Mohon tunggu...
Nurifah Hariani
Nurifah Hariani Mohon Tunggu... Guru - Guru yang suka membaca dan senang berkhayal

Guru di sebuah sekolah swata di kota Malang, sedang belajar menulis untuk mengeluarkan isi kepala, uneg-uneg juga khayalan

Selanjutnya

Tutup

Horor

Jangan Bermain-Main Denganku

18 Januari 2025   11:27 Diperbarui: 18 Januari 2025   11:27 44
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kami berrempat kembali ke gedung itu. Susah juga aku mengingat tempat dimana boneka jelangkung kubuang. Semalam asal saja kulempar. Lha wong tidak berguna.

"Helos! Wasto!" Iral berteriak sambil melambaikan tangan kepadaku yang tengah menunduk-nunduk mencari-cari di antara semak-semak.

"Itu! Itu!" Tangan Iral menunjuk ke arah sisi gedung tempat kami semalam berkumpul.

Astaga! Boneka jelangkung itu ada di situ. Teronggok persis di tempat Wasto meletakkannya semalam. Kok, bisa? Seingatku sudah kubuang. Sumpah!

Tidak ada yang berani mengambil boneka jelangkung itu. Wasto yang konon berteman dengan segala hantu pun tidak. Ia menelepon bapaknya.

Bapaknya Wasto datang bersama dengan Abah. Bapaknya Wasto mengambil boneka itu lalu membungkusnya dengan kain putih. Abah mengusulkan agar boneka itu dibakar saja.

Kami berenam menyaksikan boneka jelangkung itu dibakar. Anehnya abu bakarannya sedikit. Hanya dua jumput saja. Meskipun heran, aku pulang dengan perasaan lega. Kurasa teman-teman pun sama. Kami tak akan diganggu lagi. Ini terakhir kalinya kami bermain-main dengan jelangkung. Gagal? Tidak masalah!

Sampai di rumah aku langsung saja mandi. Gerah dan gatal-gatal juga karena blusukan di semak-semak tadi. Selesai mandi, aku membuka lemari untuk mengambil pakaian.

Astaga!  Betapa terkejutnya aku ketika ada bau sangit bekas bakaran menyeruak hidung dan ada sepasang mata mata menatapku tajam. Kepalanya terbuat dari batok kelapa dan badannya terlihat hangus sebagian.Sesaat kami saling menatap. Aku terdiam, jantung seakan berhenti berdetak.Aku kaget tapi tidak tahu harus ngapain.

"Kebiasaan! Jangan taruh handuk basah di tempat tidur! Soleh ....!"

Suara Umik lagi-lagi mengejutkanku. Sontak aku menoleh. Tampak wajah Umik berlipat, netranya mengkilat menampakkan bara di dalamnya. Tangannya membawa sothil yang nampak mengepulkan asap.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Horor Selengkapnya
Lihat Horor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun