Riana mengamati dua laki-laki yang sedang bercakap itu. Tak berselang lama, pintu gerbang mulai dibuka oleh pak Daris. Leo memarkirkan motornya. Mereka mulai berjalan menuju kelas.
"Gimana gue hebat, kan?" ucap Leo memuji dirinya sendiri.
"Belum hebat kalau kita enggak lolos dari hukuman di kelas," tukas Riana.
"Oke. Siapa takut," balas Leo.
Sebelum masuk ke kelas, Leo pamit pergi sejenak kepada Riana. Tak sampai lima menit, lelaki berkaca mata itu sudah ada di hadapannya. "Ayo, masuk," ajak Leo. Mereka memasuki kelas. Sebelum duduk, dia memberikan secarik kertas kepada pak Darto yang sedang mengajar di kelasnya. Semua aman terkendali. Bahkan pak Darto tidak memarahi Riana yang memakai kacamata hitam ke dalam kelas. Dalam hatinya, Riana berdecak kagum pada sahabatnya itu. Namun disisi lain, ia merasa bersalah karena sedari kecil selalu menyusahkan Leo.
***
Perasaan Riana masih tak karuan karena pesan singkat yang dia terima dari kekasihnya, Daniel. Gadis itu tak bisa fokus dengan yang pak Darto jelaskan di depan. Pikirannya terpusat pada ketua tim basket itu.
Bel istirahat berbunyi. Riana langsung pergi keluar kelas. Leo yang melihat Riana terburu-buru pergi hanya diam penuh tanya. Beberapa menit berlalu. Keadaan kelas sudah mulai kosong, hanya ada Leo dan dua temannya yang sedang mengambil sesuatu. Riana sudah kembali ke kelas. Sejenak Leo menatapnya dengan gusar, lalu kembali menyibukkan diri dengan bukunya. Melihat Leo seperti itu, Riana langsung menghampirinya.
"Leo, lihat gue!" perintah Riana.
"Apa sih, Ri? Gue lagi sibuk," jawab Leo datar. Padahal dalam lubuk hatinya dia penasaran dengan gadis itu. Riana menutup buku yang sedang Leo baca. Lelaki itu berdecak kesal. "Apa?" lanjutnya.
Riana menengok ke kanan dan kiri. Setelah dirasa aman, dia segera membuka kacamata hitamnya.