Bukan perkara yang mudah tentunya menjadi ketua OSIS. Dea pun mengalami kesulitan yang besar di awal. Namun dengan tekadnya, Dea bisa mengatasi semua masalah-masalah yang datang. Hingga beragam pujian dari sekolah tak henti-hentinya dia terima.
Dan ternyata Loli benar, menjadi ketua OSIS menjadikan dirinya dan Kak Ibram menjadi dekat. Dea sangat senang akan hal ini.
“Jangan salah De, pertama kamu harus pastikan dahulu semua koordinator bidang telah menyelesaikan tugasnya dengan baik. Kamu pun juga harus turun tangan untuk melihat kesiapan mereka.” Ucap Kak Ibram memberi petunjuk.
“Iya Kak terima kasih.” Jawab Dea dengan wajah berseri. Baginya tidak ada kebahagiaan selain bisa merasakan moment seperti ini.
****
“Ini saatnya De.” Kata Loli dengan yakin saat ketiga sahabat itu sedang belajar bersama di rumah Dea.
“Apa?” Jawab Lusi sementara Dea masih asyik dengan buku di tangannya.
“De… dengerin!” Loli membentak membuat Dea terkejut dan mau tidak mau meletakkan bukunya kemudian mendengarkan Loli.
“Kamu harus nembak kak Ibram.”
“Hahhh…” Ucap Dea dan Lusi bersamaan.
“Iya De, sudah saatnya kamu harus mengakui perasaanmu kepada kak Ibram. Denger-denger kak Ibram akan melanjutkan kuliah di luar kota, kalau nggak salah di Medan. Jadi kalian nggak bisa bertemu lagi.”