"Naik bus saja Kak biar cepat. 'Kan kalau bus sewaktu-waktu ada. Kalau kereta api ... payah nunggu sore sampainya malam!"
"Oh, baiklah. Sebentar kuambil ongkos busnya!" Ayumi mengambil sedikit dana untuk ongkos Mira pulang pergi ke desa sekitar delapan puluh kilometer.
"Ya, sudah. Mumpung pagi. Kamu segera pesan ojek online saja, ya ... Kakak tidak bisa mengantarmu!"
"Kamu balik besokkah?" lanjutnya.
"Nggak Kak, Mira sudah izin di sekolah. Mira pulang Selasa pagi, ya Kak!"
"Okelah. Hati-hati di jalan, ya!"
Beberapa menit kemudian, Mira telah keluar dari rumah dengan alasan hendak pulang ke desa. Ayumi segera menutup pintu gerbang, tetapi perasaan tidak enak menghantui pikirannya. Ayumi ingin membuntuti Mira, dengan tidak menggunakan kendaraan sendiri.
Nah, Ayumi pun segera memesan taksi online. Beruntung, dengan cepat dia memperoleh kendaraan yang dipesan itu.
Tujuan awal hendak menuju terminal. Dimintanya sopir mengikuti angkot yang membawa Mira. Ternyata, Mira memang menuju terminal. Berarti, Mira tidak berbohong. Karena itu, sesampai terminal, dimintanya sopir memutar balik kendaraan menuju ke rumah kembali.
Lega! Mira memang benar-benar pulang. Memang satu semester ini dia belum menjenguk keluarga di desa.
“Ya, sudahlah. Aku tidak boleh gegabah mencurigai! Apa yang perlu dicurigai?” pikir Ayumi
Sampai di rumah, Ayumi segera menggunakan kunci cadangan untuk membuka kamar Mira. Bak seorang detektif, diselidikinya kamar itu dengan teliti. Kalau-kalau ada petunjuk sesiapa lelaki yang beberapa malam lalu meniduri Mira. Diperhatikannya tumpukan buku milik Mira, Ayumi berusaha tidak mengubah susunan buku tersebut agar Mira tidak curiga kalau isi kamarnya telah diacak-acak.
Tetiba dilihatnya sehelai kertas bertulis tangan …