***
Hari menjelang sore. Hampir semua siswa sudah meninggalkan sekolah. Riana memegangi ponselnya berharap Daniel memberikan kabar. Sejak pagi tadi dia belum bertemu dengan lelaki itu. Kabarnya Daniel tidak masuk sekolah. Hatinya sedih bercampur bingung karena Daniel sudah menggantungkan hubungan mereka. Dia ingin meminta kejelasan sesegera mungkin. Tapi disisi lain, Riana lega karena Daniel tidak melihat matanya yang sembab.
Daniel dan Riana menjalin hubungan hampir dua tahun lamanya. Namun beberapa kali perempuan itu menangis karena Daniel. Perlakuan Daniel yang acuh tak acuh kepada Riana membuatnya semakin tersiksa. Ditambah perlakuan kasar Daniel yang tidak diketahui siapapun, termasuk sahabatnya, Leo. Dia tidak ingin menyulutkan api diantara dua lelaki itu, meskipun pada kenyataannya Leo kurang suka dengan Daniel, begitupun sebaliknya.
"Ri." Suara Leo mengagetkan Riana. "Pulang?" lanjutnya.
Riana berusaha meriangkan diri. "Duluan aja," jawabnya.
"Mau kemana?"
"Mmm, gue ada kumpulan sama anak-anak tari."
"Hari ini kan bukan jadwal kumpulan lo?"
"Iya, sih. Tapi beberapa minggu lagi kan mau ada acara. Jadi, tim gue nyiapin buat nanti."
"Oh, ya udah gue duluan, ya."
Leo membalikkan badannya meninggalkan gadis itu. Betapa beruntungnya Riana bisa bersahabat dengan orang seperti Leo. Meskipun banyak orang yang tidak suka dengan sikap dinginnya, tapi Riana tau kalau Leo adalah seseorang yang hangat bahkan sangat lembut.