“Ha? Yang bener! Wuahhh, … Mas seneng banget, nih. Serasa ingin segera terbang ke situ, Sayang!” jawabnya dengan emoticon cinta.
“Berapa usianya, Cantik?”
“Dua belas minggu!”
“Wuahhh, thok cer. Mantap! Terima kasih, Sayang!”
“Tapi, Mas … aku takut!”
“Kamu tenang saja. Fokus jaga kandungan dan kesehatanmu saja, okey?”
“Baik-baik di situ, ya Sayang … Mas akan segera pulang. Jangan kuatir!”
Dengan gemetar Ayumi segera meneruskan isi pesan itu ke nomornya sendiri dan segera menghapus untuk menghilangkan jejak.
Kini, Ayumi tahu ‘tersayang’ itu siapa. Semua chatting pun tidak tersisa, sudah dikirim ke gawainya sendiri.
Sambil menahan isak, Ayumi kembali ke tempat tugas dan menghadap kepada Ibu Kepala Sekolah. Sambil menangis sesenggukan, Ayumi meminta izin untuk menyelesaikan permasalahan keluarga ini dengan diam-diam.
Siang itu, sepulang dari kantor, Ayumi langsung menjemput Mira yang sudah berada di sekolahnya. Ayumi bergegas memintakan izin tidak mengikuti pelajaran dan mengajaknya ke ibu kota provinsi. Ayumi pun telah mempersiapkan sedemikian rupa, termasuk membawakan satu tas besar berisi seluruh pakaian Mira. Tak bersisa!