Mohon tunggu...
Nurmin Marzuki
Nurmin Marzuki Mohon Tunggu... Guru - Write With Heart

MERANGKAI KATA DENGAN HATI

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kajian Nilai Filosofis dan Nilai Pendidikan Karakter dalam Novel "Kembali ke Desa" Karya Tri Budhi Sastrio

28 Juli 2022   23:34 Diperbarui: 28 Juli 2022   23:45 300
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

KAJIAN NILAI  FILOSOFIS DAN NILAI  PENDIDIKAN KARAKTER DALAM NOVEL KEMBALI KE DESA  KARYA TRI BUDHI SASTRIO 

 

HE STUDY OF PHILOSOPHICAL VALUE AND CHARACTER EDUCATION VALUE IN NOVEL BACK TO THE VILLAGE OF TRI BUDHI SASTRIO 

1Nurmin, 2Mulyanto, 3Tri Budhi Sastrio

Program Studi Magister Pendidikan Bahasa Indonesia Unitomo Surabaya

Email: 1nurminmarzuki76@gmail.com,   2mulyanto@unitom.ac.id,  3tribudhis@yahoo.com.

Abstrak

Artikel ini membahas tentang kajian nilai filosofis dan nilai pendidikan karakter dalam Novel Kembali ke Desa Karya Tri Budhi Sastrio. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kajian filosofis dan nilai pendidikan karakter dalam Novel Kembali ke Desa Karya Tri Budhi Sastrio.

Jenis penelitian yang digunakan deskriptif  kualitatif. Sumber data penelitian ini adalah novel “Kembali ke Desa” Karya Tri Budhi Sastrio yang diterbitkan oleh penerbit C.V Jejak Publisher Tahun 2018. Metode pengumpulan data yang  digunakan yaitu pustaka, baca, dan catat. 

Teknik analisis data menggunakan teknik  analisis deskriptif (descripstive analysis) dan analisis isi (content analysis) untuk menemukan nilai-nilai filosofis dan nilai pendidikan karakter dalam Novel Kembali ke Desa Karya Tri Budhi Sastrio.

Berdasarkan hasil analisis data kajian nilai filosofis dan nilai pendidikan karakter dalam Novel Kembali ke Desa Karya Tri Budhi Sastrio ditunjukkan melalui perkataan, tindakan, dan percakapan antartokoh Putu Larasati dan Mayor Hoffman tentang kajian nilai filosofis hidup bahwa tokoh Putu Larasati ingin  kembali ke Desa tak ingin hidup di Tangsi bersama Mayor Hoffman, 

kesetiaan dan keteguhan suatu komitmen bahwa tokoh Putu Larasati tetap setia dan teguh pada suaminya yang telah meninggal Kapten Robert van Eyk, dan rendah hati bahwa tokoh Putu Larasati sebagai gadis pribumi tetap rendah hati dan santun pada Mayor Dan nilai pendidikan karakter nilai pendidikan karakter kreatif bahwa tokoh Putu Larasati terus belajar menghafal dan menggunakan bahasa Belanda bersama suaminya Kapten Robert van Eyk. 

Nilai pendidikan karakter gemar membaca bahwa tokoh Putu Larasati selain menulis cerpen, Putu Larasati juga gemar membaca terutama membaca kembali karya-karya yang diciptakan sendiri. 

Dan pendidikan karakter tanggung jawab bahwa tokoh Putu Larasati penuh tanggung jawab mewakili keluarganya untuk mempertahankan hak-hak orang tuanya yang dipaksa untuk membayar pajak oleh kaki tangan Belanda.

Kata-kata kunci: novel, kajian nilai filosofis, nilai pendidikan karakter

Abstract

This article discusses the study of philosophical values and the value of character education in the Novel Back to the Village by Tri Budhi Sastrio. The purpose of this study was to determine the philosophical study and the value of character education in the Novel Back to Desa Karya Tri Budhi Sastrio.

The type of research used is descriptive qualitative. The data source for this research is the novel Back to the Village by Tri Budhi Sastrio Published by C.V Jejak Publisher in 2018. The data collection methods used are literature, reading, and taking notes. The data analysis technique used descriptive analysis and content analysis to find the philosophical values and character education values in the novel Back to the Karya Tri Budhi Sastrio.

Based on the results of the data analysis of the study of philosophical values and the value of character education in the novel Back to the Village by Tri Budhi Sastrio, it is shown through the words, actions, and conversations between the characters Putu Larasati and Mayor Hoffman about the study of the philosophical values of life that the character Putu Larasati wants to return to the village does not want to live at Tangsi with Major Hoffman, 

loyalty and firm commitment that the character Putu Larasati remains loyal and steadfast to her dead husband Captain Robert van Eyk, and humbled that the character Putu Larasati as an indigenous girl remains humble and polite to Major and the value of character education The value of creative character education is that Putu Larasati continues to learn to memorize and use Dutch with her husband, Captain Robert van Eyk. 

