Fragmen kedua dari omnibus Tenggelam di Langit. Kamu bisa membaca fragmen pertamanya (Eksoskeleton) di sini.
***
Fragmen 2. Elegi Jasad Resik
(Semesta dalam perspektif orang pertama)
Tiga mawar merah terkulai di bawah cemara. Tanpa nama, baik pengirim maupun penerima. Hadir di sana setiap pagi, selepas bulan purnama.
Adik perempuanku menyambut riang gembira. Memboyongnya ke kamar, menggantikan tiga mawar yang telah menghitam. Hasil penculikan sebulan lalu dari bawah cemara yang sama. Ia sangat percaya, seorang pengagum rahasia mengirim mawar-mawar itu untuknya.
"Ren, memangnya kamu tidak tahu apa makna tiga mawar merah?" tanya adikku suatu ketika. Matanya yang besar melebar dan berbinar.Â
Aku mengendikkan bahu. Bukan karena tidak tahu. Aku hanya tidak ingin melengkapi secangkir teh manis ini dengan kata-kata utopis.
"Serius Ren, mawar merah artinya cinta. Tiga mawar artinya pengakuan. Di rumah ini, yang berpotensi mendapat pengakuan cinta, kurasa cuma aku."
Aku tertawa. Menarik napas lega. Meski harus tahan mendengar khotbah hasil saduran majalah remaja, komedi pagi tak lucu ini menjadi indikasi bahwa satu malam terlewati tanpa masalah berarti. Aku berkemas, siap menghadap matahari.
***