"Iya, bahkan untuk film dan orang-orangnya juga," kataku menambahkan.
"Orang Indonesia mengira bahwa film-film berbahasa Inggris adalah film Amerika dan orang-orang bule adalah orang Amerika", kataku bersemangat.
"Itu tidak benar, banyak film bagus yang dibikin di Inggris dan orang-orang bule yang ada di Bali kebanyakan adalah orang Australia, karena mereka lebih mudah menuju negaramu daripada orang-orang Eropa atau Amerika, bahkan orang-orang Eropa pun tidak sama jika kamu mau memperhatikannya, Love", ucapnya menerangkan dengan mengakhiri panggilan 'Love' padaku.
Aku sedikit terkejut tapi hatiku berbunga-bunga. Aku bahagia sekali dan bangga. Kepalaku membesar dan aku tersenyum penuh suka-cita. Suamiku memanggilku 'Love', aha! Laksana Putri Diana saja, aku merasa cantik dan penuh pesona. Bangganya aku, memiliki seorang lelaki gagah yang selalu berpakaian rapi dan memanggilku 'Love'. Love. Love. Love. Aku tersenyum terus memikirkannya.
"Kamu ada apa?", tanyanya mengagetkanku.
"Ha? Apa?", tanyaku balik gelagapan.
"Kok kamu tersenyum-senyum terus dari tadi?", ucapnya sambil menatap wajahku.
Aku tersipu-sipu, malu sekali rasanya. Mungkin wajahku berubah hitam, antara bahagia dan kebingungan menjawab pertanyaannya.
"Karena kamu memanggilku love," kataku tiba-tiba.
Aku memang tidak pandai berbohong. Aku memang tidak pandai berkata. Makanya aku tidak heran kalau tiba-tiba aku menjawabnya tanpa pikir panjang.
"Ha... ha... ha...", suara tertawanya terbahak-bahak memenuhi mobil sambil dipegangnya pahaku.