"Eitss ... susunya diminum dulu, Viooo! Dibuatkan susah-susah, kok. Habiskan supaya bisa berpikir dengan baik!" kata momok sambil menyodorkan segelas susu buatku.
Terpaksa kuminum juga susu coklat hangat buatannya.
"Ok, thanks!" Â kataku lanjut bergegas menuju garasi hendak mengambil motor maticku.
Perjalananku hampir setengah jam melawan macetnya jalanan di pagi hari. Sesampai di sekolah segera aku berlari menuju kelasku yang berada cukup jauh dari tempat parkir. Belum sampai di kelas, bel masuk pun berdentang dengan nyaringnya.
Teman sebangkuku sedang duduk dengan asyik. Setelah kuperhatikan, ternyata dia sedang menggambar. "Wuahhh ... cantik benar, Vella!" Â seruku mengagumi kepiawaiannya menggambar.
"He he, terima kasih Vio manis!" Â katanya dengan kalem sambil menatap netraku.Â
Dia ini benar-benar anak manis yang supersempurna. Sangat jauh berbeda denganku. Makanya aku senang  berteman dengannya berharap ketularan kalemnya. Ahh, tapi mana bisa aku sekalem dia kalau setiap hari yang kuhadapi si momok yang garang seperti itu? Yang ada aku malah semakin beringas ...!
"Ada PR apa, Vell?" tanyaku agak ketakutan karena aku belum mengerjakan apa-apa sejak kemarin.
"Nggak ada, kok. Hanya proposal penelitian yang harus segera masuk ke tangan Bu Yuyus dalam minggu ini. Tapi itu pun kerja kelompok!"
"Ya, ampun! Aku belum menyentuhnya sama sekali!" sergahku.
"Kamu emang kelompoknya siapa?"