Dea kembali menghembuskan napas dalam. “Pertama kali aku merasakan perasaan seperti ini. Perasaan untuk menginginkan diri ini menjadi bagian dari hidupmu. Perasaan yang menginginkan hati ini menjadi bagian dari hatimu. Ah mungkin ini gila. Tapi Loli bilang kalau aku tidak mengatakan semua ini sekarang, aku tidak mungkin mendapatkan kesempatan lagi.”
“Ibram.., Sayang.., kemarilah! Kita akan foto bersama.” Sebuah teriakan yang membuat Dea sangat terkejut. Begitu pula Loli dan Lusi yang juga mendengarnya.
Dea segera menoleh ke sumber suara. Tampak kak Sintia tengah melambaikan tangan kepada Ibram. Kak Sintia, gadis cantik teman sekelas Ibram. Dea pun mengenal gadis itu. kak Sintia adalah gadis yang sangat baik, gadis itu juga sering membantu Dea.
“Iya sebentar..”, jawab Ibram.
“Ahh Kak Ibram berpacaran dengan Kak Sintia?” Dea tidak menyangka jika Ibram telah memiliki seorang kekasih.
“Dea..”, Ibram berusaha menenangkan Dea karena badan gadis itu oleng.
“Tidak, tidak Kak. Aku tidak apa-apa. Maaf aku tidak tahu jika..” Dea tidak bisa melanjutkan kata-katanya. Gadis itu sibuk menahan air matanya agar tidak turun, meskipun tidak berhasil.
“Semoga Kak Ibram dan Kak Sintia selalu bahagia. Maafkan aku.” Ucap Dea kemudian berjalan menjauhi Ibram.
Lusi dan Loli segera mendekati Dea, rasa sakit yang Dea rasakan pasti mereka berdua juga merasakannya.
****
“Kamu yakin mau ninggalin kita De?” Ucap Lusi berlinang air mata.