Mohon tunggu...
Ninik Sirtufi Rahayu
Ninik Sirtufi Rahayu Mohon Tunggu... Penulis - Menulis sebagai refreshing dan healing agar terhindar dari lupa

Menulis dengan bahagia apa yang mampu ditulis saja

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Bahtera Terkoyak

29 Mei 2024   15:40 Diperbarui: 30 Mei 2024   04:06 180
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Duhai, my love … bidadariku ayu …
Wuahh,… Mas benar-benar terharu, Dik! Bangga!
Terima kasih banyak, ya! Mas makin yakin sekarang: kamu memang mencintai Mas dengan sepenuh hati!

Rela mempersembahkan sesuatu yang istimewa khusus buat Mas itu sungguh luar biasa! Surprise yang patut Mas kenang dan hargai!
Jangan kuatir, Mas janji akan bertanggung jawab, Sayang!
Jangan lupa, kita masih lanjut, ya … he he … kangen, tahuuuu!
Your love

Ayumi terhenyak. Jika melihat tulisan tangan ini, sepertinya dia kenal. Akan tetapi, siapa? Apakah suami? Atau, siapa kekasih Mira ini? Masih teka-teki karena dia pun tidak yakin apakah itu tulisan tangan suami.

***

Tiga bulan berlalu tanpa gejala berarti. Seperti biasa, suami pulang seminggu sekali, kadang dua minggu sekali. Mira juga tidak berubah. Masih sama seperti biasa. Pagi membantu pekerjaan rumah, memasak, membersihkan rumah, dan siang hingga petang bersekolah.

Sementara laundry seminggu sekali dijemput antar oleh petugas yang telah dipercaya. Jadi, masalah pakaian Ayumi tahu beres saja. Kalau masalah masakan, bosan ya … tinggal beli jadi saja. Bukan masalah penting pada masa sekarang ini. Bukankah banyak aplikasi yang menawarkan pemesanan masakan jadi?

Ketika berada di rumah pun suami tidak banyak menuntut. Kalau dilihat Ayumi kelelahan, Ready memakluminya. Apalagi kalau Ayumi mengerjakan tugas di kamar kerja, Ready tidak pernah mengganggu. Bahkan, kadang menemani beberapa saat untuk kemudian tidur di kamar pribadi.

Jumat sore itu, sepulang kantor Ayumi bergegas ke dokter langganan. Beberapa hari belakangan tensinya tidak teratur sehingga merasa perlu mengecek kondisi kesehatan. Ketika masih berada di tempat parkir, dilihatnya sekelebat Mira yang berseragam batik melintas melenggang dari ruang pemeriksaan dokter.

“Hah? Mira? Sakit apa dia, mengapa tidak bilang apa-apa, ya?” pikirnya.

Sengaja Ayumi tidak turun dari kendaraan dan berharap agar Mira tidak melihat. Perasaan cemas menggelayuti hatinya, “Jangan-jangan … ah … tidak! Kali ini aku tidak boleh kecolongan! Aku harus segera tahu, siapa lelaki itu … sebelum sesuatu yang buruk terjadi atas mereka!” tekadnya.

Beberapa saat kemudian, Ayumi mengayunkan langkah ke bagian informasi dan lanjut ke ruang tunggu. Tiba-tiba dilihatnya Mawar, teman SMP-nya keluar dari ruang periksa. Rupanya Mawar bekerja sebagai perawat di tempat itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun