Mohon tunggu...
OON SARWONO
OON SARWONO Mohon Tunggu... Akuntan - Magister Akuntansi - Universitas Mercu Buana - 55522120019 - Prof. Dr, Apollo, M.Si.Ak

Akun ini dibuat untuk keperluan mengerjakan Tugas kuliah Dosen: Prof. Dr, Apollo, M.Si.Ak - Pajak International - Pemeriksaan Pajak (Universitas Mercu Buana, Maksi 2024)

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kuis 11 - Pemeriksaan Pajak - Audit Investigasi Umum dan Perpajakan : Tanssubstansi Metode 4:2 Kategori Transendental Kantian - Prof. Apollo

13 Juni 2024   15:58 Diperbarui: 13 Juni 2024   16:17 93
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendahuluan

Audit investigasi adalah sebuah metode yang digunakan untuk mengungkap kebenaran di balik laporan keuangan atau pajak suatu entitas. Pendekatan ini biasanya diterapkan ketika terdapat indikasi kecurangan atau ketidakberesan dalam laporan keuangan. 

Immanuel Kant, seorang filsuf terkemuka, memperkenalkan konsep kategori transendental yang dapat digunakan untuk memahami struktur pemikiran manusia. Artikel ini akan membahas bagaimana metode 4:12 kategori transendental Kantian dapat diterapkan dalam audit investigasi umum dan perpajakan, dengan fokus pada cara audit memenuhi empat kategori utama: Quantity, Quality, Relation, dan Modality, untuk menemukan judgments and categories dalam temuan audit.

Kategori Transendental Kantian

Kant dalam karyanya "Critique of Pure Reason" mengidentifikasi empat kategori utama pemahaman yang terdiri dari 12 sub-kategori atau judgments. Kategori-kategori ini adalah:

  • Quantity: Universal, Particular, Singular
  • Quality: Affirmative, Negative, Infinite
  • Relation: Categorical, Hypothetical, Disjunctive
  • Modality: Problematic, Assertoric, Apodictic

Masing-masing kategori ini dapat diterapkan dalam konteks audit untuk membantu auditor dalam menemukan dan mengkategorikan temuan mereka secara sistematis.

Kategori Quantity

Kategori Quantity dalam audit investigasi mengacu pada cara auditor mengelompokkan dan menilai data berdasarkan skala dan cakupannya.

dokpri
dokpri

1. Universal (Universal Judgment)

Dalam audit investigasi, konsep universal bisa diterapkan pada penilaian keseluruhan sistem atau proses yang digunakan oleh entitas. Sebagai contoh, auditor dapat mengevaluasi apakah semua prosedur dan kontrol yang ada dalam entitas telah diterapkan secara universal di seluruh departemen dan operasional. 

Jika diterapkan dalam audit pajak maka penilaian universal dalam audit pajak melibatkan pemeriksaan menyeluruh atas seluruh sistem atau proses yang digunakan oleh entitas untuk mengelola kewajiban pajaknya. Tujuannya adalah untuk memastikan bahwa seluruh prosedur dan kontrol internal terkait pajak telah diterapkan secara konsisten di seluruh bagian perusahaan.

Contoh :

-  Audit Seluruh Sistem Pengendalian Internal Pajak: Auditor mengevaluasi apakah perusahaan memiliki sistem yang memadai untuk mengelola kewajiban pajak di semua departemen. Ini mencakup penilaian atas kebijakan pajak perusahaan, prosedur pelaporan pajak, dan sistem pengendalian internal yang mengawasi transaksi yang berdampak pada pajak.

- Evaluasi Kepatuhan Pajak Secara Menyeluruh: Auditor memeriksa apakah seluruh departemen mematuhi peraturan perpajakan yang berlaku dan apakah ada sistem pelaporan yang terintegrasi untuk memastikan bahwa semua transaksi yang dikenakan pajak telah dilaporkan dengan benar.

2. Particular (Particular Judgment)

Penilaian particular melibatkan fokus pada aspek-aspek tertentu dari sistem atau proses. Dalam konteks perpajakan, auditor mungkin akan mengevaluasi kepatuhan terhadap aturan pajak tertentu di bagian tertentu dari perusahaan. Penilaian particular fokus pada aspek-aspek tertentu dari sistem atau proses perpajakan. Ini berarti auditor akan mengevaluasi kepatuhan terhadap aturan pajak tertentu di bagian tertentu dari perusahaan.

Contoh :

- Audit Kepatuhan Pajak pada Departemen Penjualan: Auditor mengevaluasi bagaimana departemen penjualan mematuhi peraturan perpajakan, seperti pemotongan PPh 21 untuk karyawan, PPN atas penjualan, dan pelaporan pajak bulanan.

- Penilaian Prosedur Pajak di Departemen Keuangan: Auditor memeriksa apakah departemen keuangan mengikuti prosedur yang tepat dalam menghitung, mencatat, dan membayar pajak penghasilan perusahaan.

3. Singular (Singular Judgment)

Penilaian singular mengacu pada evaluasi spesifik terhadap item atau transaksi individu. Auditor dapat memeriksa transaksi tertentu yang tampak mencurigakan atau tidak biasa untuk memastikan keabsahannya. Ini biasanya dilakukan ketika ada indikasi spesifik dari ketidakberesan atau kecurangan dalam transaksi pajak tertentu.

Contoh :

- Pemeriksaan Transaksi Individu yang Mencurigakan: Auditor mengidentifikasi dan memeriksa transaksi tertentu yang terlihat tidak biasa atau mencurigakan, seperti pengurangan pajak yang besar tanpa dokumentasi yang memadai atau transaksi antar perusahaan yang tidak lazim.

- Audit Bukti Pendukung untuk Pengurangan Pajak: Auditor memverifikasi apakah klaim pengurangan pajak yang signifikan didukung oleh bukti yang sah dan memadai, seperti faktur pembelian atau bukti pembayaran yang relevan.

Kategori Quality

Kategori Quality dalam audit investigasi mengacu pada cara auditor menilai data berdasarkan kualitas dan sifatnya.

dokpri
dokpri

1. Affirmative (Affirmative Judgment)

Dalam konteks audit, penilaian affirmative adalah evaluasi yang mengonfirmasi bahwa suatu keadaan atau transaksi adalah sesuai dengan yang diharapkan atau sah. Sebagai contoh, audit affirmative akan menilai apakah pendapatan yang dilaporkan oleh entitas memang benar-benar terjadi. 

Penilaian affirmative dalam audit pajak melibatkan konfirmasi atau validasi bahwa suatu pernyataan atau transaksi sesuai dengan peraturan pajak yang berlaku. Ini mencakup pengecekan kepatuhan dan kebenaran laporan pajak yang diajukan oleh entitas.

Contoh:

- Validasi Laporan Pajak Penghasilan: Auditor memeriksa apakah laporan pajak penghasilan perusahaan telah disiapkan sesuai dengan peraturan perpajakan yang berlaku. Mereka memastikan bahwa semua pendapatan telah dilaporkan dengan benar dan tidak ada pendapatan yang diabaikan.

- Konfirmasi Kepatuhan terhadap Aturan PPN: Auditor memvalidasi bahwa semua transaksi yang dikenakan PPN telah dilaporkan dengan benar dan sesuai dengan persyaratan perpajakan.

2. Negative (Negative Judgment)

Penilaian negative digunakan untuk mengidentifikasi dan menolak klaim yang tidak valid atau salah dalam laporan keuangan. Auditor dapat menolak pengakuan pengeluaran yang tidak didukung oleh bukti yang memadai. 

Penilaian negative melibatkan penolakan atau pembuktian bahwa suatu pernyataan atau transaksi tidak sesuai dengan peraturan pajak yang berlaku. Ini mencakup identifikasi ketidakpatuhan atau ketidakberesan dalam laporan pajak.

Contoh:

- Identifikasi Pengurangan Pajak yang Tidak Sah: Auditor menemukan bahwa perusahaan mengklaim pengurangan pajak yang tidak didukung oleh bukti yang sah atau tidak sesuai dengan peraturan perpajakan. Mereka menolak klaim ini dan meminta perusahaan untuk membayar pajak tambahan.

- Penolakan Transaksi yang Mencurigakan: Auditor menemukan transaksi yang tampaknya mencurigakan dan tidak didukung oleh dokumentasi yang memadai, dan dengan demikian menolak transaksi tersebut dalam laporan pajak.

3. Infinite (Infinite Judgment)

Penilaian infinite melibatkan pengecualian terhadap kemungkinan. Dalam audit, ini bisa berarti mengevaluasi ketidakpastian atau risiko yang tidak terbatas yang mungkin berdampak pada laporan keuangan entitas. Penilaian infinite melibatkan evaluasi terhadap konsep atau transaksi yang tidak memiliki batasan yang jelas atau tidak dapat didefinisikan secara sempit. Ini mencakup analisis terhadap area-area yang mungkin tidak tercakup secara eksplisit dalam peraturan pajak namun memiliki dampak signifikan.

Contoh:

- Evaluasi Transaksi Antar Perusahaan dalam Kelompok Usaha: Auditor mengevaluasi transaksi antar perusahaan dalam satu kelompok usaha yang mungkin tidak diatur secara spesifik dalam peraturan pajak namun memiliki dampak signifikan terhadap kewajiban pajak keseluruhan.

- Analisis Skema Perpajakan Kompleks: Auditor menganalisis skema perpajakan kompleks yang digunakan oleh perusahaan untuk mengurangi kewajiban pajak. Ini mencakup evaluasi terhadap strategi perencanaan pajak yang mungkin tidak sepenuhnya tercakup oleh peraturan yang ada namun dapat menimbulkan risiko pajak.

Kategori Relation

Kategori Relation dalam audit investigasi mengacu pada cara auditor menilai hubungan antara berbagai data dan informasi. 

dokpri
dokpri

1. Categorical (Categorical Judgment)

Penilaian categorical berfokus pada hubungan antara konsep-konsep atau item-item dalam laporan keuangan. Misalnya, audit categorical bisa memeriksa hubungan antara aset dan kewajiban dalam neraca untuk memastikan bahwa setiap hubungan kausal yang ada adalah benar dan sah. Penilaian categorical dalam audit pajak melibatkan hubungan langsung antara konsep atau item. Auditor memastikan bahwa setiap elemen laporan pajak berhubungan secara langsung dan logis dengan peraturan perpajakan yang relevan.

Contoh:

- Hubungan Antara Pendapatan dan Pajak Terutang: Auditor memastikan bahwa semua pendapatan yang dilaporkan oleh perusahaan secara langsung berhubungan dengan kewajiban pajak yang tepat. Ini termasuk memastikan bahwa pendapatan yang diperoleh telah dikenakan pajak sesuai dengan tarif yang berlaku.

- Keterkaitan Pengeluaran dan Pengurangan Pajak: Auditor memeriksa apakah pengeluaran yang diklaim sebagai pengurangan pajak memiliki hubungan langsung dengan aktivitas bisnis yang sah dan sesuai dengan peraturan perpajakan.

2. Hypothetical (Hypothetical Judgment)

Penilaian hypothetical melibatkan asumsi atau skenario yang mungkin tetapi belum tentu benar. Dalam audit investigasi, auditor bisa membuat skenario hipotetis untuk menguji validitas suatu klaim atau untuk memahami dampak potensial dari transaksi yang mencurigakan. Penilaian hypothetical melibatkan analisis hubungan yang bersifat kemungkinan atau spekulatif. Auditor mengevaluasi skenario hipotetis untuk menilai bagaimana perubahan dalam variabel tertentu dapat mempengaruhi kewajiban pajak.

Contoh:

- Analisis Skenario Perubahan Tarif Pajak: Auditor menganalisis bagaimana perubahan tarif pajak yang diusulkan akan mempengaruhi kewajiban pajak perusahaan. Mereka membuat skenario hipotetis untuk menilai dampaknya terhadap laporan keuangan.

- Penilaian Dampak Kebijakan Pajak Baru: Auditor mengevaluasi bagaimana kebijakan perpajakan baru atau perubahan peraturan dapat mempengaruhi kewajiban pajak perusahaan. Ini mencakup analisis skenario hipotetis untuk menilai dampaknya.

3. Disjunctive (Disjunctive Judgment)

Penilaian disjunctive melihat alternatif yang mungkin terjadi. Dalam audit, ini bisa berarti mengevaluasi berbagai kemungkinan penyebab dari suatu kesalahan atau anomali dalam laporan keuangan. Penilaian disjunctive melibatkan evaluasi hubungan alternatif atau eksklusif antara item atau konsep. Auditor menilai berbagai kemungkinan atau alternatif untuk menentukan mana yang paling relevan atau sah.

Contoh:

- Evaluasi Opsi Pengurangan Pajak: Auditor mengevaluasi berbagai opsi pengurangan pajak yang tersedia bagi perusahaan untuk menentukan mana yang paling sah dan menguntungkan. Mereka mempertimbangkan hubungan eksklusif antara opsi-opsi tersebut.

- Penilaian Pilihan Metode Akuntansi Pajak: Auditor menilai berbagai metode akuntansi pajak yang dapat digunakan perusahaan, seperti metode penilaian persediaan, untuk menentukan mana yang paling sesuai dan sah sesuai dengan peraturan perpajakan.

Kategori Modality

Kategori Modality dalam audit investigasi mengacu pada cara auditor menilai kemungkinan, kepastian, dan keharusan dari berbagai temuan atau data.

dokpri
dokpri

1. Problematic (Problematic Judgment)

Penilaian problematic adalah evaluasi yang menilai kemungkinan atau ketidakpastian suatu kejadian atau keadaan. Auditor menggunakan ini untuk menentukan apakah ada kemungkinan besar bahwa kesalahan atau kecurangan telah terjadi. Penilaian problematic melibatkan evaluasi terhadap pernyataan atau situasi yang mungkin benar, tetapi memerlukan pembuktian lebih lanjut. Ini sering digunakan dalam identifikasi area-area yang membutuhkan penyelidikan lebih dalam.

Contoh:

- Identifikasi Transaksi Mencurigakan: Auditor menemukan transaksi yang tampak mencurigakan dan memerlukan verifikasi lebih lanjut. Transaksi ini dianggap sebagai masalah potensial yang mungkin mengindikasikan ketidakpatuhan atau kecurangan pajak.

- Penilaian Ketepatan Penggunaan Diskon Pajak: Auditor menilai penggunaan diskon pajak oleh perusahaan yang tampaknya tidak sesuai dengan persyaratan hukum. Mereka perlu melakukan investigasi lebih lanjut untuk memastikan apakah diskon tersebut sah.

2. Assertoric (Assertoric Judgment)

Penilaian assertoric adalah penilaian yang mengonfirmasi keberadaan suatu keadaan atau kejadian. Dalam audit, ini berarti memastikan bahwa suatu transaksi atau saldo memang benar-benar ada dan dapat dibuktikan. Penilaian assertoric melibatkan pernyataan yang dinyatakan sebagai benar berdasarkan bukti yang ada. Ini mencakup penegasan temuan yang telah diverifikasi melalui data atau dokumen yang sah.

Contoh:

- Validasi Laporan Keuangan: Auditor memverifikasi bahwa laporan keuangan perusahaan mencerminkan kondisi keuangan yang sebenarnya berdasarkan bukti-bukti yang ada. Mereka menegaskan bahwa laporan tersebut telah disusun sesuai dengan standar akuntansi yang berlaku.

- Konfirmasi Kepatuhan Pajak: Auditor mengonfirmasi bahwa perusahaan telah memenuhi kewajiban pajaknya sesuai dengan peraturan perpajakan yang berlaku. Ini termasuk verifikasi bahwa semua pajak yang terutang telah dibayar dan dilaporkan dengan benar.

3. Apodictic (Apodictic Judgment)

Penilaian apodictic adalah penilaian yang memberikan kepastian absolut. Dalam audit, ini adalah bentuk tertinggi dari verifikasi di mana auditor dapat menyatakan dengan pasti bahwa suatu kondisi adalah benar atau salah. Penilaian apodictic melibatkan pernyataan yang dinyatakan sebagai pasti atau tidak bisa disangkal. Ini mencakup temuan yang tidak diragukan lagi kebenarannya berdasarkan bukti yang kuat dan tidak terbantahkan.

Contoh:

- Penetapan Pajak yang Pasti: Auditor menetapkan bahwa suatu kewajiban pajak pasti harus dibayar oleh perusahaan berdasarkan undang-undang perpajakan yang berlaku. Ini didukung oleh bukti yang tidak dapat disangkal dan peraturan yang jelas.

- Kesimpulan atas Penipuan Pajak: Auditor menemukan bukti kuat dan tak terbantahkan bahwa perusahaan telah melakukan penipuan pajak. Bukti ini termasuk dokumen-dokumen palsu, transaksi fiktif, atau pengurangan pajak yang tidak sah.

Transsubstansi dalam Metode Audit

Menerapkan kategori transendental Kantian dalam audit investigasi menghasilkan pendekatan sistematis yang tidak hanya fokus pada fakta-fakta tetapi juga pada struktur dan hubungan logis di balik data tersebut. Pendekatan ini memungkinkan auditor untuk menggali lebih dalam, menemukan pola yang tidak terlihat, dan membuat penilaian yang lebih menyeluruh dan komprehensif.

