IMPLEMENTASI PSIKOLOGI BEHAVIORISME DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA
Â
Nur Sulis Setiawati
Program Studi Bimbingan dan Konseling Islam
Universitas Islam Syarifuddin
Jln. Pps Kyai Syarifuddin, Lumajang, Indonesia
Â
ABSTRAK
Tujuan penulisan artikel ini yaitu untuk mendeskripsikan bahwa Psikologi Behaviorisme bisa digunakan dalam pembelajaran matematika. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan library research ( penelitian literatur). Penelitian literatur dilakukan dengan cara mengumpulkan informasi melalui pustaka, kemudian mencatat dan mengolah data yang sudah didapatkan. Hasl dari penelitian ini ialah berfokus pada teori behavioristik adalah perilaku yang terlihat dan penyebab luar yang menstimulusnya. Belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman. Pembelajaran yang didasarkan pada tingkah laku diperoleh dari pengalaman. Pembelajaran yang didasarkan pada tingkah laku diperoleh dari pengkodisian lingkungan.
Kata Kunci : Psikologi Behaviorisme, Pembelajaran, Matematika
ABSTRACT
The purpose of writing this article is to describe that Behavioral Psychology can be used in learning mathematics. The research method used is qualitative research with a library research approach. Literature research is carried out by collecting information through the library, then recording and processing the data that has been obtained. The result of this research is that it focuses on behavioristic theory, namely visible behavior and external causes that stimulate it. Learning is a change in behavior as a result of experience. Learning based on behavior is obtained from experience. Learning based on behavior is obtained from environmental conditioning.
Keywords: Psychology Behaviorism, Learning, Mathematics
PENDAHULUAN
Ada beberapa pandangan psikologi terhadap manusia yang dapat menjelaskan
perilaku manusia Salah satu diantaraya adalah psikologi behaviorisme. Pandangan
behaviorisme `mengakui pentingnya memasukkan atau menyampaikan input yang
berupa stimulus dan keluaranatau output yang merupakan sebuah respon.
Behavioris mempelajari pada pembentukan tingkah laku yang sesuai
hubungan antara stimulus dengan respon yang biasa diamati serta tak
berhubungan dengan kesadaran maupun konstruksimental. di proses belajar,
behavioris melihat belajar sebagai perubahan tingkah laku. Belajar ialah akibat
dari hubungan antara stimulus dan respon.
Seseorang diklaim sudah belajar jika dia memberikan perubahan sikap.
menurut behavioris pada belajar yang penting adalah input yang berupa stimulus
dan hasil yang berupa respons. Stimulus merupakan sesuatu yang diberukan
guru pada peserta didik sedangkan respon merupakan tanggapan peserta didik
terhadap stimulu yang diberikan.[1]
Â
Pandangan Psikologi Behaviorisme memperkenalkan beberapa konsep
Â
dalam menangani sikap tersebut, di antaranya yaitu pengaturan stimulus, observasi terhadap respon yang diberikan, pemberian reward (hadiah) danhukuman. Konsep - konsep pada pandangan behaviorisme tersebut mempunyai
Â
beberapa kemiripan dengan teori belajar islam. tetapi teori belajar pada islam
Â
lebih aktif serta universal disbanding teori behaviorisme.[2]
Â
METODE PENELITIAN
Â
Penelitian ini berfokus pada kajian psikologi behaviorisme dengan menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan library research ( penelitian literatur). Penelitian literatur dilakukan dengan cara mengumpulkan informasi melalui pustaka, kemudian mencatat dan mengolah data yang sudah didapatkan. Hasl dari penelitian ini ialah berfokus pada teori behavioristik adalah perilaku yang terlihat dan penyebab luar yang menstimulusnya.
Â
Â
HASIL DAN PEMBAHASAN
Â
Behaviorisme merupakan sebuah aliran dalam yang berpendapat bahwa
Â
perilaku harus ialah unsur subjek tunggal psikologi. Behaviorisme merupakan
Â
aliran revolusioner, kuat serta berpengaruh, dan mempunyai akar sejarah yg
Â
relatif dalam. Behaviorisme lahir menjadi reaksi tehadap intospeksionisme (yang
Â
menganalisis jiwa manusia sesuai laporan- laporan subjektif) dan juga
Â
psikoanalisis (yang berbicara perihal alam bawah sadar yang tak tampak).[3]
Â
Behaviorisme ialah salah satu aliran psikologi yang memandang individu
Â
hanya dari sisi fenomena jasmaniah serta mengabaikan aspek-aspek mental. Teori
Â
kaum behaviorisme lebih dikenal menggunakan nama teori belajar sebab semua perilaku organisme sebagai efek lingkungan. Behaviorisme tak mau
Â
mempersoalkan apakah manusia baik atau buruk , rasional atau emosional,
Â
behaviorisme hanya ingin mengetahui bagaimana perilakunya dikendalikan oleh
Â
faktor-faktor lingkungan .
Â
Behaviorisme ingin menganalisis bahwa perilaku yang tampak saja bisa
Â
diukur, dilukis, serta diramalkan. Behaviorisme memandang juga bahwa saat
Â
dilahirkan, pada dasarnya manusia tak membawa bakat apa- apa. Manusia akan
Â
berkembang sesuai stimulus yang diterima dari lingkungan sekitarnya.
Â
Lingkungan yang jelek membentuk manusia yg jelek, lingkungan yang baik
Â
membentuk manusia ynag baik. Kaum behavioris memusatkan dirinya pada
Â
pendekatan ilmiah yang sungguh benar-benar objektif. Kaum behavioris mencoret dari kamus ilmiah mereka, seluruh peristilahan yang bersifat subjektif, seperti
Â
sensasi, persepsi, hasrat, tujuan, bahkan termasuk berfikir serta emosi, sejauh ke 2
Â
pengertian tadi dirumuskan secara subjektif.
Â
Teori behaviorisme melihat individu hanya dari jasmani dan
Â
mengesampingkan mental. Para penganut teori ini tidak mengakui adanya bakat,
Â
kecerdasan, minat, dan perasaan individu pada proses belajar. Menurut mereka,
Â
belajar hanya untuk melatih refleksi- refleksi sehingga menjadi kebiasaan yang di
Â
kuasai individu. Seseorang sudah sianggap belajar apabila ada perubahan
Â
kebiasaan atau perilaku dirinya. Terdapat beberapa konsep penting pada psikologi
Â
behaviorisme ini, di antaranya adalah: Stimulus, respond dan penguat.
Â
Pada arti belajar teori ini lebih menekankan di tingkah laku manusia
Â
sebagai dampak dari hubungan antara stimulus serta respons terhadap lingkungan.
Â
Teori ini berkembang sebagai aliran psikologi belajar yang berpengaruh terhadap
Â
pengembangan teori pendidikan dan pembelajaran yang dikenal menjadi aliran
Â
behaviorisme. Aliran ini menegaskan pada terbentuknya perilaku yang dapat
Â
dilihat sebagai hasil dari belajar. Di teori ini seringkali dianggap S-R psikologis
Â
artinya bahwa tingkah laku manusia dikendalikan oleh ganjaran atau reward serta
Â
penguatan atau reinforcement dari lingkungan. Dengan demikian pada tingkah
Â
laku belajar ada jalinan yang erat antara reaksi-reaksi behavior menggunakan
Â
stimulusnya.
Â
Belajar ialah perubahan tingkah laku dan pengetahuan yang relative lama
Â
dari hasil praktek maupun pengalaman sendiri. Terdapat beberapa poin diantanya:
Â
pertama, belajar menimbulkan perubahan. Pengalaman yang seseorang tentang
Â
melakukan sesuatu di sekolah telah berubah menjadi belajar melalui proses belajar
Â
sejak menjadi siswa baru. Seperti halnya dokter yang perilakunya akan berubah
Â
saat dia mampu menyembuhkan seseorang (pasien).
Â
Kedua, perubahan dalam pengetahuan atau perilaku terjadi dalam waktu
Â
relative tetap atau cukup lama. Seperti ketikan anda pertama kali mengisi formulir
Â
sekolah anda akan bertanya kepada teman anda tentang bagaimana caranya
Â
mengisi formulir tersebut, maka dari itu bukan belajar karena tidak ada perubahan
Â
yang tetap dalam cara pendaftara tersebut. Sama halnya dengan dokter, yang
Â
sedang menangani pasien gawat darurat karena kecelakaan juga bukan belajar
Â
karena tidak ada perubahan permanen dala menangani pasien tersebut.
Â
Ketiga, belajar ialah hasil dari praktek yang melalui pengalaman saat
Â
melihat orang lain. Seperti halnya pramugari yang praktek tentang cara
Â
menyajikan makanan di pesawat, melalui cara – cara yang telah di perlihatkan.
Â
Degan demikian, dalam perilaku dalam belajar terdapat jalinan yang erat antara
Â
stimulus yang diberikan dengan reaksi – reaksi atau respon behavioral.
Â
Penerapan teori behavioristik dalam kegiatan pembelajaran tergantung pada
Â
beberapa komponen, seperti tujuan pembelajaran, materi pelajaran, karakteristik
Â
siswa, media, fasilitas pembelajaran, lingkungan, dan penguatan (Sugandi, 2007).
Â
Teori belajar behavioristik cenderung mengarahkan siswa untuk berfikir. Pandangan
Â
teori belajar behavioristik menekankan proses pembentukan, di mana siswa dibawa
Â
menuju pencapaian tujuan tertentu, sehingga siswa menjadi terbatas dalam kreativitas
Â
dan imajinasi. Pembelajaran yang didesain berdasarkan teori belajar behavioristik
Â
memandang pengetahuan sebagai objektif, sehingga belajar dipandang sebagai
Â
penerimaan pengetahuan, sedangkan mengajar dipandang sebagai proses
Â
pemindahan pengetahuan kepada siswa. Oleh karena itu, diharapkan siswa memiliki
Â
pemahaman yang seragam terhadap pengetahuan yang diajarkan. Artinya, apa yang
Â
dijelaskan oleh guru haruslah dipahami dengan baik oleh siswa.
Â
Hal yang paling penting dalam teori belajar behavioristik adalah masukan dan
Â
keluaran yang berupa respons. Menurut teori ini, hubungan antara stimulus dan
Â
respons dianggap tidak penting untuk diperhatikan karena tidak dapat diamati dan
Â
diukur. Yang dapat diamati hanyalah stimulus dan respons itu sendiri. Oleh karena
Â
itu, apa pun yang diberikan oleh guru dan apa pun yang dihasilkan oleh siswa
Â
semuanya harus dapat diamati dan diukur untuk melihat perubahan dalam tingkah
Â
laku. Faktor penting lainnya dalam teori belajar behavioristik adalah penguatan.
Â
Penguatan adalah segala hal yang dapat memperkuat munculnya respons. Namun,
Â
pandangan behavioristik kurang dapat menjelaskan variasi tingkat emosi siswa,
Â
meskipun mereka memiliki pengalaman penguatan yang sama. Pandangan
Â
behavioristik juga tidak dapat menjelaskan perbedaan perilaku dan tanggapan dalam
Â
memahami suatu pelajaran antara dua anak dengan kemampuan dan pengalaman
Â
penguatan yang relatif sama. Dalam pandangan behavioristik, hanya stimulus dan
Â
respons yang dapat diamati yang diakui. Teori belajar behavioristik tidak
Â
memperhatikan pengaruh pikiran atau perasaan yang mempertemukan unsur-unsur
Â
yang diamati (Pratama, 2013).
Â
Teori belajar behavioristik menekankan perubahan tingkah laku sebagai akibat
Â
interaksi antara stimulus dan respons, sementara belajar dipandang sebagai aktivitas
Â
yang mendorong siswa untuk mengungkapkan kembali pengetahuan yang telah
Â
dipelajari. Menurut Mukinan (1997) terdapat beberapa prinsip dalam teori ini
Â
meliputi: (1) belajar dianggap sebagai perubahan tingkah laku, di mana seseorang
Â
dianggap telah belajar jika ia dapat menunjukkan perubahan tersebut, (2) stimulus
Â
dan respons dianggap sebagai hal terpenting dalam belajar karena dapat diamati,
Â
sedangkan hal-hal yang tidak dapat diamati dianggap tidak penting, dan (3)
Â
penguatan, yaitu segala hal yang dapat memperkuat timbulnya respons, merupakan
Â
faktor penting dalam belajar. Pendidikan berusaha mengembangkan perilaku siswa
Â
menuju yang lebih baik, dan pendidik berupaya memahami peserta didik yang sedang
Â
mengalami proses perkembangan. Perkembangan perilaku merupakan objek
Â
pengamatan dalam aliran-aliran behaviorisme. Perilaku dapat meliputi sikap, ucapan,
Â
dan tindakan individu, sehingga menjadi bagian dari psikologi. Oleh karena itu,
Â
psikologi pendidikan mempelajari masalah yang mempengaruhi perilaku individu
Â
atau kelompok dalam proses belajar.
Â
Teori belajar behavioristik cenderung mengarahkan siswa untuk berfikir.
Â
Pandangan teori belajar behavioristik merupakan proses pembentukan, yaitu
Â
membawa siswa untukmencapai target tertentu, sehingga menjadikan siswa yang
Â
tidak bebas berkreasi dan berimajinasi. Pembelajaran yang dirancang pada teori
Â
belajar behavioristik memandang pengetahuan adalah objektif, sehingga belajar
Â
merupakan perolehan pengetahuan, sedangkan mengajar adalah memindahkan
Â
pengetahuan kepada siswa. Hal yang palingpenting dalam teori belajar behavioristik
Â
adalah masukan dan keluaran yang berupa respons. Menurut teori ini, antara stimulus
Â
dan respons dianggap tidak penting untuk diperhatikan karena tidak dapat diamati dan
Â
diukur. Dengan demikian yang dapat diamati hanyalah stimulus dan respons. Oleh
Â
sebab itu, apa saja yang diberikan olehguru dan apa saja yang dihasilkan oleh siswa
Â
semuanya harus dapat diamati dan diukur yang bertujuan untuk melihat terjadinya
Â
perubahan tingkah laku.
Â
Â
KESIMPULAN DAN SARAN
Â
Teori belajar behavioristik merupakan teori belajar yang menekankan pada tingkah
Â
laku manusia sebagai akibat dari interaksi antara stimulus dan respons. Teori ini memiliki
Â
pengaruh yang signifikan terhadap pengembangan teori pendidikan dan pembelajaran
Â
yang dikenal dengan aliran-aliran behavioristik. Dalam teori belajar behavioristik, siswa
Â
yang belajar ditempatkan sebagai individu yang pasif, di mana perilaku atau respons
Â
tertentu dapat dibentuk melalui metode pelatihan atau pembiasaan. Menurut aliran-aliran
Â
behavioristik, belajar pada dasarnya merupakan pembentukan asosiasi antara stimulus
Â
yang diterima oleh panca indera dengan kecenderungan untuk bertindak atau hubungan
Â
antara stimulus dan respons.
Â
Fokus utama dalam teori belajar behavioristik adalah pada perilaku yang dapat
Â
diamati dan penyebab luar yang menstimulasinya. Belajar dipahami sebagai perubahan
Â
dalam tingkah laku yang dihasilkan dari pengalaman. Pembelajaran yang didasarkan pada
Â
teori belajar behavioristik melibatkan pengkondisian lingkungan. Pengkondisian tersebut
Â
terjadi melalui interaksi dengan lingkungan sekitar. Dengan demikian, dalam belajar
Â
berperilaku terdapat hubungan erat antara respons-respons behavioristik dengan stimulus
Â
yang diberikan. Ciri-ciri teori belajar behavioristik antara lain, teori ini mempelajari
Â
perbuatan manusia bukan dari kesadarannya, melainkan hanya mengamati perbuatan dan
Â
tingkah laku yang berdasarkan kenyataan. Pengalaman batin dianggap kurang relevan,
Â
dan perhatian lebih diberikan pada perubahan dan gerakan dalam tubuh. Oleh karena itu,
Â
behaviorisme dapat dianggap sebagai ilmu jiwa tanpa jiwa, karena fokus utamanya adalah
Â
pada aspek eksternal dan perilaku yang dapat diamati.
Â
Â
Â
Â
Â
Â
Â
Â
Â
Â
Â
Â
Â
Â
Â
Â
Â
Â
Â
Â
Â
DAFTAR REFERENSI
Â
Amsari, D. & Mudjiran, M. (2018). Implikasi Teori Belajar E. Thorndike (Behavioristik)
Â
dalam Pembelajaran Matematika. Jurnal Basicedu, 2(2), 52-60.
Â
Baharudin, B., & Wahyuni, E. N. (2012). Teori Belajar & Pembelajaran. Yogyakarta:
Â
Ar-Ruzz Media.
Â
Djaali. (2011). Psikologi Pendidikan. Malang: PT. Bumi Aksara.
Â
Handayani, E. S., & Subakti, H. (2021). Pengaruh Disiplin Belajar terhadap Hasil Belajar
Â
Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar. Jurnal Basicedu, 5(1), 151-164.
Â
Huda, M. (2023). Kontrol diri dan tawakal terhadap quarter-life crisis pada santri di
Â
pesantren. Journal of Indonesian Psychological Science (JIPS), 3(1), 284-297.
Â
Kristiani, K. F., & Airlanda, G. S. (2021). Meta Analisis Model Pembelajaran
Â
Cooperative Learning Tipe Student Team Achievement Divisions terhadap Hasil
Â
Belajar Kognitif Siswa Sekolah Dasar. Jurnal Basicedu, 5(5).
Â
Maghfhirah, S., & Maemonah, M. (2020). Pemikiran Behaviorisme Dalam Pendidikan
Â
(Study Pendidikan Anak Usia Dini). Bunayya: Jurnal Pendidikan Anak, 6(2), 89- 110.
Â
Majid, M. F. A. F., & Suyadi, S. (2020). Penerapan Teori Belajar Behavioristik Dalam
Â
Pembelajaran PAI Di SDN Nogopuro Yogyakarta. Jurnal PAI Raden Fatah, 2(2),
Â
148-155.
Â
Mukinan. (1997). Teori Belajar dan Pembelajaran. Yogyakarta: P3G IKIP
Â
Nahar, N. I. (2016). Penerapan Teori Belajar Behavioristik Dalam Proses
Â
Pembelajaran. NUSANTARA: Jurnal Ilmu Pengetahuan Sosial, 1(1).
Â
Nasution. (2006). Asas-Asas Kurikulum. Jakarta: Jakarta: Bumi Aksara.
Â
Pratama, I. B. (2013). Landasan Pembelajaran. Bali: Undiksha Press.
Â
Puspitasari, R. Y., & Airlanda, G. S. (2021). Meta-Analisis Pengaruh Pendekatan
Â
Pendidikan Matematika Realistik (PMR) Terhadap Hasil Belajar Siswa Sekolah
Â
Dasar. Jurnal Basicedu, 5(2), 1094-1103.
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H