Mohon tunggu...
Cahyadi Takariawan
Cahyadi Takariawan Mohon Tunggu... Konsultan - Penulis Buku, Konsultan Pernikahan dan Keluarga, Trainer

Penulis Buku Serial "Wonderful Family", Peraih Penghargaan "Kompasianer Favorit 2014"; Peraih Pin Emas Pegiat Ketahanan Keluarga 2019" dari Gubernur DIY Sri Sultan HB X, Konsultan Keluarga di Jogja Family Center" (JFC). Instagram @cahyadi_takariawan. Fanspage : https://www.facebook.com/cahyadi.takariawan/

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Inilah Pertolongan Pertama Pada Keluarga Bermasalah

6 Juni 2016   16:21 Diperbarui: 6 Juni 2016   21:47 2848
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi. aifs.gov.au

Manusia tidak bisa lepas dari permasalahan kehidupannya. Seberapa jauh seseorang menghindar, masalah tersebut tetap akan mengikutinya. Realitasnya, ada orang yang bisa menghadapi permasalannya sendiri namun ada pula yang tidak mampu menyelesaikan sendiri. 

Beberapa orang memerlukan bantuan untuk mengurai dan menyelesaikan masalahnya. Beberapa orang ingin berkeluh kesah namun tidak tahu tempat yang tepat. Akibatnya, masalahnya tidak selesai, justru semakin berkembang luas.

Demikian pula dalam kehidupan keluarga. Banyak masyarakat yang terlilit berbagai problematika hidup berumah tangga, sejak dari yang ringan hingga yang berat. Sebagian dari mereka dengan mudah mampu menyelesaikan persoalan rumah tangga mereka sendiri. 

Sebagian yang lain merasa sangat kesulitan untuk bisa keluar dari permasalahan. Bahkan ada yang benar-benar menghadapi jalan buntu ketika menghadapi persoalan dalam rumah tangga.

Data Kementrian Agama RI menyebutkan, tahun 2009: menikah 2.162.268 kejadian, cerai 216.286 kejadian. Tahun 2010 : menikah 2.207.364 kejadian, cerai 285.184 kejadian. Tahun 2011 : menikah 2.319.821 kejadian, cerai 258.119 kejadian. Tahun 2012 : menikah 2.291.265 kejadian, cerai 372.577 kejadian. Tahun 2013 : menikah 2.218.130 kejadian, cerai 324.527 kejadian. Ambil data tahun 2012 dan 2013 saja, angka perceraian di dua tahun itu sekitar 350.000 kasus. Berarti dalam satu hari rata-rata terjadi 959 kasus perceraian, atau 40 perceraian setiap jam.

Hal ini sudah bisa mengindikasikan banyaknya masalah keluarga yang sudah memasuki kategori darurat. Ada kondisi darurat keluarga yang tidak mampu diselesaikan oleh keluarga itu sendiri, hingga mereka mengambil jalan pintas dengan perceraian. Padahal sesungguhnya masih akan terbuka banyak opsi apabila mereka bersedia untuk melakukan mediasi kepada pihak yang tepat dan memiliki kompetensi.

Reselga (Relawan Konselor Keluarga)

Pada saat keluarga berada dalam situasi darurat, hingga tidak mampu menyelesaikan persoalan mereka sendiri, di saat itulah orang memerlukan bantuan dan intervensi pihak lain yang memiliki kompetensi. 

Secara profesional, mereka bisa meminta pertolongan kepada para psikolog, psikiater dan konselor, sesuai konteks permasalahannya. Namun profesi ini serasa masih sangat “jauh” dari jangkauan masyarakat kita pada umumnya. Masyarakat masih banyak yang enggan datang ke kantor pelayanan profesi psikolog, psikiater dan konselor.

Untuk itu, perlu dicetak para relawan yang berada di tengah kehidupan masyarakat, yang bertugas secara sosial untuk membantu orang lain yang memerlukannya. Para relawan ini diharapkan mampu membantu orang-orang di sekitarnya, dalam mengurai berbagai permasalahan kehidupan pribadi maupun keluarga. 

Untuk memudahkan penyebutan, para relawan ini saya sebut sebagai Relawan Konselor Keluarga, yang saya singkat dengan Reselga. Disebut relawan, karena memang sifat pekerjaannya sosial, bukan profesional.

Dalam dunia konseling profesional, pihak yang memberikan konseling disebut sebagai konselor, sedangkan pihak yang memerlukan konseling disebut sebagai klien. Dalam bahasan kali ini, saya menggunakan istilah Reselga untuk menunjukkan bahwa mereka bukanlah seorang profesional. 

Mereka adalah pekerja sosial yang dibekali, dilatih, dibimbing dan disupervisi oleh ahli dari berbagai disiplin ilmu. Mereka adalah para tokoh masyarakat, atau para pemuka agama, atau para aktivis sosial yang sudah terbiasa bekerja dalam corak sosial, membantu masyarakat yang memerlukan bantuan.

Para relawan konselor keluarga inilah yang diharapkan menjadi pihak yang memiliki kompetensi untuk membantu mengurai permasalahan klien. Mereka bertugas untuk memberikan pertolongan pertama terhadap situasi darurat keluarga yang dihadapi masyarakat di sekitar mereka. 

Dikatakan pertolongan pertama, karena tugasnya adalah membantu membuat suasana lebih baik, lebih tenang, lebih nyaman. Jika klien memerlukan bantuan yang lebih komprehensif, bisa dirujuk kepada para profesional, tergantung konteks permasalahannya.

Kualifikasi dan Kompetensi Reselga

Siapapun bisa menjadi Reselga, tidak memerlukan kualifikasi pendidikan khusus. Hanya saja, ada beberapa kualifikasi standar personal yang perlu digunakan untuk menemukan sosok Reselga di tengah denyut kehidupan masyarakat. Siapakah yang layak dan tepat untuk menjadi Reselga? Beberapa kualifikasi berikut bisa memandu mencari orangnya:

a. Memiliki kehidupan pribadi dan keluarga yang positif dan layak menjadi teladan kebaikan

b. Memiliki pribadi yang suka menolong orang lain secara suka rela

c. Betah mendengarkan pembicaraan orang lain

d. Bersifat peduli dan peka terhadap persoalan orang lain

e. Bersifat supel, senang bergaul dan berinteraksi

Sedangkan kompetensi Reselga ditunjukkan dengan kesediaan mereka untuk mengikuti dan melakukan hal-hal berikut:

a. Bersedia mengikuti Pelatihan dan Pembekalan sebagai Reselga

b. Bersedia melakukan pembelajaran mandiri

c. Bersedia mendapatkan supervisi dan evaluasi

d. Bersedia berperan sebagai Reselga di tengah masyarakat

Dari segi latar belakang pendidikan, mereka bisa dari jenis dan jenjang apapun. Yang lebih menentukan keberhasilan tugas Reselga adalah kesediaan mereka untuk dilatih, dibekali, dibimbing dan disupervisi dalam melaksanakan tugas-tugasnya. 

Mungkin sebagian dari kita bertanya, apa ada orang yang mau secara sukarela berperan sebagai Reselga, tanpa gaji dan apresiasi materi? Saya meyakini, masih banyak pribadi yang peduli untuk berbagi waktu, pikiran dan tenaga dalam rangka membantu orang lain yang memerlukannya.

Sumber Gambar: www.about.islam.com
Sumber Gambar: www.about.islam.com
Empat Jenis Layanan Reselga

Para Reselga ini, secara umum dibekali dan dilatih dengan berbagai macam ketrampilan dasar konseling, termasuk ilmu modifikasi perilaku sederhana. Diharapkan mereka mampu melakukan dan memberikan empat layanan sosial : curhat, konsultasi, bimbingan, dan konseling, kepada masyarakat yang memerlukannya.

Oleh karena itu, pemahaman secara utuh terkait teknik mengurai persoalan keluarga untuk para relawan konselor keluarga yang akan menjadi fasilitator dalam pelatihan keluarga di masyarakat menjadi sangat penting.

Pertama, Menerima Curhat

Sebagian klien datang kepada para relawan konselor sekedar ingin curhat, sekedar ingin menumpahkan perasaan hatinya yang terpendam dan menyakitkan. Mereka ingin berbagai kesedihan, agar kesedihan mereka semakin berkurang bahkan hilang. Kadang mereka ingin berbagai kebahagiaan, agar kebahagiaan mereka semakin optimal terasakan.

Pengertian Curhat

Curhat adalah istilah gaul, yang kepanjangannya adalah curahan hati. Yang dimaksud dengan curhat adalah aktivitas seseorang menceritakan perasaan hatinya, menyangkut hal yang menggelisahkan, menakutkan, mengkhawatirkan, bahkan juga yang sangat membahagiakan dirinya. Dalam bahasa psikologi disebut dengan katarsis. Namun curhat jauh lebih ringan dari aktivitas katarsis.

Sekedar curhat, memerlukan orang yang tepat dan berkompeten. Jika curhat dilakukan kepada orang yang tidak tepat dan tidak berkompetensi, akan membuat persoalan semakin melebar dan membesar. Bukan menyelesaikan masalah, justru bisa menambah rumit masalah.

Fungsi Curhat

Pada dasarnya seseorang selalu memerlukan orang lain, karena manusia adalah makhluk sosial. Ketika seseorang mengalami kesedihan, salah satu hal yang membuat hati tenang adalah dengan menceritakan kesedihan atau kegalauan hatinya kepada orang lain. Didengarkan keluhannya saja, sudah menjadi penenang jiwa. Bahkan untuk contoh kasus tertentu, dengan menceritakan semua masalahnya, ternyata masalah itu sudah “hilang”, karena selama ini menjadi beban. Menjadi hilang setelah beban itu dicurahkan kepada orang lain.

Curhat tidak dapat menyelesaikan akar masalah. Namun curhat adalah metoda untuk menyelesaikan masalah dengan jalan penyaluran emosi (emotional focus coping). Seseorang yang sedang galau, akan merasa lebih baik dan lebih nyaman apabila ia menceritakan kegalauan yang dirasakannya kepada orang lain. Jadi, fungsi curhat adalah untuk membuat suasana jiwa atau emosi lebih stabil, lebih tenang, dan lebih nyaman.

Metoda curhat sangat dibutuhkan sebagai upaya pengkondisian klien agar memiliki suasana jiwa yang tenang sehingga siap menerima saran dan masukan dari relawan konselor.

Metode Curhat

Seorang relawan konselor keluarga, bisa menerima curhat dari masyarakat yang memerlukan, dengan menggunakan beberapa metode berikut ini.

  • Mendengarkan semua cerita klien

Masyarakat yang datang kepada relawan konselor keluarga dengan mambawa masalah yang ingin diceritakan, sangat lega dan bahagia apabila didengarkan dengan seksama. Maka tugas relawan adalah mendengarkan, tanpa memotong, tanpa menginterupsi, tanpa membatasi. Biarkan klien bercerita mencurahkan semua perasaan hatinya.

  • Respon empati

Saat klien bercerita, berikan respon empati yang menunjukkan relawan mengikuti, mengerti, dan bisa merasakan suasana yang sedang dihadapi klien. Respon empati bisa ditunjukkan dengan tatapan mata, raut wajah yang tulus, anggukan kepala, ungkapan kecil seperti, “Oh ya, saya mengerti”.

  • Apresiasi positif

Saat klien selesai bercerita, berikan apresiasi positif kepadanya. Bisa dalam bentuk pujian, atau ungkapan kekaguman, atau memberikan isyarat seperti mengacungkan jempol. Sampaikan kepada klien bahwa anda sangat menghargai usahanya datang dan bercerita tentang semua kegelisahannya. Sampaikan pujian bahwa klien adalah orang yang hebat dan akan bisa menghadapi masalah dengan baik.

  • Motivasi

Setelah menceritakan semua perasaan hatinya, berikan motivasi kepada klien. Bahwa mereka telah dikaruniai jiwa dan badan yang lengkap dan sehat oleh Tuhan, untuk bisa menghadapi semua masalah dalam kehidupan. Berikan motivasi positif agar klien bisa menyelesaikan masalah mereka dengan baik.

Etika Menerima Curhat

Dalam menerima curhat dari masyarakat yang datang, seorang relawan konselor keluarga terikat oleh etika berikut:

  • Merahasiakan jati diri klien

Klien yang datang dengan membawa masalah yang ingin diceritakan kepada relawan, harus dirahasiakan jati dirinya. Relawan konselor tidak boleh menceritakan masalah klien secara terbuka kepada pihak lain. Semua rahasia klien menjadi tanggung jawab relawan konselor untuk menyembunyikannya.

  • Tidak mengambil kesimpulan sepihak

Klien yang datang sendirian menceritakan masalah keluarganya, pasti hanya bercerita dari versi dirinya sendiri. Seorang relawan konselor tidak boleh terjebak dalam mengambil kesimpulan secara sepihak, karena dalam sebuah masalah keluarga, selalu ada andil dari kedua belah pihak yang tengah terlibat konflik.

  • Tidak menggurui dan menghakimi

Seorang relawan konselor tidak boleh bertindak menggurui klien atau menghakimi klien. Fungsi relawan adalah mendengarkan semua keluhan klien yang datang, bukan untuk menggurui atau menghakimi. Klien juga tidak akan senang apabila relawan konselor bertindak sok tahu dengan menggurui dan menghakimi masalahnya. Kadang klien bahkan hanya ingin didengarkan curhatnya.

  • Tidak menginstruksi

Seorang relawan konselor tidak berhak menginstruksi klien. Relawan hanyalah pihak yang bertindak memberikan pertolongan pertama terhadap situasi krisis yang tengah dihadapi klien. Curhat adalah upaya untuk melepaskan beban permasalahan, maka yang diperlukan oleh klien adalah didengarkan dan direspon dengan empati. Relawan konselor tidak menginstruksi klien dengan berbagai hal yang harus dilakukan. Klien akan merasa tenang setelah didengarkan, cukup diberikan motivasi dan apresiasi positif, tidak perlu diberikan instruksi.

Kedua, Melayani Konsultasi

Sebagian masyarakat datang hanya untuk menanyakan sesuatu hal. Mereka memiliki persoalan yang ingin ditanyakan jawabannya, maka Reselga melayani konsultasi untuk memberikan jawaban sesuai yang dibutuhkan. Tentu saja, reselga bukanlah person yang mengetahui segala hal, mereka memiliki banyak keterbatasan. Namun dalam dunia konsultasi ini, ada ketrampilan merujuk dan merekomendasi yang dimiliki oleh Reselga.

Pengertian Konsultasi

Konsultasi adalah kegiatan yang bercorak tanya jawab. “Anda bertanya, kami menjawab”. Klien bertanya, relawan konselor memberikan jawaban. Sifatnya jangka pendek, dan cenderung tidak berkelanjutan. Seseorang klien datang untuk menanyakan hal yang memerlukan jawaban. Maka relawan konselor keluarga bertugas memberikan jawaban, atau memberikan rekomendasi dan referensi agar masyarakat bisa mengakses jawaban dari pertanyaan yang mereka ajukan.

Fungsi Konsultasi

Fungsi dari kegiatan konsultasi adalah memberikan informasi dan jawaban yang diperlukan oleh masyarakat (klien), terkait berbagai dinamika kehidupan keluarga. Yang diperlukan oleh masyarakat yang melakukan konsultasi adalah jawaban dari berbagai pertanyaan mereka. Ketika sudah mendapatkan jawaban yang memuaskan, maka konsultasi sudah selesai. Jika relawan tidak mengetahui jawabannya, bisa memberikan akses rujukan dan rekomendasi kepada masyarakat.

Metode Konsultasi

Dalam menjalankan kegiatan konsultasi, relawan konselor bisa mengaplikasikan beberapa metode berikut ini :

  • Konsultasi tatap muka

Yang dimaksud dengan dengan konsultasi tatap muka adalah, klien datang langsung bertemu dengan relawan konselor keluarga. Klien langsung bertanya, dan langsung mendapatkan jawaban dari relawan.

  • Konsultasi online

Saat ini masyarakat luas sudah sangat melek teknologi informasi dan komunikasi. Maka salah satu kegiatan konsultasi bisa dilakukan melalui metode online. Baik melalui sarana email, atau menggunakan berbagai fitur komunikasi seperti whatsApp, telegram, Line, dan lain sebagainya.

  • Konsultasi media

Konsultasi juga bisa dilakukan melalui media yang berkembang di masyarakat. Misalnya, ada komunitas masyarakat yang mengembangkan media buletin atau majalah mini untuk komunikasi antar warga, maka sekaligus bisa digunakan untum media konsultasi.

  • Konsultasi Nonformal

Kegiatan konsultasi sebagai aktivitas sosial sebenarnya sudah dilakukan oleh banyak kalangan masyarakat setiap hari. Di majelis taklim, di warung makan, di kafe, di kantor, di pasar, bahkan di gardu ronda, sudah lazim ada orang mengobrol menyampaikan pertanyaan kepada teman, dan direspon oleh teman itu dengan sejumlah jawaban. Ini yang dimaksud konsultasi nonformal. Karena tampak sangat alami dan bukan seperti tanya jawab.

Seorang tukang potong rambut bisa menjadi konsultan bagi pelanggan setianya. Seorang sopir taksi bisa menjadi konsultan bagi pelanggannya, dan seterusnya. Ketika seseorang sering menjadi tempat curhat, maka sesungguhnya ia juga telah menjadi seorang konsultan yang menjawab berbagai pertanyaan. Bisa pula dilakukan lewat sms, telepon, email, chatting, dan seterusnya.

Etika Konsultasi

Dalam menjalankan layanan konsultasi, Reselga terikat oleh beberapa etika sebagai berikut:

  • Menjawab sesuai kapasitas pengetahuan

Seorang relawan konselor hendaknya hanya menjawab pertanyaan yang sesuai dengan kapasitas pengetahuan dirinya. Tidak perlu memaksa untuk menjawab semua pertanyaan klien jika memang tidak mengetahui jawabannya. Ingat, relawan bukan gudang jawaban. Relawan hanya membantu sebatas pengetahuan yang dimilikinya. Tidak perlu malu untuk mengatakan “saya tidak tahu”, jika memang relawan tidak tahu jawabannya.

