Mohon tunggu...
Nur IvaniKhairunnisa
Nur IvaniKhairunnisa Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

hobi membaca

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pancasila adalah Falsafah Hidup Bangsa Indonesia

15 Desember 2024   15:23 Diperbarui: 15 Desember 2024   15:24 28
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

 

Tujuan penggunaan Pancasila dalam kehidupan kita sehari-hari adalah untuk mengetahui apakah keadaan mental, pikiran dan tindakan kita sudah sesuai dengan nilai-nilai Pancasila seperti yang tercantum dalam pendahuluan dan ketentuan Undang-Undang Tahun 1945. yang lain tidak. sekaligus menghormati kesetaraan. bertentangan dengan nilai agama, norma moral, norma ritual, adat dan tradisi yang baik, serta tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.Pancasila adalah visi hidup dan kepribadian bangsa serta nilai-nilai kebangsaan yang mendasari kebudayaan nasional, dengan demikian nilai-nilai tersebut menyatakan penghormatan (cita-cita hidup bangsa) terhadap Pancasila. Hal ini penting untuk dipahami dan mudah dihindari karena sikap masyarakat Indonesia dilandasi oleh gaya hidup yang seimbang, anggun dan harmonis, sehingga perbedaan yang ada dapat diubah menjadi gaya hidup yang dinamis, memuaskan, beragam dan harmonis.Pancasila sebagai pedoman hidup berbangsa memuat pemikiran bangsa Indonesia, sebagaimana tercantum dalam pembukaan UUD 1945 bagian kedua yang menyatakan: "Rakyat Indonesia adalah kesatuan, kedaulatan, hak dan keadilan. cerminan terbaik Pancasila adalah hasil kajian yang sistematik, sistematis dan terukur tentang kehidupan bangsa Indonesia, Pancasila, suatu nilai yang nyata, dapat mereduksi rasa keadilan dan keadilan. Sekaligus menjaga Pancasila sebagai dasar negara dan menunjukkan pemahaman bahwa prinsip tersebut berlaku bagi seluruh rakyat tanpa membeda-bedakan siapapun. Oleh karena itu, Pancasila memberikan pedoman untuk membangun negara yang lebih baik berdasarkan ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, demokrasi dan keadilan.

 

Oleh karena itu, diharapkan masyarakat memahami dan mengamalkan Pancasila dalam kehidupan sehari-hari berdasarkan tindakan sederhana yang menunjukkan hadirnya nilai-nilai Pancasila dalam masyarakat. Menurut Nottonaguru, nilai-nilai Pancasila mencakup nilai-nilai spiritual, tetapi nilai-nilai spiritual. Memahami nilai materi dan nilai kehidupan. Oleh karena itu Pancasila digolongkan ke dalam nilai-nilai spiritual dan nilai-nilai lain dengan sebaik-baiknya, yaitu: nilai materi, nilai penghidupan, nilai kebenaran, nilai keindahan dan estetika, keutamaan dan moral. Nilai, nilai kemurnian. Sangat sistematis dan penting, landasan tersebut merupakan landasan pertama bagi Tuhan Yang Maha Esa untuk mencapai tujuan utama keadilan sosial.[10]

 

Dalam teori nilainya, Spranger (Molliana, 2004, p. 32) menjelaskan bahwa ada enam nilai yang dijadikan acuan masyarakat dalam kehidupannya. Pada hakikatnya keenam nilai tersebut mewakili tipe kepribadian tertentu. Nilai pertama adalah nilai teoritis. Nilai ini mencakup pertimbangan logis dan praktis untuk mempertimbangkan dan membuktikan kebenaran suatu hal. Nilai teoritisnya positif atau negatif tergantung alasannya. Oleh karena itu, nilai erat kaitannya dengan konsep, aksioma, hipotesis, prinsip, konsep dan generalisasi berdasarkan bukti ilmiah. Masyarakat manusia yang paling tertarik dengan nilai ini adalah kaum intelektual dan ilmuwan.

 

Nilai kedua adalah nilai ekonomi yang meliputi penilaian berdasarkan untung dan rugi. Yang harus diukur adalah "harga" barang atau jasa tersebut. Oleh karena itu, penilaian ini menitikberatkan pada manfaat suatu hal terhadap kehidupan masyarakat. Karena proposisi nilai tersebut sangat fungsional, Sprenger menemukan bahwa dalam kehidupan manusia banyak terjadi konflik antara kebutuhan akan nilai ekonomi dengan nilai lainnya. Pihak yang berkepentingan dengan nilai ini adalah pengusaha dan perekonomian.

 

Nilai ketiga adalah nilai estetika, yang menempatkan nilai tertinggi pada bentuk dan keseimbangan. Jika pemiliknya sadar akan nilai ini, maka akan muncul ide baik dan buruk. Nilai estetika berbeda dengan nilai konseptual. Nilai estetis lebih mengandalkan hasil penilaian diri seseorang, sedangkan nilai teoritis merupakan penilaian yang lebih obyektif berdasarkan hasil nyata. Banyak seniman, seperti musisi, seniman atau desainer, yang memiliki nilai estetika.

 

HALAMAN :
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun