Mohon tunggu...
Ninik Sirtufi Rahayu
Ninik Sirtufi Rahayu Mohon Tunggu... Penulis - belajar mengingat dan menulis apa yang diingat

Menulis dengan sukacita sebab hati yang gembira adalah obat

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Bertemu untuk Berpisah

30 Mei 2024   12:34 Diperbarui: 30 Mei 2024   12:50 112
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Vioooo ... cepat mandiiii!" hmmm teriakan apa lagi sebentar lagi. Seolah kebal kupingku mendengarnya. Benar-benar momok yang tak mengizinkanku bersantai barang sejenak!

 "Apaan siihhh, Maaakkk! Teriak mulu, malu didengar tetangga, tahuuuu ...!" seruku takkalah nyaring. Setiap pagi seolah perang dunia kedua di rumahku!

"Habisnya kamunya suka molor kalau tidak diteriaki. Cepat sedikit, kenapa?"

Segera kusambar handuk dan menikmati guyuran air hangat lewat semburan keran dari water hitter dengan  nyamannya. Air hangat ini benar-benar menjadi inspirasi pagiku. Puji Tuhan banget. Apalagi saat duduk di closet sambil melamunkan sebuah cerita pendek yang tidak pernah kutuliskan. Benar-benar asyik sehingga satu jam pun merasa kurang berada di sini. Lalu, lagi-lagi teriakan dan gedoran pintu dari si momok menyerbu dan membuyarkan lamunan indahku.

 "Busyeeett!" rutukku.

"Viooolllaaaaa ... bisa cepat enggak sih! Sudah setahun mandi belum kelar juga!" teriaknya di luar pintu kamar mandi.

"Tidur sekalian di situ, jangan pernah keluar lagi. Mandi macam apaan, satu jam belum kelar!"  suara lantang momok terdengar nyaring.

"Hhhuuhhh!"  desahku sambil mengeringkan rambut dengan handuk. Keluar dari kamar mandi, belum beberapa saat terdengar pula teriakan si momok.

 "Vioooo ... cepaat makan, nasi gorengnya keburu dingin!" hmmm lagi dan lagi. Barangkali para tetanggaku sudah kebal mendengar teriakan lantangnya.

"Oohh, ... nggak usah teriak kenapa sih. Aku enggak budheg!" sungutku sambil mulai duduk di meja makan. Kunikmati nasi goreng spesial yang sungguh sangat enak dengan muka cemberut. Dalam hatiku, omelan apa lagi setelah ini yang akal kuterima. Seperti yang kuduga, pasti begini nih pesannya, "Cepat pulang, nggak usah mampir-mampir ke mana-mana!" kayaknya kalimat-kalimat tersebut sudah terjadwal dengan rapi kupikir-pikir. Si momok ini sudah seperti robot hidup yang menghantuiku saja! Huff....!

Dengan menyambar tas di sebelahku, aku segera hendak pergi ke garasi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun