"Kamu habis mimpi ya? " Reina memotong perkataanku.
"Sepertinya begitu Rei. Syukurlah kalau itu cuma mimpi."
"Iya, kamu sih pakai acara tidur segala sore-sore. Kata orang, bisa mimpi buruk lho."
"Ya udah aku ke toilet dulu, cuci muka."
"Iya."
Kepalaku masih merasakan pusing tak tak mampu kutahan. Banyak pertanyaan yang terngiang-ngiang di otakku. Seakan pertanyaan itu terbang melingkar di atas kepala.
Benarkah ini semua hanya mimpi?. Atau jangan-jangan ini hanyalah sebuah ilusi?
Ku cubit tanganku. Terasa sakit. Ternyata bukan mimpi. Sungguh mimpi yang buruk.
Masih termenungku di toilet. Berdiri tegap menatap sebuah cermin yang sangat besar. Ku basuh mukaku dengan air dingin dan esekali menatap cermin.
Aku merasakan sesuatu, seolah ada seseorang sedang berdiri di belakangku. Ku lihat cermin, ada wajah yang tak asing muncul disana.
Gilang, Dimas dan Bayu. Wajah mereka terpampang jelas, dengan muka pucat serta darah yang mengalir dari sela rambut mereka.
Sontak aku membalikkan badan, dan tidak mendapati sosok itu disana. Mereka menghilang. Rasa takutku kian bertambah saat aku melihat cermin kembali dan mereka terlihat lebih seram ddi sebelumnya. Mata yang melotot membuat lututku bergetar.