Mohon tunggu...
N. Setia Pertiwi
N. Setia Pertiwi Mohon Tunggu... Seniman - Avonturir

Gelandangan virtual

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen | Eksoskeleton #1

9 September 2018   00:17 Diperbarui: 18 September 2018   00:31 883
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Lalu perhatikan perempuan berbaju hitam itu," Ketang memberi komando lanjutan, merujuk ke arah halte. 

Perempuan itu baru saja turun dari bis kota. Setengah berlari, menghampiri dua perempuan lain, berbincang sebentar, kemudian masuk ke sebuah restoran. Di sana, mereka berbincang sembari menyantap hidangan. Itu juga tidak aneh.

"Sudah tahu apa persamaannya?" tanya Ketang. 

"Mereka melakukan sesuatu yang sama-sama wajar." 

Ketang mencibir. "Kau memang tidak peka. Lihat satu lagi, wanita yang menggandeng anak," ujar Ketang gusar. 

Arah jam dua, terlihat seorang perempuan menggandeng anak laki-laki, keluar dari toko berhias bunga-bunga aneh mengitari bayi. Menjinjing empat atau lima kantong plastik dengan tangan kiri. Mencegat angkutan umum, kerepotan masuk, lalu hilang di ujung jalan seperti pria berkemeja biru. 

Tanpa komando, aku merekam kehadiran sebuah mobil dari arah berlawanan, parkir di pelataran toko yang sama. Sepasang, laki-laki dan perempuan muda keluar dari mobil, kemudian masuk ke toko itu sambil tertawa bahagia. 

Aku terpana. Bukan karena rona wajah mereka yang memerah seperti baru menikah. Bukan itu. Selintas, kurasa aku menangkap maksud Ketang. Hanya saja, aku tidak yakin tebakanku benar. 

"Nah, kau sudah mengerti kan?" tanya Ketang gembira melihat sirat kesadaran tersemat pada bahasa tubuhku. Tapi, aku menggeleng.

"Aku tidak yakin," jawabku datar.

Ketang mendengus kecewa. "Mereka melakukan hal yang sama, Kevin. Manusia-manusia kota itu. Mereka keluar dari mobil, masuk ke rumah. Keluar dari rumah, masuk ke mobil. Mereka keluar, masuk, keluar, dan masuk lagi." 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun