BAB III
BENTUK KEHIDUPAN DAN KONDISI MANUSIA DI DALAM NERAKA
Setiap manusia, siapapun dirinya tidak akan pernah berharap atau memimpikan pada akhirnya nanti akan menghabiskan keabadian hidupnya di dalam neraka.
Walaupun manusia tidak mengetahui secara pasti bagaimana keberadaan di dalam neraka itu, tetapi secara garis besar, manusia menggambarkan bahwa neraka adalah tempat yang penuh dengan siksaan dan penderitaan.
Penggambaran itu dapat dikatakan benar, walaupun bagaimana kondisi nyata tentang bentuk penderitaan yang harus dijalani manusia itu, hingga saat ini menjadi pembahasan yang belum menemukan ujung dan menjadi perdebatan yang tiada akhir.
Apabila pengetahuan tentang kehidupan neraka ini dapat diketahui oleh seluruh manusia, maka akan menjadi sesuatu hal yang dapat mengemparkan secara batin setiap manusia.
Secara batin, dapat dipastikan bahwa siapapun manusia yang mengetahui tentang kehidupan yang harus dijalani di dalam neraka, maka mereka akan dilanda rasa ketakutan yang tiadatara dan kebingungan bagaimana untuk menghindari hal itu. Kemana harus mencari pengetahuan itu dan upaya apa untuk menyelamatkan diri mereka.
Secara batin merekapun akan menyadari, bahwa apa yang telah mereka lakukan dan raih selama ini, hanyalah masih merupakan bayang-bayang semu yang tanpa kepastian, bahkan mereka pun menyadari dan menjerit, betapa sangat merindukannya pengetahuan yang dapat menarik mereka menjauhi dari tempat yang sangat mereka takuti itu.
Perwujudan di dalam batin manusia dapat dipastikan sama, tetapi sayangnya, ketika rasa itu telah dipengaruhi oleh fisik manusia itu, maka akan timbulah beraneka ragam respon dan pendapat secara fisik oleh manusia itu.
Sebagian besar dari manusia, dimana batinnya telah tertutupi oleh monopoli fisik, justru akan berdebat dalam diri sendiri dan menyangkal tentang kebenaran yang didapatnya, merasa bahwa itu sesuatu hal yang dibesarkan dan merasa pula bahwa diri selama ini telah melakukan sesuatu yang benar.
Sebagaian dari manusia pula akan diam terpaku, mereka tidak mengetahui apa yang harus dilakukan. Mereka tidak membenarkan atau menyalahkan, karena keterbatasan daya tangkap mereka atau mereka benar-benar tidak memahami tentang kondisi yang mereka alami.