The value of character education is fond of reading that Putu Larasati's character apart from writing short stories, Putu Larasati also likes to read, especially rereading his own creations. And responsible character education that Putu Larasati is full of responsibility to represent his family to defend the rights of his parents who were forced to pay taxes by Dutch agents.

Keywords: novel, philosophical value study, character education value

 

PENDAHULUAN 

Novel sebagai bagian dari karya sastra, juga memiliki imajinasi dan emosi yang dilahirkan oleh dorongan dasar manusia untuk mengungkapkan dirinya. Novel yang diciptakan, juga bertujuan untuk memecahkan permasalahan manusia dan kemanusiaan yang telah berlangsung sepanjang hari, bahkan sepanjang zaman. Novel sebagai karya sastra juga dimanfaatkan untuk konsumsi intelektual (Semi, 2012).

Novel yang merupakan bagian dari sastra itu, dapat memberikan pengaruh besar terhadap sikap dan perilaku pembaca novel. Novel memiliki unsur instrinsik (dalam) dan unsur ekstrinsik (luar) yang membuat peristiwa-peristiwa di dalam novel seolah-olah benar-benar terjadi. 

Sebab, ketegangan cerita yang disajikan sebuah novel, selalu saja menyisipkan pesan-pesan moral, penghargaan pada kejujuran, keberanian menghadapi cobaan hidup, solidaritas antar teman, atau sikap dan pemikiran yang patut dimiliki seorang manusia yang baik akhlaknya. (Navisah, 2010).

Ada berbagai macam cara untuk menjabarkan hubungan sastra dengan pemikiran sehingga sastra sering dipandang sebagai suatu bentuk filsafat. Baik sastra maupun filsafat adalah dunia pemikiran. Sebagai suatu dunia pemikiran, sastra tidak bisa melepaskan diri dari keadaan lingkungannya. Karena itu sastra pada hakikatnya adalah suatu tiruan dari kenyataan atau mimesis (Darma, 2019: 40-41). 

Di samping itu, sastra sering dianalisis untuk mengungkapkan pemikiran-pemikiran hebat. Analisis pemikiran pengarang secara perorangan tidaklah mudah karena sikap dan pemikiran tidak dapat diformalisasikan secara nyata dan jelas (Wellek dan Warren, 2016).

Novel Kembali ke Desa Karya Tri Budhi Sastrio adalah salah satu karya sastra yang banyak mengandung unsur filosofi hidup dari masyarakat yang digambarkannya. Filosofi hidup tersebut dapat menjadi acuan bagi sebuah pemahaman terhadap masyarakat yang bersangkutan. 

Tri Budhi Sastrio  secara apik telah memasukkan filosofi hidup dan nilai-nilai pendidikan karakter yang menjadi latar penceritaan novel Kembali ke Desa Karya Tri Budhi Sastrio. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana kajian filosofis dan nilai pendidikan karakter dalam Novel Kembali ke Desa Karya Tri Budhi Sastrio? Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kajian filosofis dan nilai pendidikan karakter dalam Novel Kembali ke Desa Karya Tri Budhi Sastrio.

LANDASAN TEORI 

Penulis paparkan terkait dengan beberapa penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti sebelumnya, antara lain yaitu: Penelitian yang disusun oleh Agus Yulianto dari Balai Bahasa Kalsel dengan judul penelitian Unsur Filosofi Hidup dalam Novel  ”Cinta di Dalam Gelas” Karya Andrea Hirata. 

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bentuk-bentuk filosofi hidup yang terkandung di dalam novel Cinta di Dalam Gelas beserta makna yang dikandungnya serta untuk memahami sebuah masyarakat melalui filosofi hidup yang dimilikinya. 

Teori yang digunakan pendekatan sosiologi sastra. Persamaan yang dikaji sama-sama mengkaji nilai-nilai filsafat dengan teori yang sama dan metode penelitian yang digunakan sama. Sedangkan perbedaan penelitian ini dengan yang terdahulu dari pembahasan hasil penelitian yang diteliti filsafat dalam masyarakat Melayu Belitung. 

Sedangkan peneliti hanya menganalisis tokoh Larasati dalam novel Kembali ke Desa Karya Tri Budhi Sastrio dari nilai-nilai filsafat dan nilai pendidikan.