1. Pemenuhan Kategori Quantity

Auditor harus memulai dengan penilaian universal untuk memastikan bahwa prosedur dan kontrol diterapkan secara konsisten. Kemudian, mereka beralih ke penilaian particular untuk fokus pada area spesifik yang mungkin menjadi sumber masalah. Terakhir, mereka melakukan penilaian singular untuk memeriksa transaksi individual yang mencurigakan. Berikut langkah-langkah pemeriksaan pajak berdasarkan pemenuhan kategori quantity :

- Langkah Pertama: Universal Judgment

Auditor memulai dengan menilai seluruh sistem pengendalian internal yang terkait dengan pajak. Mereka memastikan bahwa semua kebijakan dan prosedur yang diperlukan untuk mengelola pajak telah diterapkan dan dipatuhi secara konsisten di seluruh perusahaan. Hal ini termasuk menilai integritas dan efektivitas sistem pelaporan pajak, serta memastikan bahwa seluruh departemen mematuhi peraturan perpajakan yang berlaku.

- Langkah Kedua: Particular Judgment

Setelah penilaian universal, auditor berfokus pada bagian atau departemen tertentu yang mungkin memiliki risiko lebih tinggi atau yang menunjukkan tanda-tanda ketidakberesan. Misalnya, mereka mungkin melakukan audit mendalam pada departemen penjualan untuk memastikan bahwa semua transaksi penjualan dikenakan pajak dengan benar dan dilaporkan sesuai dengan peraturan.

- Langkah Ketiga: Singular Judgment

Langkah terakhir adalah memeriksa transaksi individu yang tampak mencurigakan atau tidak biasa. Auditor akan memeriksa bukti pendukung untuk transaksi ini untuk memastikan bahwa mereka sah dan tidak ada manipulasi atau kecurangan. Ini dapat mencakup memverifikasi faktur, pembayaran, dan dokumentasi lain yang terkait dengan transaksi tersebut.

2. Pemenuhan Kategori Quality

Dalam penilaian quality, auditor harus memastikan bahwa semua laporan keuangan dan klaim pajak adalah affirmative (sah), negative (menolak klaim yang tidak valid), dan infinite (mempertimbangkan risiko yang tidak terbatas). Berikut langkah-langkah pemeriksaan pajak berdasarkan pemenuhan kategori quality :

- Langkah Pertama: Affirmative Judgment

Auditor memulai dengan validasi atau konfirmasi bahwa laporan pajak perusahaan telah disiapkan dengan benar dan sesuai dengan peraturan perpajakan yang berlaku. Mereka memastikan bahwa semua pendapatan telah dilaporkan, semua pengurangan pajak didukung oleh bukti yang sah, dan semua transaksi dikenakan pajak yang sesuai.

- Langkah Kedua: Negative Judgment

Setelah validasi, auditor berfokus pada identifikasi dan penolakan terhadap klaim atau transaksi yang tidak sah. Mereka memastikan bahwa tidak ada pengurangan pajak yang diklaim tanpa dasar hukum yang kuat, tidak ada pendapatan yang diabaikan, dan semua transaksi mencurigakan telah ditolak.

- Langkah Ketiga: Infinite Judgment

Langkah terakhir adalah evaluasi terhadap konsep atau transaksi yang tidak memiliki batasan yang jelas. Auditor mengevaluasi area-area yang mungkin tidak tercakup secara eksplisit dalam peraturan pajak namun memiliki dampak signifikan terhadap kewajiban pajak perusahaan. Ini mencakup analisis skema perpajakan kompleks dan transaksi antar perusahaan dalam satu kelompok usaha.

3. Pemenuhan Kategori Relation

Auditor perlu menilai hubungan categorical antara berbagai elemen laporan keuangan, menggunakan hypothetical untuk menguji asumsi dan skenario, serta mengevaluasi alternatif melalui penilaian disjunctive. Berikut langkah-langkah pemeriksaan pajak berdasarkan pemenuhan kategori relation :

- Langkah Pertama: Categorical Judgment

Auditor memulai dengan menilai hubungan langsung antara elemen-elemen laporan pajak. Mereka memastikan bahwa setiap pendapatan, pengeluaran, dan transaksi memiliki hubungan yang jelas dan sah dengan peraturan perpajakan yang relevan. Ini membantu memastikan bahwa laporan pajak disusun dengan benar dan sesuai dengan aturan yang berlaku.

- Langkah Kedua: Hypothetical Judgment

Setelah menilai hubungan langsung, auditor menganalisis skenario hipotetis untuk menilai bagaimana perubahan dalam variabel tertentu dapat mempengaruhi kewajiban pajak. Ini mencakup analisis dampak perubahan tarif pajak, kebijakan baru, atau variabel ekonomi lainnya terhadap laporan keuangan perusahaan.

- Langkah Ketiga: Disjunctive Judgment

Langkah terakhir adalah menilai hubungan alternatif atau eksklusif antara berbagai opsi atau metode yang dapat digunakan perusahaan. Auditor mengevaluasi berbagai opsi pengurangan pajak dan metode akuntansi untuk menentukan mana yang paling sah dan menguntungkan bagi perusahaan. Mereka memastikan bahwa perusahaan memilih opsi yang paling sesuai dengan peraturan perpajakan.

4. Pemenuhan Kategori Modality

Dalam kategori modality, auditor harus menilai kemungkinan kesalahan (problematic), memastikan keberadaan transaksi dan saldo (assertoric), dan memberikan penilaian yang pasti tentang keadaan keuangan entitas (apodictic). Berikut langkah-langkah pemeriksaan pajak berdasarkan pemenuhan kategori modality :

- Langkah Pertama: Problematic Judgment

Auditor memulai dengan mengidentifikasi area-area yang mungkin bermasalah atau mencurigakan. Mereka mengevaluasi transaksi, pengurangan pajak, atau klaim lain yang tampak tidak sesuai atau memerlukan verifikasi lebih lanjut. Ini membantu auditor untuk fokus pada area-area yang memerlukan penyelidikan lebih dalam.

- Langkah Kedua: Assertoric Judgment

Setelah mengidentifikasi area-area yang mencurigakan, auditor memverifikasi temuan-temuan tersebut berdasarkan bukti yang ada. Mereka memastikan bahwa setiap temuan didukung oleh data atau dokumen yang sah, dan menyatakan temuan tersebut sebagai benar berdasarkan bukti tersebut. Ini mencakup validasi laporan keuangan dan konfirmasi kepatuhan pajak.

- Langkah Ketiga: Apodictic Judgment

Langkah terakhir adalah menetapkan temuan-temuan yang tidak dapat disangkal kebenarannya. Auditor memastikan bahwa setiap temuan yang tidak dapat dibantah didukung oleh bukti yang kuat dan peraturan yang jelas. Ini mencakup penetapan kewajiban pajak yang pasti harus dibayar dan kesimpulan atas penipuan pajak yang didukung oleh bukti tak terbantahkan.

Kesimpulan

Pendekatan transendental Kantian dalam audit investigasi umum dan perpajakan memberikan kerangka kerja yang kuat dan sistematis untuk mengevaluasi dan memahami laporan keuangan. Dengan menggunakan metode 4:12 kategori transendental, auditor dapat membuat penilaian yang lebih mendalam, menemukan kebenaran di balik data, dan memberikan rekomendasi yang lebih akurat dan efektif.

Pendekatan kategori Quantity dalam audit investigasi pajak membantu auditor untuk secara sistematis mengevaluasi kepatuhan dan keabsahan transaksi pajak. Pendekatan kategori Quality dalam audit investigasi pajak membantu auditor untuk secara sistematis mengevaluasi kepatuhan dan keabsahan transaksi pajak berdasarkan sifat dan kualitasnya. 

Pendekatan kategori Relation dalam audit investigasi pajak membantu auditor untuk secara sistematis mengevaluasi hubungan antara berbagai elemen dan informasi pajak. Pendekatan kategori Modality dalam audit investigasi pajak membantu auditor untuk secara sistematis mengevaluasi berbagai tingkat kepastian dan keharusan dari temuan audit.

Dengan demikian, penerapan metode transendental Kantian dalam audit investigasi mampu memberikan wawasan yang lebih mendalam dan komprehensif, yang tidak hanya mengandalkan pada bukti empiris tetapi juga pada pemahaman mendalam tentang struktur dan hubungan yang ada dalam data keuangan dan operasional entitas yang diaudit.

DAFTAR PUSTAKA:

Kant, I. (1781). Critique of Pure Reason.

Guy, D. M., Carmichael, D. R., & Whittington, O. R. (2001). Audit Sampling: An Introduction.

Arens, A. A., Elder, R. J., & Beasley, M. S. (2017). Auditing and Assurance Services: An Integrated Approach.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun