Singkat cerita, aku dan Reina telah sampai di sebuah kampung,dengan jalan setapak yang sudah sedikit rusak. Suasananya dingin, masih banyak pepohonan di pinggir jalan.
Jarak antara rumah yang satu dengan yang lainnya sedikit memiliki jarak.
Sembari aku melihat-lihat, Reina tampak sedang menelpon, tidak tahu siapa yang dia hubungi, mungkin orangtua ataupun temannya.
Selesai menelpon,Reina menatapku dan tersenyum sembari berkata,
"ada yang sedang melihatmu."
Mendengar hal itu aku hanya terdiam, mengerutkan dahi seolah ingin mengatakan bahwa aku tidak tahu apa maksud dari perkataannya.
"Sudahlah,lupakan. Yuk kita masuk," kata Reina.
Kemudian Reina menepi di salah satu tiang gerbang,dan terlihat mengambil sesuatu disitu. Reina menghampiriku dan meletakkan sedikit "lumut hijau" yang dia ambil dari salah sati tiang gerbang nama kampung tersebut.
"Untuk apa ini Rei?"
"Menurut kepercayaan di kampungku ini, jika kamu pergi ataupun berada disuatu tempat yang belun pernah kamu datangi, carilah lumut,dan letakkan di kepalamu. Biarkan disana sampai jatuh atau menghilang dengan sendirinya."
Ku turuti perkataan Reina, entah untuk apa, aku tidak tahu.
Kami melanjutkan perjalanan menuju rumah Reina, yang katanya tidak jauh dari persimpangan jalan besar.
Di tengah perjalanan menuju rumah Reina, ada satu pohon yang terasa aneh ketika kulihat. Daunnya lebat serta batang pohonnya yang begitu besar, berbeda dari pohon-pohon di sekelilingnya.
Merinding,namun aku tetap berfikir positif. Saat ketika aku melewati pohon itu seakan-akan ada yang mengintip dati balik pohon. Aku memutarkan leherku 90, dan tak ada sesuatu disitu. Ingin aku menanyakan tentang pohon itu pada Reina, tetapi aku mengurungkan niatku.