Novel menurut Nurgiyantoro (2015) berasal dari bahasa novella, yang dalam bahasa Jerman disebut novelle dan novel dalam bahasa Inggris, dan inilah yang kemudian masuk ke Indonesia. Secara harfiah novella berarti sebuah barang baru yang kecil, yang kemudian diartikan sebagai cerita pendek yang berbentuk prosa. 

Jadi, Novel adalah karangan yang panjang dan berbentuk prosa dan mengandung rangkaian cerita kehidupan seseorang dengan orang lain di sekelilingnya dengan menonjolkan watak dan sifat setiap pelaku. Novel adalah bentuk karya sastra yang di dalamnya terdapat nilai-nilai budaya, sosial, moral dan pendidikan.

Filosofis menurut Russel (2010) berasal dari kata filsafat yang berarti pandangan hidup seseorang atau sekelompok orang yang merupakan konsep dasar mengenai kehidupan yang dicita-citakan. Filsafat juga diartikan sebagai suatu sikap seseorang yang sadar dan dewasa dalam memikirkan segala sesuatu secara mendalam dan ingin melihat dari segi yang luas dan menyeluruh dengan segala hubungan. 

Jadi dapat disimpulkan bahwa nilai-nilai filosofis adalah suatu keyakinan mengenai cara bertingkah laku dan tujuan akhir yang diinginkan individu, dan digunakan sebagai prinsip atau standar dalam hidup yang terdapat dalam pandangan hidup seseorang atau sekelompok orang yang merupakan konsep dasar mengenai kehidupan yang dicita-citakan.

Nilai menurut Muhmidayeli (2011) dapat diartikan dalam makna benar dan salah, baik dan buruk, manfaat dan berguna, indah dan jelek, dan lain sebagainya. Nilai adalah prinsip sosial, tujuan-tujuan atau standar yang dipakai atau diterima oleh individu, kelas, masyarakat, dan nilai-nilai.

Nilai-nilai pendidikan karakter yang dimaksud dalam penelitian ini sebagaimana hasil kajian empirik Pusat Kurikulum Kementrian Pendidikan Nasional, mencakup 18 (delapan belas) nilai karakter  (2011): 

(1) religius, (2) jujur, (3) toleransi, (4) disiplin, (5) kerja keras, (6) kreatif, (7) mandiri, (8) demokratis, (9) rasa ingin tahu, (10) semangat kebangsaan, (11) cinta tanah air, (12) menghargai prestasi, (13) bersahabat/ komunikatif, (14) cinta damai, (15) gemar membaca, (16) peduli lingkungan, (17) peduli sosial, dan (18) tanggung jawab.

METODE PENELITIAN 

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif  kualitatif. Penelitian kualitatif menurut Moleong (2012) adalah suatu penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan dan menganalisis fenomena, peristiwa, aktivitas sosial, sikap, kepercayaan, persepsi, pemikiran orang secara individual maupun kelompok. 

Jadi, penelitian ini akan dianalisis dengan deskriptif kualitatif mengkaji tentang nilai filosofis dan nilai karakter pendidikan dalam Novel Kembali ke Desa Karya Tri Budhi Sastrio dideskripsikan dalam bentuk, kata-kata, kalimat, dan paragraf.

Data penelitian ini adalah Data tertulis berupa teks (kutipan dialog, kata, frasa, dan kalimat) tentang kajian nilai  filosofis dan nilai pendidikan karakter dalam Novel Kembali ke Desa Karya Tri Budhi Sastrio. Sumber data penelitian ini adalah novel “Kembali ke Desa” Karya Tri Budhi Sastrio yang diterbitkan oleh penerbit C.V Jejak Publisher di Jln. Bojonggenteng Nomor 18, Kec. Bojonggenteng  Kab. Sukabumi, Jawa Barat Cetakan pertama Desember 2018, 188 halaman, 14 x 20 cm.

Pedoman instrumen yang digunakan berupa kartu data kajian nilai filosofis (pilihan dalam hidup, kesetiaan dan keteguhan pada suatu komitmen, dan rendah hati dan kesederhanaan) dan nilai pendidikan karakter  (kreatif, gemar membaca, dan tanggung jawab)  dalam Novel Kembali ke Desa Karya Tri Budhi Sastrio.

Metode pengumpulan data menurut Hikmat (2011) dalam kegiatan penelitian ini yaitu pustaka, baca, dan catat. Metode pustaka yang dimaksud dalam penelitian ini menggunakan sumber-sumber tertulis (tesis, skripsi, jurnal). Teknik ini digunakan untuk mencari berbagai referensi yang dibutuhkan tentang kajian nilai filosofis dan nilai  pendidikan karakter dalam Novel Kembali ke Desa Karya Tri Budhi Sastrio.

Membaca berulang-ulang Novel Kembali ke Desa Karya Tri Budhi Sastrio.

Mencatat data di kartu data, kutipan teks (dialog, kata, frasa, dan kalimat) tentang kajian nilai filosofis dan nilai  pendidikan karakter dalam Novel Kembali ke Desa Karya Tri Budhi Sastrio

Mengklasifikasikan data berdasarkan aspek kajian nilai filosofis dan nilai  pendidikan karakter dalam Novel Kembali ke Desa Karya Tri Budhi Sastrio

Mendeskripsikan data yang diperoleh tentang kajian nilai filosofis dan nilai  pendidikan karakter dalam Novel Kembali ke Desa Karya Tri Budhi Sastrio.

Keabsahan data dalam penelitian ini menggunakan teknik trianggulasi. Teknik triangulasi menurut Sutopo (2010) yang digunakan dalam penelitian ini adalah triangulasi teori. Triangulasi teori memanfaatkan beberapa teori atau lebih untuk dipadukan. Data-data yang dikumpulkan melalui teknik pustaka dan baca, dan catat. 

Selanjutnya teori-teori tersebut kemudian dipadukan untuk mengecek data-data yang telah diperoleh guna dapat dipertanggungjawabkan keabsahannya.

Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan teknik  analisis deskriptif (descripstive analysis) dan analisis isi (content analysis). Analisis deskriptif menurut Arikunto (2014) adalah melukiskan dan menafsirkan keadaan yang sekarang. Metode analisis isi merupakan metode menganalisis isi atau kandungan isi. 

Teknik ini digunakan untuk menganalisis semua bentuk komunikasi seperti buku, surat kabar, roman, dan novel.Teknik analisis deskriptif (descripstive analysis) dan analisis isi (content analysis). untuk menemukan nilai-nilai filosofis dan nilai pendidikan karakter dalam Novel Kembali ke Desa Karya Tri Budhi Sastrio.

Prosedur dalam penelitian ini sebagai berikut.

Memilih dan menentukan novel yang akan diteliti. Dalam penelitian ditetapkan novel yang dipilih adalah Novel Kembali ke Desa Karya Tri Budhi Sastrio. Membaca secara cermat dan saksama, berulang-ulang menelaah untuk memahami isinya, dan nilai-nilai filosofis dalam Novel Kembali ke Desa Karya Tri Budhi Sastrio.

Mencatat data yang ditemukan sesuai dengan masalah dan tujuan penelitian, berupa kata, frasa, kalimat, ungkapan-ungkapan, pernyataan yang berkaitan langsung dengan kajian nilai-nilai filosofis dan nilai pendidikan dalam Novel Kembali ke Desa Karya Tri Budhi Sastrio.

Mengidentifikasi dan mengelompokkan data berdasarkan nilai-nilai filosofis dan nilai pendidikan karakter  dalam Novel Kembali ke Desa Karya Tri Budhi Sastrio.

Membuat kartu data berdasarkan hasil identifikasi dan klasifikasi berdasarkan nilai-nilai filosofis dan nilai pendidikan karakter  dalam Novel Kembali ke Desa Karya Tri Budhi Sastrio.

Mendeskripsikan data berdasarkan kajian nilai-nilai filosofis  dan nilai pendidikan karakter  dalam Novel Kembali ke Desa Karya Tri Budhi Sastrio.

Menganalisis data berdasarkan berdasarkan kajian nilai-nilai filosofis  dan nilai pendidikan karakter  dalam Novel Kembali ke Desa Karya Tri Budhi Sastrio.

Menyimpulkan hasil analisis berdasarkan nilai-nilai filosofis dan nilai pendidikan karakter  dalam Novel Kembali ke Desa Karya Tri Budhi Sastrio.

Menyusun laporan hasil penelitian.

Melaporkan hasil penelitian.

Menyerahkan laporan hasil penelitian.

 

PEMBAHASAN 

A. Analisis Nilai Filosofis dalam Novel Kembali ke Desa Karya Tri Budhi Sastrio 

1. Nilai Filosofis Pilihan dalam Hidup

Memilih hidup bukan hal yang mudah. Seringkali kehidupan kita dihadapkan atas keinginan pihak lain, seperti keinginan keluarga, masyarakat, agama maupun negara. Bahkan masa kehidupan kita lebih banyak melayani pihak lain daripada untuk diri sendiri. 

Sehingga tidak banyak orang berani menentukan sikap atas kehidupannya sendiri karena berbagai alasan itu. Hal ini dapat dilihat dalam Novel Kembali  ke Desa Karya Tri Budhi Sastrio tentang nilai filosofis pilihan dalam hidup tergambar pada kutipan berikut.

“Saya ingin hidup di desa, Tuan!” kata Putu Larasati. “Di sini saya tidak mempunyai teman bicara!” Duh Mak, aku sangat rindu padamu, tetapi bisakah aku meyakinkan Mayor bahwa aku tidak ingin tinggal di tangsi tetapi ingin tinggal dan menetap di desa? (hal.10).

Berdasarkan kutipan (a) di atas menggambarkan bahwa tokoh Putu Larasati dalam Novel Kembali  ke Desa Karya Tri Budhi Sastrio, ia ingin hidup di desa di kampung halamannya, tidak ingin lagi tinggal di perumahan bangsa Belanda di tangsi setelah suaminya Kapten Robert van Eyk, meninggal. 

Namun kapten Hoffman memaksakan kehendaknya agar Putu Larasati tetap tinggal ditangsi sesuai pesan almarhum suaminya Kapten Robert van Eyk. Hal ini dapat dilihat pada kutipan (b) berikut.

“Suamimu ingin agar aku memperhatikan nasib dan masa depanmu! Bahkan secara khusus dia memohon kepadaku agar aku mau menghadiahkan padamu kompleks rumah yang selama ini kalian tempati,! Aku setujui permohonan mendiang suamimu. Jadi tetaplah tinggal di rumah yang mulai sekarang sah menjadi milikmu!” Een mooi huis! Rumahmu indah karena ada dirimu! (hal. 9)

Berdasarkan kutipan (b) di atas menggambarkan bahwa Mayor Hoffman dalam Novel Kembali  ke Desa Karya Tri Budhi Sastrio berusaha menahan tokoh Putu Larasati untuk tidak meninggalkan tangsi dengan berbagai rayuan dan janji yang diberikan Mayor Hoffman. Hal ini dapat dilihat pada kutipan berikut.

…kalau engkau pergi dari rumah itu, rumah itu tidak akan ada yang memeliharanya. Jika terus dibiarkan seperti itu maka halamannya yang indah akan menghilang. Terus terang kuakui banyak halaman rumah yang indah tetapi tidak ada yang seperti rumah mendiang suamimu. 

Mulanya aku heran mengapa tata bentuk halaman depannya seperti itu. Bergaya rumah desa yang benar-benar berkepribadian desa. Tidak tahunya ketika kutanyakan hal itu padanya, mendiang suamimu menjawab bahwa itu semua dimaksudkan untuk menyenangkan dirimu. 

Agar engkau betah tinggal di rumah, begitu katanya waktu itu. Kalau engkau pergi maka tata bentuk halaman depan yang seperti itu aku yakin akan segera berubah. Penghuni baru pasti akan segera merombak semuanya dan menggantinya dengan selera mereka. Aku tidak mungkin menghalangi mereka. Namun, kalau engkau yang tetap tinggal di rumah itu, maka aku yakin tidak akan ada perubahan.

Berdasarkan beberapa kutipan di atas jelas sekali bahwa Mayor Hoffman berusaha memaksakan kehendaknya untuk menahan Tokoh Larasati agar tidak meninggalkan tangsi.

 2. Nilai Filosofis Kesetiaan dan Keteguhan suatu Komitmen

Pemikiran filosofis lainnya yang ingin disampaikan oleh pengarang Kembali  ke Desa Karya Tri Budhi Sastrio adalah kesetiaan Kesetiaan adalah kejujuran yang jujur. Namun kesetiaan membutuhkan pengorbanan yang nantinya akan melahirkan kebahagiaan.

Hal ini tercermin juga dari kesetiaan Putu Larasati pada Kapten Robert van Eyk tentang cinta mereka berdua. Hal ini dapat digambarkan pada kutipan (a) berikut.

“Engkau mencintai suamimu, bukan?” tiba-tiba Mayor Hoffman bertanya. Tentu saja engkau mencintai suamimu meskipun dulu engkau pernah direnggut secara paksa. Hmm…

Putu Larasati mengangkat kepala dan mengangguk. Ada senyum halus merekah di sana (hal. 11)

Berdasarkan kutipan (a) di atas menggambarkan bahwa tokoh Putu Larasati dalam Novel Kembali  ke Desa Karya Tri Budhi Sastrio sangat mencintai suaminya. Walaupun suaminya telah meninggal, Putu Larasati tidak ingin berpaling dari cinta suaminya. Hal ini dapat dilihat pada kutipan berikut.

“Saya tidak akan menikah lagi, Tuan!” kata Putu Larasati sesaat kemudian. Dialog dalam hatinya diputuskan begitu saja “Bersama-sama dengan suami saya, kami berdua telah saling berjanji. Asal dia tetap setia pada saya, maka saya pun akan setia padanya! Dan dia Tuan, sampai akhir hayatnya, belum sekali pun bergaul dengan wanita lain. Atau barangkali Tuan pernah mendengar atau melihat dia tidur dengan wanita lain selain saya setelah pernikahan kami? (hal. 14)

Berdasarkan kutipan (b) di atas menggambarkan bahwa tokoh Putu Larasati dalam Novel Kembali  ke Desa Karya Tri Budhi Sastrio tetap pada kesetiaan dan keteguhannya mencintai suaminya walaupun telah meninggal dan tak ingin menikah lagi.

3. Nilai Filosofis Rendah Hati 

Kerendahan hati berarti tidak bersikap angkuh dan merasa hebat atau paling benar dibandingkan yang lain, melainkan mau mendengarkan pendapat orang lain. Keredahan hati maksudnya bukan melihat diri sendiri rendah, akan tetapi mengetahui kelemahan dan kekurangan diri, dan hal tersebut menjadi kekuatan manusia dalam menggali kekuatan yang ada dalam dirinya. Suseno (2011: 149).

Nilai filosofis rendah hati yang digambarkan Tokoh Larasati dalam Kembali  ke Desa Karya Tri Budhi Sastrio dapat dilihat pada kutipan berikut.

Putu Larasati mengangkat kepala dan memandang atasan suaminya. Namun, cuma sebentar dan kemudian menunduk kembali. Tiga tahun dia berkumpul dengan suaminya. Tiga tahun dia bergaul dengan orang-orang Belanda tetapi tetap saja tidak bisa menghilangkan rasa rendah dirinya meskipun suaminya temasuk orang Belanda yang baik (hal. 8).

Berdasarkan kutipan (a) di atas menggambarkan bahwa tokoh Putu Larasati dalam Novel Kembali  ke Desa Karya Tri Budhi Sastrio sebagai gadis pribumi menjunjung tinggi tradisi budaya yang melekat pada diri Putu Larasati yang dilahirkan di desa yang masih memegang teguh rendah hati dan kesederhanaan. Hal ini dapat dilihat pada kutipan berikut.

“Saya wanita desa biasa, Tuan! Tidak layak diantar pulang oleh seorang perwira militer kecuali suami saya sendiri tentunya!” (hal. 77) 

Berdasarkan kutipan (b) di atas menggambarkan bahwa tokoh Putu Larasati dalam Novel Kembali  ke Desa Karya Tri Budhi Sastrio sebagai gadis desa sebagai rakyat biasa yang hidup sederhana dan bukan gadis ningrat yang harus dihormati di kalangan orang-orang berada.

B. Analisis Nilai Pendidikan Karakter dalam Novel Kembali ke Desa Karya Tri Budhi Sastrio 

Nilai karakter yang ditunjukkan oleh tokoh utama dalam Novel Kembali  ke Desa Karya Tri Budhi Sastrio dapat dilihat dari perkataan tokoh, tindakan tokoh, dan percakapan antar tokoh. Hasil analisis penulis mengenai perkataan tokoh Putu Larasati, tindakan Tokoh Putu Larasati dan percakapannya dengan tokoh lain yang menunjukkan nilai karakter.

Nilai pendidikan karakter  yang jadi ruang lingkup penelitian ini dalam Novel Kembali ke Desa Karya Tri Budhi Sastrio yang akan dikaji 3 nilai pendidikan karakter:

1. Nilai Pendidikan Karakter Kreatif 

Kreatif sebagai salah satu nilai pendidikan karakter sangat tepat karena kreatif akan menjadikan seseorang tidak pasif, jiwa dan pikirannya selalu berkembang. Selalu mencari hal-hal baru yang bermanfaat bagi kehidupan secara luas (Naim, 2012: 152).

Nilai pendidikan karakter kreatif dalam  novel Kembali  ke Desa Karya Tri Budhi Sastrio digambarkan dalam kutipan berikut.

Seperti pelajaran tentang warna, umpamanya! Lebih dari tiga hari dia harus mengulangi berulang-ulang sejumlah istilah warna dalam bahasa Belanda. Putih itu Wit, hitam itu Zwart, merah itu Rood, hijau itu Groen, coklat itu Bruin, ungu itu Paars, oranye itu Oranje, merah jambu itu Rose, kuning itu Geel, abu-abu itu Grijs, dan biru itu Blauw (hal. 11).

Berdasarkan kutipan (a) di atas digambarkan secara jelas bahwa Putu Larasati dalam Novel Kembali ke Desa Karya Tri Budhi Sastrio berulang-ulang untuk mempelajari istilah warna dalam bahasa Belanda. Putu Larasti bukan hanya menghafal istilah warna dalam bahasa Belanda tapi ia pun mulai menghafal nama anggota tubuh dalam bahasa Belanda dan menggunakan dalam percakapan sehari-hari.. Hal ini dapat dilihat pada kutipan berikut.

dia pun akhirnya dapat menghafal dengan baik sejumlah bagian tubuh dan kemudian dia mampu menggunakannya dalam percakapan sehari-hari dengan lancar. Kepala itu Hoofd, dahi itu Voorhoofd, wajah itu Gezicht, rambut itu Haar, mata itu Oog, hidung itu Neus, mulut itu Mond, gigi itu Tand, telinga itu Oor, lengan itu Arm, sikut itu Elleboog, bahu itu Schouder tangan itu Hand, jari itu Vinger, kuku itu Nagel, kaki itu Been, pinggul itu Heup, lutut itu Knie, jari kaki itu Teen (hal.12)

Berdasarkan kutipan (b) di atas digambarkan secara jelas bahwa Putu Larasati dalam Novel Kembali ke Desa Karya Tri Budhi Sastrio terus belajar menguasai bahasa Belanda dan Putu Larasati lancar menggunakan bahasa Belanda dalam kehidupan sehari-hari.

2. Nilai Pendidikan Karakter Gemar Membaca

Gemar membaca adalah kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca berbagai bacaan yang memberikan kebajikan bagi dirinya (Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Pendidikan Nasional, 2010: 10)

Nilai pendidikan karakter gemar membaca dalam  novel Kembali  ke Desa Karya Tri Budhi Sastrio digambarkan dalam kutipan berikut.

“Ini cerpen yang sangat bagus! Ini cerpen yang luar biasa!” Dan untuk mendukung serta membuktikan pernyataannya, suaminya dengan gembira menerjemahkan cerpen itu ke dalam bahasa Belanda. Sekarang, paling tidak sudah 9 cerita pendek ditulisnya. Akan kubaca sekali lagi nanti cerita pendek itu nanti sepulangku dari sini. Yang berbahasa Indonesia, bukan yang berbahasa Belanda.(Hal. 13)

Berdasarkan kutipan (a) di atas digambarkan secara jelas bahwa Putu Larasati dalam Novel Kembali ke Desa Karya Tri Budhi Sastrio selain rajin belajar menggunakan bahasa Belanda, ia mahir menulis, dan suaminya Kapten Robert van Eyk yang akan membaca hasil tulisannya dan menerjemahkan ke bahasa Belanda.

Kegemaran membaca tokoh Putu Larasati terlihat dengan gemar membaca hasil karyanya sebuah cerpen yang berjudul “Soerti, Gadis Pejuang”. Hal ini dapat dilihat pada kutipan berikut.

Dan memang itulah yang kemudian dilakukannya setelah Mayor Hoffman benar-benar menghilang di tikungan depan, membaca kembali Soerti, Gadis Pejuang, sebuah cerpen yang merupakan refleksi ketegasan dan ketegaran jiwanya (hal. 139).

Berdasarkan kutipan (b) di atas digambarkan secara jelas bahwa Putu Larasati dalam Novel Kembali ke Desa Karya Tri Budhi Sastrio ketegaran dan ketegasan hatinya Putu Larasati ia tuangkan melalui karya cerpennya.

2. Nilai Pendidikan Karakter Tanggung Jawab

Tanggung jawab adalah sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya, yang seharusnya dia ilakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, isosial idan budaya), negara idan iTuhan iYang Maha Esa (Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Pendidikan Nasional, 2010: 10).

Nilai pendidikan karakter tanggung jawab dalam  novel Kembali  ke Desa Karya Tri Budhi Sastrio digambarkan dalam kutipan berikut.

“Di mana orang tuamu?” tanya Kepala Desa. “Pada merekalah seharusnya−” 

“Aku yang mewakili mereka sekarang!” potong Putu Larasati (hal. 175).

Berdasarkan kutipan (a) di atas digambarkan secara jelas bahwa Putu Larasati dalam Novel Kembali ke Desa Karya Tri Budhi Sastrio dengan penuh tanggung jawab mewakili keluarganya untuk mempertahankan hak-hak orang tuanya yang dipaksa untuk membayar pajak oleh kaki tangan Belanda. Hal ini dapat dilihat pada kutipan berikut.

“Saya harus menagih pajak yang selama bertahun-tahun tidak dikenakan atas sawah dan rumah orang tuamu!” kata Kepala Desa. Pajak? Pajak apa? 

“Hmm, jadi itu perintahnya, ya!” kata Putu Larasati. “Bagaimana kalau aku tidak mau membayarnya? Engkau akan menangkapku?” (hal. 165).

Berdasarkan kutipan (b) di atas digambarkan secara jelas bahwa Putu Larasati dalam Novel Kembali ke Desa Karya Tri Budhi Sastrio dengan penuh tanggung jawab tetap tegas dan memperjuangkan hak orang tuanya.

(c)“Keluargaku tidak pernah menunggak pajak! Suruh Mayor Hoffman sendiri yang datang ke sini!” Putu Larasati memang berhasil berdiri, tetapi tubuhnya tergoyang-goyang hendak runtuh. Darah yang keluar dari lukanya masih terus mengalir. “Aku protes pada perlakuan yang tidak adil ini. Aku protes …” Suara Putu Larasati berubah serak.

Berdasarkan kutipan (c) di atas digambarkan secara jelas bahwa Putu Larasati dalam Novel Kembali ke Desa Karya Tri Budhi Sastrio dengan penuh tanggung jawab tetap tegas dan memperjuangkan hak orang tuanya walaupun darah mengalir melumuri bajunya, ia tetap berusaha, dan penuh tanggung jawab  mempertahankan bahwa orang tuanya tidak  pernah menunggak pajak pada Belanda.

PENUTUP 

Berdasarkan hasil analisis data kajian nilai filosofis dan nilai pendidikan karakter dalam Novel Kembali ke Desa Karya Tri Budhi Sastrio ditunjukkan melalui perkataan, tindakan, dan percakapan antartokoh Putu Larasati dan Mayor Hoffman tentang kajian nilai filosofis hidup bahwa tokoh Putu Larasati ingin  kembali ke Desa tak ingin hidup di Tangsi bersama Mayor Hoffman, 

kesetiaan dan keteguhan suatu komitmen bahwa tokoh Putu Larasati tetap setia dan teguh pada suaminya yang telah meninggal Kapten Robert van Eyk, dan rendah hati bahwa tokoh Putu Larasati sebagai gadis pribumi tetap rendah hati dan santun pada Mayor Dan nilai pendidikan karakter nilai pendidikan karakter kreatif bahwa tokoh Putu Larasati terus belajar menghafal dan menggunakan bahasa Belanda bersama suaminya Kapten Robert van Eyk. 

Nilai pendidikan karakter gemar membaca bahwa tokoh Putu Larasati selain menulis cerpen, Putu Larasati juga gemar membaca terutama membaca kembali karya-karya yang diciptakan sendiri. Dan pendidikan karakter tanggung jawab bahwa tokoh Putu Larasati penuh tanggung jawab mewakili keluarganya untuk mempertahankan hak-hak orang tuanya yang dipaksa untuk membayar pajak oleh kaki tangan Belanda.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. (2014). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Pendidikan Nasional. (2010). Pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa. Jakarta: Balitbang Kemdikbud.

Hikmat. (2011). Metode Penelitian. Yogyakara: Graha Ilmu.

Moleong, Lexy J. (2012). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Muhmidayeli. (2011).  Filsafat Pendidikan. Bandung: Reffika Aditama.  

Naim, Ngainun. (2012). Character Building : Optimalisasi Peran Pendidikan dalam Pengembangan Ilmu & Pembentukan Karakter Bangsa. Yogyakarta: ArRuzz Media.

Navisah,  Herliya. (2010) Nilai-Nilai Pendidikan Agama Islam dalam Novel Ketika Cinta Bertasbih, Karya Habiburrahman El-Shirazy,( (Skripsi), Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga,

Nurgiantoro, Burhan. (2015). Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Russel, Bertrand. (2010). Sejarah Filsafat Barat Terjemahan. Sigit  Jatmiko, dkk. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Sastrio, Tri Budhi. (2018). Novel Kembali ke Desa. Sukabumi: Jejak Publisher.

Semi, Atar. (2012). Metode Penelitian Sastra. Bandung: Angkasa.

Sutopo. (2010). Pengantar Penelitian Kualitatif. Surakarta: Universitas. Sebelas Maret Press.

Tim Penyusunan Pusat Kurikulum Balitbang Diknas RI. (2011). Pedoman Pelaksanaan

Pendidikan Karakter. Jakarta : Pusat Kurikulum Balitbang Diknas RI.

Wellek, Rene dan Austin Warren. (2016). Teori Kesusastraan. Jakarta: Gramedia.

Yulianto, Agus. (2018). Unsur Filosofis Hidup dalam Novel Cinta dalam Gelas Karya Andrea Hirata. Jurnal Balai Bahasa Kalimantan Selatan. Kelasa Vol. 13 No. 1, Juni 2018. :https://jurnalbba.kemdikbud.go.id/index.php/ceudah/article/view/68/49


 
 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun