Mohon tunggu...
Novia Respati
Novia Respati Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wirausaha

Senang menulis dan memasak 😊

Selanjutnya

Tutup

Cerbung Pilihan

Gadis Barista

26 Desember 2023   10:39 Diperbarui: 19 Januari 2024   16:43 197
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Mba Amel kemana Mas?"

"Nah, itu baru dateng.." seraya Faris mengarahkan matanya ke pintu masuk ketika aku tepat mendorong pintu kedai ke dalam. Lelaki itu pun ikut menolehkan wajahnya padaku, dia sedikit membalik badannya ke arah belakang, arah kedatanganku. Refleks, aku tersenyum padanya. Namun dia membalas dengan senyum yang mengesalkan. Ku dengar tadi dia menyebut-nyebut namaku pada Faris.

Ah.. iya.. dia pasti membaca name tag yang ku pakai di sisi kanan bagian atas celemek hijauku. Kenapa dia berani menyebut namaku? Seolah kami telah lama saling mengenal. Sebetulnya apa yang dia inginkan dariku? Kalau ingin berkenalan, kenapa sejak kemarin dia tidak mengutarakannya langsung padaku? Aneh sekali.

"Ris.. tuh orang udah dua kali ya nanyain gue ke lo?"

"Iya Mel.. Yang pertama gue lupa bilang sama lo.. Lo tahu dari siapa?"

"Rena yang bilang kemarin. Aneh deh tuh orang, nanyain gue tapi begitu gue senyumin malah melengos gitu kayak tadi. Gue jadi takut Ris.."

"Takut kenapa? Paling cuma pingin kenalan kali Mel. Dia kerja di blok belakang sini."

Aku masih tidak puas mendengar penjelasan Faris. Apa aku harus menyapa orang itu terlebih dulu untuk memastikan, sebetulnya dia ada perlu apa denganku.

Pukul enam sore adalah waktu istirahat bagiku. Pada jam segini biasanya aku mencari makan di sekitar kedai. Terkadang saat bosan dengan makanan yang itu-itu saja, aku memutuskan untuk pergi agak jauh dengan menumpang mobil carry angkutan umum. Atau terkadang juga aku membawa bekal dari rumah, masakan Mamaku tercinta.

Saat aku keluar dari pintu samping kedai kami, tak sengaja aku melihat lelaki itu. Lelaki aneh yang sudah dua kali menanyakanku lewat Faris. Terlihat dia sedang bercengkrama dengan kedua orang temannya, yang satu lelaki dan yang satunya wanita, tampaknya mereka masih satu kantor. Astaga.. ini pertama kalinya aku melihat lelaki aneh itu tertawa lepas. Aku kira, dia tidak tahu caranya tersenyum dengan benar, apalagi tertawa lepas seperti itu. Entah hal apa yang mereka sedang bicarakan hingga lelaki itu bisa tertawa seperti itu.

Langkahku terhenti sejenak, melongo melihat pemandangan itu. Aku hanya heran, kalau ternyata dia memang manusia yang normal dan bisa tertawa, lantas kenapa dia terlihat sangat sulit tersenyum padaku? Tapi di belakangku, diam-diam dia tahu namaku. Apa aku pernah berbuat kesalahan padanya. Ah.. sudahlah.. Kenapa aku jadi sangat bodoh, sudah membuang waktu istirahatku sekian menit hanya untuk memikirkan hal ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun