Mohon tunggu...
N. Setia Pertiwi
N. Setia Pertiwi Mohon Tunggu... Seniman - Avonturir

Gelandangan virtual

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen | Eksoskeleton #1

9 September 2018   00:17 Diperbarui: 18 September 2018   00:31 883
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Aku nyengir. Penjelasan itu terdengar rancu, tapi sepertinya aku paham arah racauan sahabatku ini. 

"Dari tingkah laku mereka, Kau ingat sesuatu?" tanya Ketang lagi. 

"Cang ... kang," aku menjawab ragu. Hampir terdengar seperti pertanyaan. Melirik gerombolan bekicot yang mengerumuni cocor bebek di pinggir kolam. 

"Tepat sekali. Cangkang. Eksoskeleton. Mereka membuat banyak rangka luar sebagai perlindungan. Sama seperti keong, bekicot, dan sebangsanya. Kau tahu kenapa?" 

"Tubuh mereka rapuh, atau ... berlindung dari predator?" 

"Lebih tepatnya, jiwa mereka yang rapuh. Orang-orang kota berlindung dari predator pemangsa jiwa. Banyak hal tidak masuk akal membuat mereka ketakutan." 

"Predator pemangsa jiwa? Apa itu?" tanyaku. Mulai terusik frasa-frasa aneh Ketang. Sesaat, keheningan menyeruak. Ketang tampaknya sedang mengais sesuatu dari masa lalu. 

"Orang-orang desa sangat bersahabat dengan alam bebas. Anak-anak begitu riang berada di luar cangkang. Main di kebun, naik sepeda, memanjat pohon." 

"Mereka juga punya cangkang, eh, maksudku ... rumah?" tanyaku tanpa peduli telah menyela cerita Ketang.

Kata "desa" tak pernah gagal membuatku penasaran. Aku pikir orang-orang desa hidup di gua-gua atau batang pohon besar.

"Tentu saja mereka punya. Tapi, tidak sebesar dan setebal rumah orang-orang kota. Mereka hanya berlindung ketika hujan, panas, atau membutuhkan tidur. Malah, banyak sekali anak-anak kecil tetap di luar ketika hujan. Berlarian bersama kesenangan." 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun