Mohon tunggu...
Ninik Sirtufi Rahayu
Ninik Sirtufi Rahayu Mohon Tunggu... Penulis - menulis itu bikin kuat daya ingat

Menulis yang bisa ditulis dengan sukacita sebab hati yang gembira adalah obat

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cuma Uji Coba

19 Juni 2024   02:01 Diperbarui: 19 Juni 2024   02:09 52
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Aku mengambil napas dalam dan membuangnya pelan-pelan. Ya, aku ambil napas lagi dalam-dalam.

"Jangan gegabah! Jangan mengambil keputusan saat emosi!" suara dalam hatiku lagi dan lagi mengatakan begitu.

Ada satu hal yang mengganjal, aku tidak mau menerima suamiku kembali setelah melihat mereka sudah terlalu jauh melangkah. Aku harus rela melepasnya! Harus!

Semua sudah terlanjur. Semua sudah terjadi. Bahkan, mungkin sudah berkali-kali! Dalam hal ini sekali lagi kukatakan bahwa aku memang ikut andil. Aku bersalah dengan memberikan kesempatan seluas-luasnya untuk orang ketiga masuk. Aku lupa kalau Inay masih sangat muda. Masih subur-suburnya!

Sementara di mataku, Mas Aryo kuanggap tidak mampu melakukan hal itu dan kupikir dia tidak memikirkan akan mencoba melakukannya dengan orang lain! Ternyata aku salah besar! Ah, kucing pun kalau melihat daging segar pasti nalurinya ingin mencoba mengendusnya!

Padahal, setiap hari tatkala aku bekerja di luar rumah kondisi rumah memang selalu sepi. Tak heran jika iblis menggunakan kesempatan baik itu untuk menggoda sehingga orang bisa tergelincir dan jatuh ke dalam jurang dosa.


Kini bukan lagi praduga, melainkan sudah menjadi fakta. Maka, jalan apa yang akan dipilih tergantung juga kepada mereka. Satu di antara mereka rupanya mengajak mandi agar setelahnya mereka dapat melakukannya kembali. Namun, satu yang lain menolak dengan alasan masih ingin bermanja berdua.

Kesempatan ini aku gunakan untuk berpindah ke kamar belakang. Tampaknya mereka benar-benar tidak mengetahui kalau aku sudah berada di rumah. Dari kaca ribbon pintu kamarku, kulihat mereka bergelendot manja menuju kamar mandi berdua sambil tertawa-tawa. Aku tetap  bergeming. Kubiarkan sampai puas, bahkan jika perlu sampai Inay pulang. Ternyata tidak. Karena dilihatnya jadwalku sampai jam tujuh malam.

Maka aku berkabar ke kantor kedua bahwa aku tidak bisa masuk. Ternyata kelas sore pun ditangguhkan karena dua orang teman pengajar mengalami laka lalin dan salah satu di antaranya tidak tertolong. Diliburkan dengan alasan untuk menghormati yang dipanggil pulang ke rumah baka.

Jadilah aku menikmati pemandangan indah di rumahku sendiri. Kemesraan mereka yang sebenarnya membunuhku dengan King Gilette yang menewaskan dalam hitungan detik.

Pukul 18.00 saat lelampu harus dinyalakan. Di sanalah Mas Aryo yang sedang memasuki kamarku untuk menyalakan lampu mengetahui kalau aku berada di rumah. Terkejut dan tergagap dia! Sementara aku hanya berdiam diri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun