" Biar saja Var, ini tempat umum. Nggak ada yang bisa melarang kita maen di sini". Halle membuka kepala badutnya.
Cuaca makian meninju kebobrokan para pejabat yang tak memiliki rasa iba pada mereka yang tengah meminta belas kasihan.
" Yuk, Le,,,,sudah lampu merah, yuk nanti nggak dapat loh".
Mereka berlari kecil meski berat dengan beban seragam badut yang menyelimutinya.
" Minggir...kamu itu masih kecil, orang tua kalian harusnya melarang kamu. Tugasmu itu sekolah yang pinter !!! ngerti nggak !!! " bentak Bapak badut sambil mendorong Varro.
Varro nyaris tersungkur. Untungnya ia bisa menahan agar tak jatuh.
" Kita sama-sama cari uang, Pak". Halle berdiri di depan bapak badut dengan suara lantang.
Beberapa kendaraan yang berhenti di lampu merah Kembali berjalan setelah lampu berwarna hijau. Varro memandang letih dengan tersenyum getir.
Sampai suatu kali, napas kembang kempis dilayangkan ke tepi jalan Ketika langit memintal benang-benang hujan meninggalkan wangi tanah dan rerumputan.
" Kita pulang saja" ajak Varro sambil melepas seragam badutnya dan memasukan ke dalam kresek hitam.
" Eh, jangan dulu, Ro..kita masih dapat uang sedikit" wajah Halle menyiratkan jutaan diksi -diksi yang samar.