"Ooohh, ...!" pekikku, "Masih mau dilanjutkan lagikah?"
"Yaa, ... terserah Papa aja ... aku gak pa pa kok jadi kelinci percobaan. Yang penting Papa sembuh total! Daripada bayar orang yang belum tentu bersih, loh Ma! Lagian, Mama pasti kasihan sama Papa, toh! Nggak ada ceria-cerianya kalau nggak kesentuh!" urai Inay. Â
"Hmmm ... sebegitunya ya ...!" pikirku.
Dibeberkannya alasan yang kurasa menggurui sekaligus menekanku. Aku harus bertindak agar tidak semakin diinjak!
"Kalau kalian masih ingin melanjutkannya, silakan saja. Namun, sebaiknya segera dihalalkan! Untuk itu, ceraikan aku dahulu!" kataku tegas.
"Tidak baik dilihat orang jika Mas Aryo memasukkan perempuan pada saat sepi! Untunglah aku pulang sendiri. Kalau aku pulang tadi dengan temanku, coba bayangkan. Apa kalian tidak malu, ha? Aku saja sangat malu melihat kalian!"
Sepi beberapa saat. Lalu aku pun mencoba mengorek, "Sudah berapa lama kalian melakukannya?" lanjutku.
"Sudah agak lama juga latihannya," jawab Mas Aryo tenang, "tapi gagal terus!"
"Tapi ... akhir-akhir ini sudah normal, kok!" seru Inay.
"Ya, Â itu bukti kalau sudah sembuh total!" sambung Mas Aryo dengan polosnya.
"Ya, ya ... benar sekali!" imbuh Inay manggut-manggut.