  • Merujuk atau memberi rekomendasi

Ketika relawan tidak mengetahui jawaban dari pertanyaan yang disampaikan klien, hal yang harus dilakukan adalah merujuk atau memberi rekomendasi kepada klien. Yang dimaksud merujuk adalah dengan menyampaikan jawaban dari rujukan, seperti buku, makalah, majalah, dan lain sebagainya sesuai tema. Yang dimaksud rekomendasi, adalah memberi tahu klien agar ia bertanya kepada pihak lain yang lebih berkompeten dalam masalah tersebut.

  • Tidak memberikan jawaban yang memperuncing permasalahan

Hal yang sangat penting diperhatikan para relawan adalah, jangan memberi jawaban atau informasi yang bisa berdampak semakin memperuncing permasalahan. Lebih baik mengatakan tidak tahu, daripada memberikan jawaban yang justru memperparah persoalan. Contohnya adalah jawaban berikut : “Kalau istri kamu berlaku seperti itu, pukul saja dia”. Ini bisa memperuncing masalah, karena menyarankan KDRT.

  • Tidak memberikan jawaban yang melanggar etika dan norma

Sebagai relawan, tugas kita adalah mengarahkan masyarakat menuju kebaikan. Maka jangan memberikan jawaban yang menyebabkan klien tergerak melakukan kegiatan atau tindakan yang melanggar etika dan norma. Misalnya, “Kamu ikut selingkuh saja daripada hati kamu disakiti terus dengan perselingkuhan suamimu”. Ini jelas jawaban yang melanggar etika dan norma.

Ketiga, Memberikan Bimbingan

Kadang kala, klien datang bukan karena ada suatu konflik atau masalah serius. Mereka memerlukan saran dan pertimbangan, atau memerlukan second opinion dari orang lain untuk mereka jadikan pertimbangan dalam mengambil keputusan. Misalnya, satu keluarga muda sedang bimbang apakah dana yang mereka miliki digunakan untuk membeli rumah, atau membeli mobil atau naik haji. Mereka merasa memerlukan saran pihak lain, inilah yang dimaksud dengan layanan bimbingan.

Pengertian Bimbingan

Bimbingan adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh orang yang ahli kepada seseorang atau beberapa orang individu, baik anak-anak, remaja, orang dewasa, atau keluarga; agar orang yang dibimbing dapat mengembangkan kemampuan dirinya sendiri dan mandiri dengan memanfaatkan kekuatan individu dan sarana yang ada dan dapat dikembangkan berdasarkan norma-norma yang berlaku.

Tujuan Bimbingan

Bimbingan bersifat preventif, yaitu menghindarkan individu, komunitas atau keluarga dari hal-hal negatif yang tidak diinginkan. Berbeda dengan aktivitas konseling yang bersifat kuratif dan penyelesaian permasalahan yang terlanjur terjadi. Bimbingan lebih mengarahkan pribadi dan keluarga agar tidak terjatuh ke dalam permasalahan yang sesungguhnya bisa dihindari

Bimbingan merupakan bantuan yang diberikan kepada individu atau sekumpulan individu dalam menghindari atau mengatasi kesulitan-kesulitan hidupnya, agar individu dapat mencapai kesejahteraan dalam kehidupannya. Para ahli mengungkapkan, bahwa bimbingan diadakan dalam rangka membantu setiap individu untuk lebih mengenali berbagai informasi tentang dirinya sendiri dan lingkungan sekitarnya.

Yang diperlukan oleh mereka yang mendapat bimbingan adalah penguatan, pengarahan, pencerahan, agar mereka bisa bersikap secara lebih baik dan lebih positif dalam menjalani kehidupan berumah tangga.

Teknik Memberikan Bimbingan

Untuk melaksanakan bimbingan yang baik diperlukan teknik-teknik yang tepat. Hal itu agar teknik tersebut dapat efektif untuk mencapai keberhasilan dalam bimbingan. Teknik-teknik tersebut harus disesuaikan dengan masalah, kondisi klien, dan kapasitas dari Reselga sendiri. Teknik bimbingan dibagi menjadi dua, yaitu individu dan kelompok.

Adapun beberapa teknik dalam memberikan layanan bimbingan antara lain:

Home room program

Bimbingan dilakukan secara tidak formal, dengan membuat suasana seperti di dalam rumah mereka sendiri. Bukan bersuasana kantoran, namun lebih bersuasana rumahan. Dengan demikian situasi akan lebih akrab, sehingga klien lebih terbuka mengemukakan masalah-masalah yang dihadapinya.

Wisata

Bimbingan bisa juga diberikan dalam bentuk wisata. Ini apabila bentuknya kelompok. Rekreasi memberikan kesempatan seseorang untuk mengamati objek. Kegiatan wisata dapat mendorong aktivitas penyesuaian diri, kerja sama, tanggung jawab, kepercayaan diri, serta membangun kembali intimacy (keintiman) dari seluruh anggota keluarga.

Kegiatan kelompok

Bentuk kegiatan kelompok yang dapat dilakukan seperti kelompok belajar, kelompok bermain, diskusi kelompok, dan sebagainya. Seseorang berkesempatan untuk memecahkan masalah bersama-sama. Selain mengembangkan kemampuan sosial, dapat pula menambah kepercayaan diri sebab seseorang dilatih memecahkan masalah secara mandiri.

Keempat, Layanan Konseling

Sebagian masyarakat sudah berada dalam situasi konflik. Mereka tengah mengalami ketegangan hubungan dalam keluarga, seperti konflik suami dan istri, konflik orang tua dengan anak, atau konflik antar sesama anggota keluarga lainnya. Ketika konflik tersebut sudah tidak mampu mereka selesaikan secara mandiri, sesungguhnya mereka memerlukan keterlibatan pihak lain untuk mendamaikan dan memediasi persoalan mereka. Disinilah Reselga bisa memegang peranan penting.

Pengertian Konseling

Konseling adalah bantuan yang diberikan oleh seorang pembimbing (konselor) kepada seorang konseli atau sekelompok konseli (klien, terbimbing) untuk mengatasi problemnya dengan jalan wawancara, dengan maksud agar klien atau sekelompok klien tersebut mengerti lebih jelas tentang problemnya sendiri dan mampu memecahkan problem sesuai dengan kemampuannya, dengan mempelajari saran-saran yang diterima dari Konselor.

Hubungan dalam konseling itu bersifat membantu (helping) bukan memberi (giving) atau mengambil alih pekerjaan orang lain. Membantu tetap memberi kepercayaan kepada klien untuk bertanggungjawab dan menyelesaikan permasalahannya sendiri dengan dorongan dan motivasi.

Tujuan Konseling

Seringkali ketika mendengar istilah konseling, yang terbayang oleh benak kita hanyalah sebuah proses bantuan yang dilakukan konselor kepada klien untuk membantu menyelesaikan masalahnya. Padahal dalam konseling, aktivitas yang terjadi bukan hanya sempit, sekedar mencari jalan penyelesaian masalah. Namun ada berbagai tujuan yang lebih luas dan lebih mendalam daripada sekedar mencari jalan penyelsaian masalah.

Kegiatan konseling memiliki sejumlah tujuan yang positif. Dari berbagai kepustakaan, didapatkan berbagai tujuan konseling, di antaranya:

  • Tujuan perkembangan

Yang dimaksud dengan tujuan perkembangan adalah, klien dibantu dalam proses pertumbuhan dan perkembangannya serta mengantisipasi hal-hal yang akan terjadi pada proses tersebut, seperti perkembangan kehidupan sosial, pribadi, emosional, kognitif, fisik dan sebagainya.

  • Tujuan pencegahan

Dalam mencapai tujuan pencegahan, konselor membantu klien menghindari kondisi-kondisi yang tidak diinginkan. Ada kondisi tertentu yang tidak diinginkan oleh klien, maka konselor membantu klien untuk menemukan cara agar bisa menghindari atau mencegah munculnya kondisi yang tidak diinginkan tersebut.

  • Tujuan peningkatan

Untuk mencapai tujuan peningkatan, klien dibantu oleh konselor untuk meningkatkan ketrampilan dan kemampuan memecahkan masalah. Klien sesungguhnya memiliki kemampuan untuk menyelesaikan masalahnya sendiri, namun perlu bantuan dan intervensi konselor dalam penyelesaian masalah yang dihadapi.

  • Tujuan perbaikan

Dalam mencapai tujuan perbaikan, klien dibantu oleh konselor untuk mengatasi atau menghilangkan perkembangan atau kondisi yang tidak diinginkan. Kondisi yang tidak diinginkan tersebut sudah terjadi, dan klien ingin melakukan perbaikan.

  • Tujuan penyelidikan

Dalam mencapai tujuan penyelidikan, konselor bersama klien menguji kelayakan suatu tujuan, atau memeriksa pilihan-pilihan dalam upaya penyelesaian masalah, atau mencoba langkah serta aktivitas baru yang berbeda dari yang sudah dilakukan sebelumnya, dan lain sebagainya.

  • Tujuan penguatan

Dalam mencapai tujuan penguatan, konselor membantu klien untuk menyadari apa yang dilakukan, dipikirkan dan dirasakan. Kadang klien datang hanya memerlukan penguatan dari cara pandang dan langkah yang sudah direncanakan sebelumnya. Klien memerlukan penguatan dari cara pandang konselor.

  • Tujuan kognitif

Dalam mencapai tujuan kognitif, konselor bersama klien berproses untuk menghasilkan pondasi bagi pembelajaran dan ketrampilan kognitif. Ada sejumlah pengetahuan kognitif yang diperlukan klien untuk bisa menyelesaikan masalahnya.

  • Tujuan fisiologis

Dalam mencapai tujuan fisiologis, konselor bersama klien berinteraksi untuk menghasilkan pemahaman dasar dan kebiasaan hidup yang lebih baik. Konselor mengajak klien untuk memahami berbagai pola hidup yang sehat dan bermartabat.

  • Tujuan psikologis

Dalam mencapai tujuan psikologis, konselor membantu meningkatkan motivasi hidup, mengembangkan ketrampilan sosial yang baik, belajar mengontrol emosi, mengembangkan konsep diri positif dalam diri klien, dan lain sebagainya.

  • Tujuan Solutif

Dalam konseling, konselor bersama klien berproses bersama untuk mencari jalan keluar dari permasalahan yang sedang dihadapi. Konselor mengarahkan klien agar mampu mengambil keputusan terbaik bagi upaya penyelesaian masalahnya sendiri.

Aktivitas Konseling

Dari tinjauan konselor, maka aktivitas konseling secara umum terbagi atas empat tahap sebagai berikut:

  • Membangun relasi

Yang dimaksud adalah membuat hubungan yang lebih nyaman antara konselor dengan klien. Ketika klien adalah orang yang belum dikenal sama sekali oleh konselor, maka harus ada upaya membangun kedekatan emosional agar suasana konseling tidak berjalan kaku dan menegangkan.

Hal ini bisa dilakukan dengan menyapa terlebih dahulu, memperkenalkan diri, dan menyampaikan bahwa konselor bersedia membantu membersamai klien dalam permasalahan yang dihadapi. Setelah itu konselor meminta kepada klien untuk memperkenalkan diri. Buat suasana rileks dan santai, agar klien merasa nyaman dan aman berada bersama konselor.

  • Memahami kedalaman masalah

Pada tahap ini, klien mulai menceritakan masalahnya. Kadang cerita ini bisa sedemikian runtut sehingga mudah dipahami Reselga. Namun kadang cerita tidak runtut karena suasana emosional klien, sehingga membuat sulit dipahami oleh Reselga. Tugas Reselga adalah berusaha memahami sejauh mana kedalaman masalah tersebut.

Biarkan saja klien menceritakan semua yang ingin diceritakan. Reselga tidak layak memutus atau memotong pembicaraan klien, karena akan mengganggu konsentrasi dan “mud” untuk mengungkap permasalahannya. Di bagian akhir cerita klien, Reselga bisa mengkonfirmasi bagian yang dianggap kurang jelas, atau menyampaikan ulang persepsi Reselga atas masalah klien untuk mendapatkan kesamaan cara pandang.

  • Mencari solusi-solusi alternatif bersama klien

Setelah memahami kedalaman dan keluasan masalah, maka Reselga bersama klien mencari solusi alternatif yang mungkin dilakukan. Reselga harus menggunakan perspektif kemampuan klien, maka pertanyaannya adalah, “Menurut anda, apa yang bisa anda lakukan untuk menyelesaikan masalah tersebut?”. Bukan kalimat, “Anda harus mengerjakan sepuluh langkah sebagai berikut”.

Reselga harus membangkitkan kemampuan klien dalam mencari solusi alternatif, agar sesuai dengan kemampuan dirinya. Reselga tidak layak mengukur kemampuan klien dengan kemampuan dirinya, atau dengan kemampuan orang lain, karena setiap klien adalah unik dan spesifik. Jika klien tidak bisa mengungkapkan alternatif solusi yang akan dilakukan, maka Reselga bisa membimbing dengan beberapa pertanyaan tentang apa yang sudah dilakukan oleh klien selama ini, dan apa yang mungkin ia lakukan di waktu yang akan datang.

  • Memutuskan jalan keluar terbaik

Bantu klien untuk mencari berbagai cara yang dapat dilakukan guna menyelesaikan masalah dengan baik. Diskusikan pendapat dan perasaan mereka sampai mereka dapat memutuskan cara yang dianggap paling baik dari berbagai alternatif yang mungkin klien kemukakan. Reselga membimbing dan membingkai jalan keluar yang terbaik dari hasil konseling.

Jalan keluar ini muncul dari klien sendiri, sehingga sesuai dengan daya dukung dan kemampuan yang dimiliki. Reselga hanya memberikan penguatan serta catatan atas langkah yang akan dilakukan klien. Karena klien sendirilah yang akan melakukan serangkaian langkah tersebut, maka sudah selayaknya semua diukur dengan perspektif kemampuan klien, bukan perspektif dan kemampuan Reselga.

  • Penyelesaian dan evaluasi.

Pada tahap ini, telah ada kesepakatan sementara antara Reselga dengan klien untuk melakukan suatu tindakan tertentu, yang akan dilakukan evaluasi pada waktu tertentu pula. Reselga harus menegaskan dan memotivasi bahwa klien pasti akan mampu keluar dari masalah dengan baik.

Konseling dinyatakan selesai, berdasarkan beberapa ukuran berikut. Pertama, karena waktu yang disediakan oleh Reselga sudah habis. Setiap melakukan konseling, harus ada kesepakatan batasan waktu yang disampaikan kepada klien. Misalnya, konseling akan berlangsung dalam waktu satu jam. Dengan demikian, konseling (sesi pertama) berakhir, karena waktu yang disediakan sudah habis. Jika tidak ada batasan waktu, konseling akan sangat melelahkan bagi Reselga, apalagi bagi Reselga pemula.

Kedua, karena sudah terdapat kesimpulan antara Reselga dengan klien, walaupun waktu yang tersedia belum habis. Misalnya pada konseling sesi kedua dan seterusnya, ternyata baru setengah jam, Reselga dan klien sudah menemukan titik temu dan kesepakatan tertentu. Maka konseling bisa berakhir, walau waktu masih tersedia.

Pada akhir sesi konseling, sampaikan kepada klien bahwa konseling sesi ini sudah selesai dan klien boleh menghubungi lagi apabila ada perkembangan

Penutup

Demikianlah beberapa aktivitas yang bisa dilakukan oleh para Reselga. Walaupun bekerja secara sosial, atau suka rela, namun mereka terlatih, terbekali, dan tersupervisi oleh para ahli. Di sini letak peran penting Pemerintah menjalin potensi berbagai pihak, seperti kampus, pesantren, kalangan tokoh masyarakat, tokoh agama, dan berbagai organisasi profesi terkait, untuk melatih dan mencetak para Reselga.

Yogyakarta, 6 Juni 2016

Terimakasih kepada tim JFC : Sujono UNY, Aimma Chusna UNY, Ima Heni Rochayati UNY, Hanna Imamah UNYdan Muthiah Muthohhiroh UNYyang berhari-hari menemaniku menyusun draft Reselga ini. Semoga menjadi amal jariyah bagi kalian dan membuat kesuksesan hidup kalian, dunia akhirat. Aamiin.

Ilustrasi :

1. www.angelrie.wordpress.com

2. www.about.islam.com 

Referensi :

Anwar Sutoyo, 2009, Bimbingan dan Konseling Islami, Teori dan Praktik, Semarang, CV Widya Karya
Cahyadi Takariawan, Curhat Norak dan Curhat Bijak,
Cahyadi Takariawan, Lima Larangan Curhat
Cahyadi Takariawan, Di Indonesia, 40 Perceraian Setiap Jam: Gerald Corey, 2007, Konseling Psikoterapi, Bandung, Refika Aditama

Gibson, R.L. & Mitchell, M.H, 1995, Introduction to Guidance, New York, Macmillan Publisher

H.M. Arifin, 2003, Teori-Teori Konseling Agama dan Umum, Jakarta, PT Golden Terayon Press

Isep Zainal Arifin, 2009, Bimbingan Penyuluhan Islam: Pengembangan Dakwah Melalui Psikoterapi Islam, Jakarta, Rajawali Press

Prayitno dan Erman Amti, 2004, Dasar-Dasar Bimbingan Konseling, Jakarta, Rineka Cipta

Sofyan S. Willis, 2004, Konseling Individual; Teori dan Praktek, Bandung, Alfabeta

Tim Dosen PPB FIP UNY, 2013, Bimbingan dan Konseling Sekolah Menengah.Yogyakarta, UNY Press.

Tohari Musnamar, 1992, Dasar-Dasar Konseptual Bimbingan Konseling Islam, Yogyakarta, UII Press

Angka Perceraian Indonesia Sangat Fantastis

Angka Perceraian Meningkat Lima Tahun Terakhir

Oleh : Cahyadi Takariawan dan Tim JFC

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun