Mohon tunggu...
Popi Fitriani
Popi Fitriani Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - XII MIPA 2 - SMAN 1 Padalarang

don't compare urself to other.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Menjadi yang Pertama

20 November 2021   23:59 Diperbarui: 21 November 2021   11:27 190
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Lalu apa yang ingin kau lakukan?"

"Ruhana ingin menyebarkan pendidikan ini lewat surat kabar agar ilmu yang Ruhana punya bisa tersebar ke daerah lain"

"Baiklah jika mau kau begitu. Uda akan terus memberikan dukungan untuk kau"

Setelah mendiskusikan itu dengan Abdul, akupun langsung mengirim surat kepada Datoek Soetan Maharadja, yaitu seorang pemimpin redaksi Oetoesan Meladjoe yang berada di Padang. Dengan harapan mendapat balasan baik dari Maharadja, akhirnya setelah ditunggu surat itu terbalaskan juga dengan datangnya Maharadja ke Koto Gadang, kotaku. Saat bertemu, kami pun langsung membahas masalah ini.

"Saya sangat tersentuh dengan niat baikmu yang ingin menyebarkan pendidikan kepada orang banyak," ucap Maharaja.

"Terimakasih, Pak" aku tersenyum mendengar ucapannya. "Tapi tujuan saya bukan hanya sebatas pemberian ruang bagi tulisan perempuan, tapi juga menerbitkan surat kabar khusus untuk para perempuan di Oetoesan Melajoe," ucapku serius.

"Baik, saya setuju dengan idemu," balas Maharadja.

"Tapi, Pak. Ada satu kendala. Saya tidak bisa melakukan itu seorang diri. Saya tidak bisa meninggalkan sekolah yang sudah saya bangun"

Maharadja terlihat berpikir sejenak. "Bagaimana kalau begini saja. Anak saya, Ratna Djoewita Zoebaidah akan membantumu mengurus masalah ini. Ratna mengurus keperluan redaksi di Padang, sedangkau kau mencarikan kontributor untuk mengisi rubrik-rubrik surat kabar," ucap Maharaja memberikan usulannya.

Aku menyetujui usulan Maharaja. Hingga pada tanggal 10 Juli 1912, terbitlah surat kabar yang bernama Soenting Melajoe. Kata "Soenting" mengacu pada hiasan kepala tradisional yang dipakai perempuan, sedangkan kata "Melajoe" mewakili nama asal daerahku. Maksudnya, surat kabar ini diperuntukan bagi para perempuan di seluruh tanah Melayu. Soenting Melajoe berhasil menjadi surat kabar perempuan pertama di Indonesia. Dimana semua pengurusnya, bahkan penulisnya adalah perempuan.

Isi tulisan di Soenting Melajoe sangat beragam. Mulai dari membahas isu-isu sosial, tradisionalisme, masalah poligami atau perceraian, pendidikan anak perempuan, hingga puisi. Beberapa teman dan murid dari sekolah Kerajinan Amai Setia juga pernah menulis di Soenting melajoe. Salah satunya ada tulisan tentang obat sakit kolera oleh salah satu temanku. Lalu ada puisi yang ditulis oleh muridku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun