Tak berhenti sampai disitu, aku mendapat tawaran mengajar di sekolah Dharma Putra yang isinya tidak hanya perempuan, tapi ada laki-laki juga. Walaupun hanya aku guru yang tidak pernah mengenyam pendidikan formal, tapi aku diberi kepercayaan mengisi pelajaran keterampilan menyulam dan merenda.
Selain mengajar dan mengurus sekolah, aku juga tetap aktif dalam membuat artikel. Walaupun sudah tidak bersama Soenting Melajoe, tapi pada tahun 1924 aku diangkat menjadi redaktur di surat kabar Radio, harian yang diterbitkan Cinta Melayu di Padang. Tulisan-tulisanku disana juga masih sama, yaitu mengajak para perempuan untuk lebih maju.
Jika diingat perjuanganku dulu, dicemooh, dipandang rendah, bahkan difitnah melakukan kesalahan yang tidak pernah kulakukan, akhirnya sekarang mimpiku tercapai. Dengan kerja kerasku, aku dapat mengubah pola pikir masyarakat terhadap pendidikan kaum wanita yang menuding perempuan tidak perlu menandingi laki-laki. Dan aku sangat menikmati kehidupanku yang sekarang. Aku akan terus belajar dan tidak pernah berhenti untuk menyebarkan ilmu yang kupunya.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI