Mohon tunggu...
Novi Setiany
Novi Setiany Mohon Tunggu... Administrasi - Pembelajar

Kehidupan adalah universitas tempat menimba ilmu

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Cerpen | Bab Satu

20 April 2019   21:28 Diperbarui: 20 April 2019   21:35 88
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

"Ri!" ucap Leo kaget. Tangannya dengan lembut menyentuh mata Riri yang sembab dan merah. "Ini pasti gara-gara semalam lo gak tidur, kan?!"

Riana menurunkan tangan Leo dari wajahnya. Ia hanya mengangguk.

"Lo nangis?" tanya Leo lagi. Riana diam terpaku. "Gara-gara Daniel?" lanjutnya.

"Bukan." Riana menggelengkan kepalanya. Jauh dari lubuk hatinya, dia ingin berkata, 'iya, Leo. gue nangis lagi karena laki-laki yang gue cintai,'. Tapi Riana berfikir dua kali sebelum menceritakan kejadian semalam kepada Leo. Sahabatnya itu pasti enggak bakalan terima kalau Riana menangis kesekian kalinya oleh Daniel.

"Terus kenapa? Katanya mau cerita! Waktu subuh tadi ada apa nelpon gue?" pertanyaan Leo bertubi-tubi kepada Riana. Gadis itu membuang nafas sejenak. Sepertinya dia akan berbohong kepada lelaki di sampingnya.

"Jadi gini, sebenarnya waktu semalem gue nulis. Pulang sekolah kemarin, di otak gue tiba-tiba ide bermunculan gitu aja. Sayangkan, kalau gue lewatin?" Riana mengangkat bahunya. "Ya udah, gue nulis aja sampai subuh." Jawab Riana mencoba meyakinkan Leo.

"Terus kenapa lo nelpon gue?"

"Kan gue udah bilang, cuma mau ganggu lo!" ucap Riana sambil kembali memasangkan kaca mata hitamnya. Dia berharap Leo percaya dengan apa yang ia katakan. Leo mengerutkan keningnya dan memasang wajah masam kepada Riana. Tapi itu lebih baik, daripada Riana terus dicecar dengan pertanyaan yang menyangkut dirinya dengan Daniel.

Leo kembali membaca bukunya. Tapi, dia masih penasaran dengan perilaku gadis itu.

"Barusan lo darimana?" tanya Leo dengan pandangan yang masih mengarah ke bukunya.

"Dari toilet, ngecek mata. Hehe." Riana tertawa nyengir. Kali ini gadis itu berucap jujur. Leo hanya menjawab "Oh" dengan datar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun