Akan tetapi, musholla tersebut belum ada sosok imam atau pemimpin atau kyai yang paten.Â
Suatu ketika salah satu warga tebon agung bernama mbah Asmanah  (yang akrab di panggil Mbah jemblek ) menikah dengan Mbah Yasir yang berasal dari luar kampung. oleh masyarakat setempat, Mbah Yasir dijadikan kyai di musholla tersebut,sedangkan Mbah Salmin sendiri dijadikan wakilnya untuk mengimami dan mengajar agama  di musholla secara paten .Â
Sejak itulah musholla tersebut selain dijadikan berjamaah sholat, juga digunakan untuk belajar ilmu agama terutama belajar Al-Qur'an...
 Di era berikut nya, Mbah Yasir menunjuk Mbah Murtadlo ( suami dari keponakannya) untuk melanjutkan perjuangannya .
pihak keluarga kiyai murtadlo, menginginkan musholla tersebut dipindahkan ke tanah milik mertuanya Mbah Murtadlo yang di waqafkan ,ditambah tanah milik saudaranya di bagian barat.
 Pada waktu itu, Mbah Salmin ditugasi sebagai panitia pembangunan musholla tersebut.
Setelah musholla itu telah jadi,Mbah Modin Hani membantu membuatkan sumur besar yang dibangun secara gotong royong oleh masyarakat selama dua bulanan , karena konsep pembuatannya dizaman itu dengan menggali tanah seluas dan sedalam mungkin untuk mencari sumber air, barulah kemudian setelah mendapatkan sumber air kemudian dipondasi dengan batu dan  bata berbentuk tabung berdiameter kurang lebih 3 meter, dengan berkedalaman kurang lebih 10 meter.
Setelah itu masyarakat bergotong royong membuat tempat wudhu dan mck disebelah utara musholla sedangkan toiletnya disebelah selatan Musholla.
 Tempat wudhu itu berupa kolam persegi panjang kurang lebih 6 meter panjangnya,lebar 3 meter dan tinggi hampir 1 meter. Setiap harinya para santri mengisi bak atau kolam tersebut dengan menimba air dari sumur.