Mohon tunggu...
nur sulis
nur sulis Mohon Tunggu... Lainnya - mahasiswi institut agama islam syarifuddin

lumajang-jatim

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Implementasi Psikologi Behaviorisme dalam Pembelajaran Matematika

23 Desember 2024   11:50 Diperbarui: 23 Desember 2024   11:51 20
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

IMPLEMENTASI PSIKOLOGI BEHAVIORISME DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA

 

Nur Sulis Setiawati

Program Studi Bimbingan dan Konseling Islam

Universitas Islam Syarifuddin

Jln. Pps Kyai Syarifuddin, Lumajang, Indonesia

 

ABSTRAK

Tujuan penulisan artikel ini yaitu untuk mendeskripsikan bahwa Psikologi Behaviorisme bisa digunakan dalam pembelajaran matematika. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan library research ( penelitian literatur). Penelitian literatur dilakukan dengan cara mengumpulkan informasi melalui pustaka, kemudian mencatat dan mengolah data yang sudah didapatkan. Hasl dari penelitian ini ialah berfokus pada teori behavioristik adalah perilaku yang terlihat dan penyebab luar yang menstimulusnya. Belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman. Pembelajaran yang didasarkan pada tingkah laku diperoleh dari pengalaman. Pembelajaran yang didasarkan pada tingkah laku diperoleh dari pengkodisian lingkungan.

Kata Kunci : Psikologi Behaviorisme, Pembelajaran, Matematika

ABSTRACT

The purpose of writing this article is to describe that Behavioral Psychology can be used in learning mathematics. The research method used is qualitative research with a library research approach. Literature research is carried out by collecting information through the library, then recording and processing the data that has been obtained. The result of this research is that it focuses on behavioristic theory, namely visible behavior and external causes that stimulate it. Learning is a change in behavior as a result of experience. Learning based on behavior is obtained from experience. Learning based on behavior is obtained from environmental conditioning.

Keywords: Psychology Behaviorism, Learning, Mathematics

PENDAHULUAN

Ada beberapa pandangan psikologi terhadap manusia yang dapat menjelaskan

perilaku manusia Salah satu diantaraya adalah psikologi behaviorisme. Pandangan

behaviorisme `mengakui pentingnya memasukkan atau menyampaikan input yang

berupa stimulus dan keluaranatau output yang merupakan sebuah respon.

Behavioris mempelajari pada pembentukan tingkah laku yang sesuai

hubungan antara stimulus dengan respon yang biasa diamati serta tak

berhubungan dengan kesadaran maupun konstruksimental. di proses belajar,

behavioris melihat belajar sebagai perubahan tingkah laku. Belajar ialah akibat

dari hubungan antara stimulus dan respon.

Seseorang diklaim sudah belajar jika dia memberikan perubahan sikap.

menurut behavioris pada belajar yang penting adalah input yang berupa stimulus

dan hasil yang berupa respons. Stimulus merupakan sesuatu yang diberukan

guru pada peserta didik sedangkan respon merupakan tanggapan peserta didik

terhadap stimulu yang diberikan.[1]

 

Pandangan Psikologi Behaviorisme memperkenalkan beberapa konsep

 

dalam menangani sikap tersebut, di antaranya yaitu pengaturan stimulus, observasi terhadap respon yang diberikan, pemberian reward (hadiah) danhukuman. Konsep - konsep pada pandangan behaviorisme tersebut mempunyai

 

beberapa kemiripan dengan teori belajar islam. tetapi teori belajar pada islam

 

lebih aktif serta universal disbanding teori behaviorisme.[2]

 

METODE PENELITIAN

 

Penelitian ini berfokus pada kajian psikologi behaviorisme dengan menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan library research ( penelitian literatur). Penelitian literatur dilakukan dengan cara mengumpulkan informasi melalui pustaka, kemudian mencatat dan mengolah data yang sudah didapatkan. Hasl dari penelitian ini ialah berfokus pada teori behavioristik adalah perilaku yang terlihat dan penyebab luar yang menstimulusnya.

 

 

HASIL DAN PEMBAHASAN

 

Behaviorisme merupakan sebuah aliran dalam yang berpendapat bahwa

 

perilaku harus ialah unsur subjek tunggal psikologi. Behaviorisme merupakan

 

aliran revolusioner, kuat serta berpengaruh, dan mempunyai akar sejarah yg

 

relatif dalam. Behaviorisme lahir menjadi reaksi tehadap intospeksionisme (yang

 

menganalisis jiwa manusia sesuai laporan- laporan subjektif) dan juga

 

psikoanalisis (yang berbicara perihal alam bawah sadar yang tak tampak).[3]

 

Behaviorisme ialah salah satu aliran psikologi yang memandang individu

 

hanya dari sisi fenomena jasmaniah serta mengabaikan aspek-aspek mental. Teori

 

kaum behaviorisme lebih dikenal menggunakan nama teori belajar sebab semua perilaku organisme sebagai efek lingkungan. Behaviorisme tak mau

 

mempersoalkan apakah manusia baik atau buruk , rasional atau emosional,

 

behaviorisme hanya ingin mengetahui bagaimana perilakunya dikendalikan oleh

 

faktor-faktor lingkungan .

 

Behaviorisme ingin menganalisis bahwa perilaku yang tampak saja bisa

 

diukur, dilukis, serta diramalkan. Behaviorisme memandang juga bahwa saat

 

dilahirkan, pada dasarnya manusia tak membawa bakat apa- apa. Manusia akan

 

berkembang sesuai stimulus yang diterima dari lingkungan sekitarnya.

 

Lingkungan yang jelek membentuk manusia yg jelek, lingkungan yang baik

 

membentuk manusia ynag baik. Kaum behavioris memusatkan dirinya pada

 

pendekatan ilmiah yang sungguh benar-benar objektif. Kaum behavioris mencoret dari kamus ilmiah mereka, seluruh peristilahan yang bersifat subjektif, seperti

 

sensasi, persepsi, hasrat, tujuan, bahkan termasuk berfikir serta emosi, sejauh ke 2

 

pengertian tadi dirumuskan secara subjektif.

 

Teori behaviorisme melihat individu hanya dari jasmani dan

 

mengesampingkan mental. Para penganut teori ini tidak mengakui adanya bakat,

 

kecerdasan, minat, dan perasaan individu pada proses belajar. Menurut mereka,

 

belajar hanya untuk melatih refleksi- refleksi sehingga menjadi kebiasaan yang di

 

kuasai individu. Seseorang sudah sianggap belajar apabila ada perubahan

 

kebiasaan atau perilaku dirinya. Terdapat beberapa konsep penting pada psikologi

 

behaviorisme ini, di antaranya adalah: Stimulus, respond dan penguat.

 

Pada arti belajar teori ini lebih menekankan di tingkah laku manusia

 

sebagai dampak dari hubungan antara stimulus serta respons terhadap lingkungan.

 

Teori ini berkembang sebagai aliran psikologi belajar yang berpengaruh terhadap

 

pengembangan teori pendidikan dan pembelajaran yang dikenal menjadi aliran

 

behaviorisme. Aliran ini menegaskan pada terbentuknya perilaku yang dapat

 

dilihat sebagai hasil dari belajar. Di teori ini seringkali dianggap S-R psikologis

 

artinya bahwa tingkah laku manusia dikendalikan oleh ganjaran atau reward serta

 

penguatan atau reinforcement dari lingkungan. Dengan demikian pada tingkah

 

laku belajar ada jalinan yang erat antara reaksi-reaksi behavior menggunakan

 

stimulusnya.

 

Belajar ialah perubahan tingkah laku dan pengetahuan yang relative lama

 

dari hasil praktek maupun pengalaman sendiri. Terdapat beberapa poin diantanya:

 

pertama, belajar menimbulkan perubahan. Pengalaman yang seseorang tentang

 

melakukan sesuatu di sekolah telah berubah menjadi belajar melalui proses belajar

 

sejak menjadi siswa baru. Seperti halnya dokter yang perilakunya akan berubah

 

saat dia mampu menyembuhkan seseorang (pasien).

 

Kedua, perubahan dalam pengetahuan atau perilaku terjadi dalam waktu

 

relative tetap atau cukup lama. Seperti ketikan anda pertama kali mengisi formulir

 

sekolah anda akan bertanya kepada teman anda tentang bagaimana caranya

 

mengisi formulir tersebut, maka dari itu bukan belajar karena tidak ada perubahan

 

yang tetap dalam cara pendaftara tersebut. Sama halnya dengan dokter, yang

 

sedang menangani pasien gawat darurat karena kecelakaan juga bukan belajar

 

karena tidak ada perubahan permanen dala menangani pasien tersebut.

 

Ketiga, belajar ialah hasil dari praktek yang melalui pengalaman saat

 

melihat orang lain. Seperti halnya pramugari yang praktek tentang cara

 

menyajikan makanan di pesawat, melalui cara – cara yang telah di perlihatkan.

 

Degan demikian, dalam perilaku dalam belajar terdapat jalinan yang erat antara

 

stimulus yang diberikan dengan reaksi – reaksi atau respon behavioral.

 

Penerapan teori behavioristik dalam kegiatan pembelajaran tergantung pada

 

beberapa komponen, seperti tujuan pembelajaran, materi pelajaran, karakteristik

 

siswa, media, fasilitas pembelajaran, lingkungan, dan penguatan (Sugandi, 2007).

 

Teori belajar behavioristik cenderung mengarahkan siswa untuk berfikir. Pandangan

 

teori belajar behavioristik menekankan proses pembentukan, di mana siswa dibawa

 

menuju pencapaian tujuan tertentu, sehingga siswa menjadi terbatas dalam kreativitas

 

dan imajinasi. Pembelajaran yang didesain berdasarkan teori belajar behavioristik

 

memandang pengetahuan sebagai objektif, sehingga belajar dipandang sebagai

 

penerimaan pengetahuan, sedangkan mengajar dipandang sebagai proses

 

pemindahan pengetahuan kepada siswa. Oleh karena itu, diharapkan siswa memiliki

 

pemahaman yang seragam terhadap pengetahuan yang diajarkan. Artinya, apa yang

 

dijelaskan oleh guru haruslah dipahami dengan baik oleh siswa.

 

Hal yang paling penting dalam teori belajar behavioristik adalah masukan dan

 

keluaran yang berupa respons. Menurut teori ini, hubungan antara stimulus dan

 

respons dianggap tidak penting untuk diperhatikan karena tidak dapat diamati dan

 

diukur. Yang dapat diamati hanyalah stimulus dan respons itu sendiri. Oleh karena

 

itu, apa pun yang diberikan oleh guru dan apa pun yang dihasilkan oleh siswa

 

semuanya harus dapat diamati dan diukur untuk melihat perubahan dalam tingkah

 

laku. Faktor penting lainnya dalam teori belajar behavioristik adalah penguatan.

 

Penguatan adalah segala hal yang dapat memperkuat munculnya respons. Namun,

 

pandangan behavioristik kurang dapat menjelaskan variasi tingkat emosi siswa,

 

meskipun mereka memiliki pengalaman penguatan yang sama. Pandangan

 

behavioristik juga tidak dapat menjelaskan perbedaan perilaku dan tanggapan dalam

 

memahami suatu pelajaran antara dua anak dengan kemampuan dan pengalaman

 

penguatan yang relatif sama. Dalam pandangan behavioristik, hanya stimulus dan

 

respons yang dapat diamati yang diakui. Teori belajar behavioristik tidak

 

memperhatikan pengaruh pikiran atau perasaan yang mempertemukan unsur-unsur

 

yang diamati (Pratama, 2013).

 

Teori belajar behavioristik menekankan perubahan tingkah laku sebagai akibat

 

interaksi antara stimulus dan respons, sementara belajar dipandang sebagai aktivitas

 

yang mendorong siswa untuk mengungkapkan kembali pengetahuan yang telah

 

dipelajari. Menurut Mukinan (1997) terdapat beberapa prinsip dalam teori ini

 

meliputi: (1) belajar dianggap sebagai perubahan tingkah laku, di mana seseorang

 

dianggap telah belajar jika ia dapat menunjukkan perubahan tersebut, (2) stimulus

 

dan respons dianggap sebagai hal terpenting dalam belajar karena dapat diamati,

 

sedangkan hal-hal yang tidak dapat diamati dianggap tidak penting, dan (3)

 

penguatan, yaitu segala hal yang dapat memperkuat timbulnya respons, merupakan

 

faktor penting dalam belajar. Pendidikan berusaha mengembangkan perilaku siswa

 

menuju yang lebih baik, dan pendidik berupaya memahami peserta didik yang sedang

 

mengalami proses perkembangan. Perkembangan perilaku merupakan objek

 

pengamatan dalam aliran-aliran behaviorisme. Perilaku dapat meliputi sikap, ucapan,

 

dan tindakan individu, sehingga menjadi bagian dari psikologi. Oleh karena itu,

 

psikologi pendidikan mempelajari masalah yang mempengaruhi perilaku individu

 

atau kelompok dalam proses belajar.

 

Teori belajar behavioristik cenderung mengarahkan siswa untuk berfikir.

 

Pandangan teori belajar behavioristik merupakan proses pembentukan, yaitu

 

membawa siswa untukmencapai target tertentu, sehingga menjadikan siswa yang

 

tidak bebas berkreasi dan berimajinasi. Pembelajaran yang dirancang pada teori

 

belajar behavioristik memandang pengetahuan adalah objektif, sehingga belajar

 

merupakan perolehan pengetahuan, sedangkan mengajar adalah memindahkan

 

pengetahuan kepada siswa. Hal yang palingpenting dalam teori belajar behavioristik

 

adalah masukan dan keluaran yang berupa respons. Menurut teori ini, antara stimulus

 

dan respons dianggap tidak penting untuk diperhatikan karena tidak dapat diamati dan

 

diukur. Dengan demikian yang dapat diamati hanyalah stimulus dan respons. Oleh

 

sebab itu, apa saja yang diberikan olehguru dan apa saja yang dihasilkan oleh siswa

 

semuanya harus dapat diamati dan diukur yang bertujuan untuk melihat terjadinya

 

perubahan tingkah laku.

 

 

KESIMPULAN DAN SARAN

 

Teori belajar behavioristik merupakan teori belajar yang menekankan pada tingkah

 

laku manusia sebagai akibat dari interaksi antara stimulus dan respons. Teori ini memiliki

 

pengaruh yang signifikan terhadap pengembangan teori pendidikan dan pembelajaran

 

yang dikenal dengan aliran-aliran behavioristik. Dalam teori belajar behavioristik, siswa

 

yang belajar ditempatkan sebagai individu yang pasif, di mana perilaku atau respons

 

tertentu dapat dibentuk melalui metode pelatihan atau pembiasaan. Menurut aliran-aliran

 

behavioristik, belajar pada dasarnya merupakan pembentukan asosiasi antara stimulus

 

yang diterima oleh panca indera dengan kecenderungan untuk bertindak atau hubungan

 

antara stimulus dan respons.

 

Fokus utama dalam teori belajar behavioristik adalah pada perilaku yang dapat

 

diamati dan penyebab luar yang menstimulasinya. Belajar dipahami sebagai perubahan

 

dalam tingkah laku yang dihasilkan dari pengalaman. Pembelajaran yang didasarkan pada

 

teori belajar behavioristik melibatkan pengkondisian lingkungan. Pengkondisian tersebut

 

terjadi melalui interaksi dengan lingkungan sekitar. Dengan demikian, dalam belajar

 

berperilaku terdapat hubungan erat antara respons-respons behavioristik dengan stimulus

 

yang diberikan. Ciri-ciri teori belajar behavioristik antara lain, teori ini mempelajari

 

perbuatan manusia bukan dari kesadarannya, melainkan hanya mengamati perbuatan dan

 

tingkah laku yang berdasarkan kenyataan. Pengalaman batin dianggap kurang relevan,

 

dan perhatian lebih diberikan pada perubahan dan gerakan dalam tubuh. Oleh karena itu,

 

behaviorisme dapat dianggap sebagai ilmu jiwa tanpa jiwa, karena fokus utamanya adalah

 

pada aspek eksternal dan perilaku yang dapat diamati.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

DAFTAR REFERENSI

 

Amsari, D. & Mudjiran, M. (2018). Implikasi Teori Belajar E. Thorndike (Behavioristik)

 

dalam Pembelajaran Matematika. Jurnal Basicedu, 2(2), 52-60.

 

Baharudin, B., & Wahyuni, E. N. (2012). Teori Belajar & Pembelajaran. Yogyakarta:

 

Ar-Ruzz Media.

 

Djaali. (2011). Psikologi Pendidikan. Malang: PT. Bumi Aksara.

 

Handayani, E. S., & Subakti, H. (2021). Pengaruh Disiplin Belajar terhadap Hasil Belajar

 

Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar. Jurnal Basicedu, 5(1), 151-164.

 

Huda, M. (2023). Kontrol diri dan tawakal terhadap quarter-life crisis pada santri di

 

pesantren. Journal of Indonesian Psychological Science (JIPS), 3(1), 284-297.

 

Kristiani, K. F., & Airlanda, G. S. (2021). Meta Analisis Model Pembelajaran

 

Cooperative Learning Tipe Student Team Achievement Divisions terhadap Hasil

 

Belajar Kognitif Siswa Sekolah Dasar. Jurnal Basicedu, 5(5).

 

Maghfhirah, S., & Maemonah, M. (2020). Pemikiran Behaviorisme Dalam Pendidikan

 

(Study Pendidikan Anak Usia Dini). Bunayya: Jurnal Pendidikan Anak, 6(2), 89- 110.

 

Majid, M. F. A. F., & Suyadi, S. (2020). Penerapan Teori Belajar Behavioristik Dalam

 

Pembelajaran PAI Di SDN Nogopuro Yogyakarta. Jurnal PAI Raden Fatah, 2(2),

 

148-155.

 

Mukinan. (1997). Teori Belajar dan Pembelajaran. Yogyakarta: P3G IKIP

 

Nahar, N. I. (2016). Penerapan Teori Belajar Behavioristik Dalam Proses

 

Pembelajaran. NUSANTARA: Jurnal Ilmu Pengetahuan Sosial, 1(1).

 

Nasution. (2006). Asas-Asas Kurikulum. Jakarta: Jakarta: Bumi Aksara.

 

Pratama, I. B. (2013). Landasan Pembelajaran. Bali: Undiksha Press.

 

Puspitasari, R. Y., & Airlanda, G. S. (2021). Meta-Analisis Pengaruh Pendekatan

 

Pendidikan Matematika Realistik (PMR) Terhadap Hasil Belajar Siswa Sekolah

 

Dasar. Jurnal Basicedu, 5(2), 1094-1103.

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun