Mohon tunggu...
Noer Fadlilah Wening
Noer Fadlilah Wening Mohon Tunggu... Wiraswasta - https://ninin-dahlan-marchant.blogspot.com/

An ordinary wife who try to learn everything as much as possible.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

On The Bank of Kingston Upon Thames

18 Juni 2017   00:26 Diperbarui: 18 Juni 2017   01:17 542
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Perjalanan ke rumah dari bandara Heathrow ini banyak didominasi obrolan oleh suamiku, aku lebih banyak diam dan mengiyakan. Aku memang bukan perempuan yang suka berbicara, tapi aku adalah pendengar yang baik. Tidak banyak kata yang keluar dari mulutku, hanya sesekali menimpali dan tertawa bersamanya. Nada suara suamiku lembut, tapi tegas. Dia adalah anak bungsu, jadi aku memaklumi jika ada sinyal kekanakan pada ucapan dan gesture tubuhnya. Dia terus bercerita, sedangkan aku lebih banyak bertanya tentang apa yang aku lihat, atau tulisan yang aku baca sepanjang perjalanan Heathrow -- East Sussex. Jarak tempuh yang seharusnya selama 1 jam 30 menit, terasa lama dan jauh sekali untukku. Mungkin karena aku sudah capek. Mungkin karena hari sudah gelap. Mungkin juga karena ucapan suamiku di bandara tadi, bahwa kami akan sampai di rumah nanti tengah malam. Suasana rasanya gelap gulita, jalanan tidak seramai di Indonesia, bahkan sangat jauh dari keramaian Jakarta. Dan macet yang disebutkan suamiku, tidak seperti bayanganku. Macet itu hanya terjadi ketika kami masih di London, disekitaran bandara Heathrow, begitu memasuki jalan M25 melewati Egham, lalu lintas ramai lancar. Keluar Epshom dan jalan M25 menuju A24 kemudian A23 jalanan makin lengang. Aku tidak banyak memperhatikan gedung atau bangunan apa saja yang kami lewati. Tapi ya, kami tadi melewati bandara Gatwick di Brighton dan universitas Sussex.

Suasana lengang sekali. Rumah-rumah tertutup, banyak gorden yang masih terbuka, tapi hanya beberapa yang masih menyalakan lampu, selebihnya gelap. Aku sangat kagum atas kerapian-kerapian yang aku lihat dalam perjalananku kali ini. Sungguh rapi dan bersih. Rumah-rumah hampir seragam dan berjajar rapi, tidak ada yang lebih menjorok ke depan, dan batu bata mereka tidak ditutup semen ataupun cat seperti rumah-rumah di Indonesia. Semua memiliki halaman, tidak perduli seperti apa bentuk rumahnya, ada yang berupa taman, ada juga yang sekedar tanah kosong. Rumah itu ada yang berdiri sendiri dikelilingi tanah kosong dan pagar, ada yang berdampingan dua-dua  dikelilingi tanah kosong dan pagar, ada juga rumah yang berjajar-jajar seperti di Indonesia, tidak dipisahkan tanah kosong sedikitpun kecuali depan rumah. Suamiku mengatakan tipe-tipe rumah itu saaat aku menanyakannya.

"Ini tipe rumah detached house", ucapnya sambil menunjukkan bentuk rumah yang berdiri sendiri dikelilingi halaman dan pagar.

"Rumah kita nanti akan seperti ini", ucapnya menambahkan.

"Ah, bagus!", kataku sambil tertawa gembira menyambut ucapannya.

Dia tersenyum dan menatapku, sambil tangannya memegangi kemudi mobil.

"Nanti aku bisa menanam bunga-bunga dan merawat tanaman di halaman", kataku sambil tersenyum menatapnya. Dia hanya tersenyum tanpa memberikan jawaban.

"Di depan itu adalah flat, dan depannya semi-detached house", katanya sambil mengarahkan telunjuknya ke arah bangunan bertingkat dengan banyak pintu dan jendela di sisi sebelah kiri dan rumah berjajar dua dikelilingi halaman dan pagar di sisi kanan jalan yang kami lewati.

"Flat orang Inggris bilang, untuk tipe tempat tinggal seperti itu, sedangkan orang Amerika akan menyebutnya apartemen", katanya menerangkan.

"Di Indonesia kami menyebutnya juga apartemen", kataku menimpali.

"Iya, orang-orang memang sangat ke-Amerika-Amerikaan. Negaramu juga." Ucapnya sedikit kesal, "Padahal mereka menggunakan bahasa Inggris dari negara ini", lanjutnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun