Mohon tunggu...
Nursalam AR
Nursalam AR Mohon Tunggu... Penerjemah - Penerjemah

Penerjemah dan konsultan bahasa. Pendiri Komunitas Penerjemah Hukum Indonesia (KOPHI) dan grup FB Terjemahan Hukum (Legal Translation). Penulis buku "Kamus High Quality Jomblo" dan kumpulan cerpen "Dongeng Kampung Kecil". Instagram: @bungsalamofficial. Blog: nursalam.wordpress.com.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Gadis Manis di Kereta Waktu

18 Februari 2021   12:06 Diperbarui: 18 Februari 2021   13:00 930
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Perhatianku keburu terampas oleh seorang gadis hitam manis berambut panjang di ujung gerbong. 

Ia duduk diam, pandangannya menerawang. Matanya kosong. Sekosong isi kepalanya ketika aku terobos benaknya. Namun ada lipatan-lipatan neuron otaknya yang membuatku tahu siapa dia. 

Hm...Uchi. Apa gerangan yang membuatmu bersedih?

Ada suatu file di neuron otaknya. Di sepenggal malam sunyi. Durasi sekian jam. 

Uchi terisak pelan. Derai airmata membulir dalam gelap mata cantiknya. Wajah Ambon manise titipan ibunya sebetulnya cukup menarik. Entah mengapa ia belum dapat jodoh juga. 

Sebagai penumpang kereta, sebetulnya cukup banyak lelaki yang mengajaknya berkenalan. Tapi hanya iseng. Seiseng jemari mereka yang merambah bongkahan padat auratnya di tengah kesesakan sarden kereta.

Mau buat apa ia, bergerak pun tak kuasa. Lidahnya terlalu geram untuk menjerit. Hanya geram dan sedih tertahan dalam gerayangan jahanam. Meski kadang ia merinduinya juga, serindu perawan usia tigapuluhan akan madu lelaki.

Ah, ada file manis juga ternyata!

"Turun di mana, Mbak?" Lelaki tampan dan simpatik itu bertanya dengan tatapan hangatnya. Senyumnya mengembang. Dagunya belah dua.

"Juanda," Uchi tersipu malu.

Yan, namanya. Dokter muda yang hari itu terpaksa naik kereta karena mobilnya rusak. Keterpaksaan yang jadi kebiasaan. Pertemuan demi pertemuan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun