Masih berharap ada secercah harapan, aku mengeluarkan kertas kecil berisi soal ulangan kelas sebelah. Aku mulai mencari-cari jawaban soalnya di sana, padahal aku tahu tidak akan ada jawabannya. Dan sialnya lagi, aku ketahuan.
"Kia, kamu lihat apa itu?" Suara buk Reni menggema ke seluruh kelas, saking tegasnya.
"Eh? I-ini buk.. Anu.."
"Anu apa?" buk Reni menghampiriku sambil menatapku mengintimidasi.
Aku melirik Tia, meminta pertolongan. Tapi, dia terlihat acuh tak acuh. Aduh, bagaimana lagi ini?
"Berikan kepada Ibuk sekarang. Kamu simpan apa?"
"I-ini kertas, Buk."
"Iya lihat sini, kertas apa itu."
Aduh, ketahuan sudah. Aku memberikan kertas kecil itu kepada buk Reni dengan lesu. Aku yakin, setelah ini aku tidak akan selamat.
Benar saja. Setelah membaca isi kertas itu, buk Reni langsung memarahiku.
"Wah, berani kamu ya, Kia. Buat contekan ulangan. Bawa sini kertas ulangan kamu," buk Reni mengambil kertas ulanganku dan merobeknya. Aku menatap sobekan kertas itu. Miris sekali nasibku.