"Iya ...," sahutnya dengan suara setengah serak.
"Lo dimana? Bentar lagi bel."
Mata Riana terbelalak. Â Segera ia melihat ke arah jam. Gadis itu langsung meloncat ke bawah kasur lalu berjalan menuju lemari. Tangan kirinya memegang ponsel supaya menempel di kupingnya. Sedangkan tangan kanannya sibuk mencari handuk dan piyamanya di lemari.
"Gue baru bangun," ucapnya.
"Serius? Lima belas menit lagi bel, Ri!"
"Sepuluh menit, gue beres," ucap Riana meyakinkan.
"Gue ke rumah lo sekarang!"
"Jangan. Nanti lo kesiangan."
"Cepetan siap-siap!"
Leo mematikan teleponnya. Riana segera berhambur ke kamar mandi. Ia tau apa yang dikatakan laki-laki itu semalam bahwa Leo takut dihukum adalah bohong. Jikapun benar, lelaki itu hanya takut dihukum oleh Riana. Dipecat jadi sahabat.
Leo yang sedang duduk di kelas segera menuju tempat parkir di pekarangan. Ia menghidupkan motornya berlawanan arah dengan para siswa yang lain lalu memacunya dengan kecepatan tinggi. Sebelas menit berlalu, ia sudah tiba di rumah Riana. Seragamnya yang rapi, kini menjadi lusuh berantakan.