Mohon tunggu...
Novia Respati
Novia Respati Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wirausaha

Senang menulis dan memasak 😊

Selanjutnya

Tutup

Cerbung Pilihan

Gadis Barista

26 Desember 2023   10:39 Diperbarui: 19 Januari 2024   16:43 197
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Meski berlatar belakang pendidikan tata boga, sebetulnya aku kurang suka memasak atau membuat macam-macam kue. Aku lebih tertarik untuk dapat menghasilkan berbagai macam jenis minuman dengan rasa yang berbeda, unik serta khas, sehingga hasil racikan tanganku itu dapat diterima oleh banyak orang, serta layak untuk dihargai. Aku sangat senang dan begitu menghargai profesiku ini. Menjadi seorang barista tidaklah semudah yang dipikirkan orang banyak.

Sebelum akhirnya diterima bekerja di kedai kopi ini, aku harus mengikuti sebuah kursus pelatihan untuk memperdalam keahlian di bidang ini. Berbagai teori serta praktek dan ujian telah aku lalui. Tidak pula mudah untuk dapat lulus dalam beberapa tahap ujian. Aku pernah mengalami kegagalan saat ujian praktek, namun berkat semangat dan kegigihanku aku masih mendapatkan kesempatan untuk dapat mengulanginya hingga mendapatkan hasil yang terbaik.

Kini sudah satu tahun sejak pertama kali aku menginjakkan kakiku di kedai kopi ini. Sudah berbagai macam karakter pelanggan yang ku temui di sini. Tidak jarang tingkah pelanggan yang membuat ku geleng-geleng kepala. Ya, itu karena karakter setiap pelanggan memang berbeda-beda. Suka duka menjadi seorang barista telah ku rasakan selama satu tahun terakhir ini.

Anggota personil kami di kedai ini, adalah tim yang solid. Semuanya asyik-asyik. Dapat bekerja sama dengan sangat baik dan saling pengertian, sehingga kami ber-enam sangat jarang atau bahkan tidak pernah berselisih paham satu sama lain. Aku paling dekat dengan Eka. Tubuhnya lebih gemuk dibanding tubuhku. Tingginya juga sedikit lebih pendek dariku. Rambutnya terlihat sangat tebal. Tapi sepertinya rambut kami sama-sama tebal, hanya karena jenis rambutnya yang ombak membuatnya terlihat tampak sangat tebal.

Usia Eka dua tahun lebih tua dariku, tapi dia enggan jika dipanggil dengan sebutan Kak. Dia lebih nyaman jika dipanggil cukup dengan namanya saja. Pekerjaannya melayani pelanggan di balik etalase snack di samping meja barista. Dibanding denganku, Eka terlihat masih lebih sering mengenakan rok saat bekerja. Rok yang biasa dikenakannya bermodel rempel besar, jatuh tepat di lutunya. Terkadang Eka mengenakan rok berwarna hitam polos atau merah marun. Eka terlihat sangat cocok mengenakan rok bermodel seperti itu. Ketika aku melihat penampilannya, terkadang aku ingin bisa tampil sefeminim dia. Tapi, saat aku mengenakan rok, kenapa rasanya tidak nyaman. Aku merasa diriku terlihat sangat aneh. Mungkin karena tidak terbiasa.

Pemilik kedai kopi ini, bos kami adalah seorang wanita cantik bertubuh ideal. Kulitnya juga putih, terlihat mulus dan licin. Rambutnya sama dengan ciri-ciri rambutku. Hitam dan panjang rambut kami sama, namun rambutnya terlihat lebih tipis dibanding rambutku. Usianya sekitar dua puluh tujuh tahun, beliau bernama Lidya. Yang kami semua tahu, beliau belum menikah. Kami juga tidak pernah melihatnya membawa kekasih ke kedai kopi kami. Biasanya, Mba Lidya duduk sendirian di pojok dekat jendela, menatap ke jalan raya, sambil ditemani secangkir kopi latte hangat buatanku jika sore harinya lengang.

Hari ini aku mendapat jadwal shift pagi, sejak pukul enam lebih sepuluh menit aku sudah tiba di kedai. Aku langsung mengenakan celemek hijau yang biasa kami pakai saat jam operasional kedai dibuka. Aku mengikatkan tali di sisi kanan kirinya ke arah belakang tubuhku, lalu kuikat lembut menyerupai pita. Lengan kemeja yang tadi telah ku gulung sampai batas siku, sesekali ku betulkan posisinya ketika merosot.

Aku mengenakan kemeja warna biru langit dengan aksen kotak-kotak kecil berwarna putih serta celana jeans skinny berwarna biru tua. Saat bekerja, aku harus menguncir kuda seluruh bagian rambutku. Pagi ini udara sangat dingin, belum ada tanda-tanda matahari akan segera terbit, bisa dibilang langit diluar tampak mendung. Di sekitar kedai terdapat beberapa ruko perkantoran. Maka itu, tidak jarang saat kami baru saja buka, kami sudah kedatangan pelanggan.

Letak kedai kami memang sangat bagus, sangat terjangkau oleh banyak orang dan segala kalangan. Mba Lidya memang beruntung bisa mendapatkan tempat usaha yang cukup menjanjikan seperti ini.

Setelah aku siap dengan celemek yang ku kenakan, Eka muncul dari pintu samping. Yaitu pintu khusus untuk keluar masuk staf kedai kami. Tidak jarang Mba Lidya juga masuk lewat sana untuk mengejutkan kami. Namun beliau lebih sering masuk lewat pintu depan yang sama dengan pintu keluar masuk pelanggan.

Aku, Eka dan Rena sama-sama kebagian shift pagi. Kami bertiga telah siap melayani pelanggan hari ini. Seorang lelaki bertubuh tinggi dan tidak terlalu gemuk terlihat sedang berjalan kaki ke arah kedai kami. Tampak usianya sekitar tiga puluhan. Sebulan terakhir ini aku sering melihatnya datang ke kedai. Sepertinya dia bekerja di sekitar sini, karena dia selalu berjalan kaki tiap kali datang kemari.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun