lama kelamaan wadah itu terasa berat hingga membuat pencari ular itu menurunkan ular yang dianggap memberatkan, yaitu ular yang ditangkap dari petilasan sunan Kalijaga.Â
Setelah beberapa waktu Simbah dari salah satu tim penulis melewati area ladang (tegalan) dan mendengar suara minta tolong yang ternyata dari seekor ular yang meminta dilepaskan ikatan lidahnya, kemudian ular itu berterima kasih dan berjanji akan membalas jasanya.
Singkat cerita suatu ketika Simbah tersebut mencari ikan dikolam ( blumbang) disekitar petilasan yang anehnya dalam kolam kecil tersebut beliau mendapatkan ikan yang sangat berlimpah.
Ditahun 90-an Habib Husain Al Hindwan mengadakan houl dilokasi makam petilasan tersebut setiap tanggal 13 Dzulhijjah.karena nama pemilik makam tersebut belum diketahui maka sebelum tahlil dibacakan surat Yasin yang ketika membaca lafadz mubiin di wiridkan bacaan  " yaa mubiin " sebanyak 100 kali .
Setelah beliau wafat kegiatan tersebut masih rutin diadakan oleh keluarga besar diarea petilasan sekitar dengan tatacara yang sama,namun secara terbatas.Hingga beberapa tahun terakhir ini mulai dirubah pembacaan Yasin tanpa disertai wirid " yaa mubiin " sebanyak 100 kali .
Disekitar tahun 2015 , Mbah Parji (perawat petilasan) menceritakan:
 Ada salah satu orang yang mengaku sebagai keluarga Keraton Surakarta yang bertempat tinggal di Jakarta mendatangi makam tersebut . Beliau mengklaim itu adalah makam pamannya yang bernama Sayyid Abdul Ghofar Al  Haddad sesuai petunjuk pembimbing spiritual nya , rencananya situs makam itu akan dibangun oleh orang Jakarta tersebut, tapi masih menunggu kayu jati yang berusia 500 tahun yang akan didatangkan dari Kalimantan untuk digunakan sebagai Maesan nya.
 Sayangnya sampai sekarang hal ini  tidak ada tindak lanjut nya.tim penulis berharap agar makam tersebut memiliki kejelasan status nya, selain itu barang kali beliau sang pemilik makam tidak berkenan untuk dikenali. biarlah tangan tangan sejarah akan membuktikan nya.
5. Kisah tanggul pogak ( tidak di lanjutkan pembangunan nya)
Â
Alkisah, Setelah sunan Kalijaga berziarah ditempat pemakaman misterius yang tim penulis menyebut nya sebagai " Eyang Kusumo Djati " Beliau berjalan ke arah timur dan menanam pohon mangga, atas karomah beliau pohon tersebut memiliki aneka ragam jenis buah mangga pada satu pohon ,
 Suatu ketika Belanda membuat tanggul ( tembok berupa tanah yang bertujuan menanggulangi banjir) di sekitar sungai Tuntang. semula direncanakan pembangunan tanggul ini sampai dibendungan glapan, ketika pembangunan tersebut telah sampai pada pohon mangga kramat itu, Belanda menghentikan proyek nya.