Mohon tunggu...
Cerpen

Surat-surat Hujan

27 Desember 2017   20:40 Diperbarui: 27 Desember 2017   20:45 749
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Biarkan helaiannya membentang kasih

Menutup dimensi lubang rindu

Jika ini takdir, mengapa jawabannya masih bisu?

Tak bolehkah kutapaki jejak mimpimu

Pelukan hangat jiwamu menggenggam hati

Mengalirkan arus lembut hujan dalam nadi

Adakah kau rasakan? Risau hujan ini

Siksaan rindu yang kau hempaskan

Sungguh menyiksa batinku

Menebar hambar kehidupan semestaku

Aku ingin membuka lagi lipatan yang lain, namun aku melihat tubuhkan bergerak. Ia mulai sadarkan diri. Aku segera memasukkan kembali origaminya dan menutup toplesnya. Tak lama kemudian kelopak matanya terbuka. Beruntung ia tak memergokiku membaca puisi dalam lipatan origaminya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun