"Gue becanda. Ada apa? Cerita sama gue! Tumben jam segini nelpon. Lo belum tidur?"
Leo mencecar perempuan itu dengan beberapa pertanyaan yang sebenarnya ingin Riana jawab. Tapi jika detik ini dia menceritakan kesedihannya kepada Leo, air mata gadis itu akan tumpah. Dan itu tetap sia-sia, karena tidak ada pundak Leo untuk dijadikan sandaran.
"Hey, Ri!" suara Leo membuyarkan lamunannya.
"Gue ..."
"Iya, kenapa?", suara Leo berubah panik.
"Gue ... ngantuk, mau tidur! Dadah ..."
Riana langsung menutup telponnya. Beberapa detik kemudian Leo mengirim pesan singkat untuk Riana.
Lo tidur aja. Nanti di sekolah ceritanya. Awas kesiangan. Gue gak mau nemenin lo dihukum!
Riana mengerutkan dahinya. Senyumnya melebar. Ia tertawa kecil setelah membaca sms dari Leo. Memang cuma Leo yang bisa membuatnya tersenyum. Apalagi kalau sudah membayangkan kacamatanya yang berembun saat makan ramen panas. Itu saat-saat yang tepat untuk mem-bully lelaki itu. Entah apa perasaan Leo saat ini, yang pasti mungkin dia kesal karena sudah diganggu tidur indahnya oleh Riana. Pikir gadis itu.
***
Riana meraba-raba mencari ponselnya yang sedari tadi berdering. Matanya setengah tertutup dan rambutnya acak-acakkan.