keberadaanya di tempat yang dikenalnya itu, mungkin dirinya masih belum menyadari penderitaannya atau masih merasa senang berada di tempat itu, tetapi lambat laun dirinya akan merasakan kesendirian kesunyian, kehampaan, sekaligus ketakutan, karena tidak ada satupun makhluk lainnya yang dapat berkomunikasi dengannya.
Dirinya merasakan kesedihan, karena tidak dapat berbagi dan harus menjadi penonton saja dari segala aktivitas yang berada di tempat tinggal itu. Bahkan dirinya pun harus merasakan kesedihan yang panjang manakala perlahan tetapi pasti dirinya mulai dilupakan dan jarang disebut lagi tentang keberadaannya sewaktu masih berada di dunia.
Apalagi kesedihan dan penyesalan yang dirasakannya manakala melihat orang-orang dekatnya mengalami nasib buruk ataupun salah jalan dalam kehidupannya, sehingga menjadi manusia-manusia yang tidak baik, berperilaku buruk, dan hal-hal tidak baik lainnya, yang harus setiap saat disaksikannya dan terjadi di dalam kehidupan dari orang-orang yang dikenalnya, bahkan disayangnya.