4
Seminari Penjara Suci
Usai liburan semester satu, aku mulai mencari-cari informasi, ke mana aku mau melanjutkan sekolah usai SMA. Gereja menjadi tujuanku. Papan pengumuman di depan gereja menjawab keinginanku. Pengumuman penerimaan calon seminaris. Ku tuju kantor paroki dan bertanya bagaimana memenuhi syarat sebagaimana tertera di dalam banner itu.
Mas Andre pegawai sekretariat membawa aku menghadap ke Rama Vincent, dan menjelaskan aku mau apa.
"Kamu kan ketua OSIS di SMA mu, Gaby ya? Rama sudah dengar dari kepala sekolah pas perayaan Natal kemarin, bagaimana kamu serius mau masuk?" tanya Rama Vincent
"Iya Rama, serius, apa aja yang harus saya persiapkan?" Tanyaku dengan sungguh-sungguh.
"Tidak usah terlalu khawatir, biasanya Februari pembukaan, melihat kamu, mendengar cerita tentang kamu dari sekolah, Rama tidak khawatir soal syarat-syaratnya. Tinggal wawancara dari pihak para rama di sana yang menentukan. Saya tidak punya hak untuk mengatakan apa-apa. Berdoa saja, nanti kalau berkas dari Seminari datang, bisa Mas Andre hubungi kamu. Tinggal saja nomer HP atau email kamu di sekretariat..." panjang lebar rama memberikan gambaran awal untuk ku.
Masuk sekolah, khabar masih samar ini aku ceritakan ke Angie dengan semangat. Menengok pun tidak dia, hanya membuka novelnya, yang aku yakin dia tidak membaca apalagi mengerti isinya. Padahal aku seneng banget menceritakannya.
Ah dia marah karena Minggu kemarin, liburan terakhir mengajak aku cari buku aku malah ke gereja. Dia mengatakan ke gerejanya Sabtu saja, padahal aku bertemu Rama enaknya pas hari Minggu, mana bisa Sabtu malam bertemu Rama. Biasa ngambeg.
"Masih ngambeg gegara aku gak mau nemeni ke toko buku?" tanyaku langsung,
"Biasakan, kenapa mesti ngambeg?" jawabnya misteri, ada kata biasa segala.