Pendekatan Klitgaard dan Bologna memberikan wawasan yang penting dalam memahami penyebab korupsi di Indonesia. Untuk menangani korupsi, kedua pendekatan ini menggarisbawahi pentingnya reformasi dalam tiga area utama: pengurangan monopoli, pembatasan diskresi, dan peningkatan akuntabilitas, serta perbaikan dalam struktur pemerintahan dan perubahan budaya masyarakat.
Pengurangan Monopoli
Salah satu cara yang dapat diterapkan adalah dengan mendorong adanya persaingan yang sehat dalam berbagai sektor, terutama dalam pengadaan barang dan jasa. Pemerintah harus memastikan bahwa ada transparansi dalam proses tender dan memperkenalkan sistem yang lebih terbuka dan berbasis pada hasil yang dapat dipertanggungjawabkan. Selain itu, privatisasi beberapa sektor yang dikuasai negara juga dapat membantu mengurangi monopoli dan membuka ruang bagi pasar yang lebih kompetitif.- Pembatasan Diskresi
Pembatasan diskresi dapat dilakukan dengan memperkenalkan sistem yang lebih ketat dalam pengambilan keputusan. Pengawasan yang lebih baik melalui lembaga-lembaga independen seperti Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dan Inspektorat Jenderal bisa meningkatkan transparansi dan mencegah penyalahgunaan kewenangan. Selain itu, pemberlakuan sistem yang berbasis pada bukti (evidence-based decision making) juga bisa mengurangi ruang untuk manipulasi dan penyalahgunaan wewenang. - Peningkatan Akuntabilitas
Peningkatan akuntabilitas tidak hanya membutuhkan sistem pengawasan yang efektif, tetapi juga partisipasi aktif dari masyarakat. Masyarakat harus diberdayakan untuk dapat mengawasi jalannya pemerintahan, melalui media massa, organisasi masyarakat sipil, dan mekanisme pengaduan. Pemerintah juga perlu meningkatkan sistem pelaporan dan transparansi anggaran agar masyarakat dapat mengetahui dengan jelas penggunaan dana publik. Reformasi Struktur Pemerintahan dan Birokrasi
Pemerintah Indonesia perlu melakukan reformasi birokrasi untuk memastikan bahwa aparat pemerintah memiliki kapasitas dan integritas yang memadai dalam menjalankan tugasnya. Hal ini termasuk pelatihan etika dan profesionalisme bagi pejabat publik serta penguatan lembaga-lembaga pengawasan internal yang ada di setiap instansi.Perubahan Budaya Korupsi
Untuk mengurangi budaya korupsi yang sudah mengakar, dibutuhkan pendekatan yang lebih holistik yang melibatkan pendidikan, kampanye kesadaran, dan penguatan nilai-nilai integritas di masyarakat. Pemerintah dapat bekerja sama dengan berbagai organisasi non-pemerintah dan masyarakat sipil untuk membangun gerakan anti-korupsi yang melibatkan semua lapisan masyarakat.
1. Bagaimana monopoli kekuasaan memengaruhi tingkat korupsi di sektor pelayanan publik di Indonesia?
Monopoli kekuasaan dalam sektor pelayanan publik di Indonesia dapat secara signifikan memengaruhi tingkat korupsi, karena sistem yang kurang kompetitif sering kali memberikan peluang bagi pelaku korupsi untuk menyalahgunakan wewenang. Berikut adalah beberapa cara monopoli kekuasaan memengaruhi tingkat korupsi:
1. Kurangnya Transparansi dan AkuntabilitasÂ
  Ketika satu entitas atau individu memiliki kekuasaan penuh atas suatu layanan, proses pengambilan keputusan cenderung tertutup. Kurangnya pengawasan yang memadai dapat menciptakan ruang untuk praktik korupsi seperti suap, gratifikasi, atau nepotisme.
2. Penyalahgunaan Wewenang
  Monopoli memberikan peluang bagi pejabat untuk menetapkan aturan dan tarif pelayanan secara sepihak, sering kali dengan memanfaatkan posisi mereka untuk keuntungan pribadi atau kelompok.
3. Peningkatan Biaya Transaksi