"Kita makan opor ayam ya, Emak sudah masak untuk kamu". Emak masih mengusap wajah bisu Varro. " Bangun, Ro...bangun, Emak mau memelukmu sekali lagi". Kali ini Emak benar-benar tak bisa membendung tangisnya.
Halle bersandar pada bahu Emak, dan berkata " Varro nitip ini, Mak.." Ia menyerahkan buntelan yang diambil dari genggaman Varro.
" Varro...jangan pergi, kita main lagi besok di lampu merah, bajumu masih ku simpan di sana". Pekik Halle.
Pada langit pukul 9 pagi yang mendung, langit kelabu Nampak murung, seperti ikut melepaskan kepergian Varro, di gundukan tanah basah, Varro beristirahat dengan seribu kesunyian. Ada rindu yang sakral hingga dekapan hangat menghantar paragraph-paragraf duka... selamat jalan Varro.
Varro, semesta menyayangimu. Kamulah yang mengerjab diingatan emak dan aku . Membagi pijarnya pada temaram di hatiku. Aku tahu kamu masih bernyawa di lampu merah jalanan...bersamaku.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H