"Waduuhh, ... aku lupa pula!"
"Ya, ampun Vioooo ... ! jangan lanjutkan deh, cerobohmu itu! Bisa kelabakan nantinya!" katanya sambil melotot.
"Ohhh ...!" tiba-tiba aku ingat si momok di rumah. Benar juga, ya. Aku bisa kelabakan jika tidak diingatkannya!
Hari itu tidak ada yang istimewa. Aku menjalani hari sekolahku dengan biasa-biasa saja. Hanya Vella yang mengingatkan untuk segera mencari catatan dengan siapa aku berkelompok sebab minggu depan proposal sudah harus dipresentasikan di depan kelas.
Pulang sekolah adalah saat-saat paling nyaman buatku setelah setengah hari berkutat dengan pelajaran dan buku. Aku menyempatkan mandi sesegera mungkin agar terasa segar dan nyaman, makan siang, lalu istirahat di kamar dengan nyaman.
Langsung kusambar handphone-ku yang tidak sempat kusentuh selama di sekolah. Kubuka WA, IG, dan terakhir facebook. Ya ampun, ada sekian puluh pesan di WA, beberapa di IG, dan puluhan permintaan pertemanan yang harus kukonfirmasi. Aku sih terlalu pilih-pilih dalam berteman. Lalu kulihatlah sebuah profil sederhana dan segera kuklik konfirmasi.
Namanya Bagus Priambodo. "Pasti asli orang Jawa, nih!" batinku. Fotonya cakep pula. Sorot matanya sendu seolah menyembunyikan kedukaan mahahebat yang tak terkatakan.
Tidak berselang lama, dia mengirim inbox yang menyatakan terima kasih atas konfirmasi yang kuberikan.
"Terima kasih, ya, ... Â telah mau berteman denganku!"
"Iya, sama-sama!"
Setelah meminta nomor teleponku, kami pun chatting via Whatsapp. Semula bercerita biasa saja, akhirnya kuketahui bahwa dia anak tunggal, ayahnya sedang bekerja di luar pulau, sementara ibunya sudah meninggal dunia. Dia selalu kesepian katanya.