"Gilang saya mohon sama kamu. Jangan sakiti anak-anak saya." Ibunda merekapun berlutut memohon kepada laki-laki bernama Gilang tesebut.Â
"Mengapa kau meninggalkan aku Raisa? Demi laki-laki ini? Kau mencampakkan aku begitu saja. Sepuluh tahun lalu saat aku ingin membalaskan dendamku gagal. Tapi sekarang ini tidak akan gagal lagi." Gelak tawa yang sangat keras dan menyeramkan terdengar lagi.
"Aku ingin membunuh suamimu." Suara tembakan pun terdengar. Membuat semua orang tersebut terkejut. Namun, bukan Rizaldi yang tertembak. Melainkan Rasya.Â
"Rasya..! Kenapa kamu menghalangi saya!" Gilang terkejut karena ia salah sasaran. Ia pun melarikan diri.Â
"Ras.. Rasya.." Tasya menangis. Ia tidak mau kehilangan keluarganya lagi. Rasya tersenyum. Sebelum akhirnya ia meninggal dunia.
"Ibuu.. Rasya.." Tasya menyesal. Karena pada saat bertemu Rasya. Tasya hanya bisa marah-marah kepadanya. Semoga Rasya bisa tenang di sana. Semoga ia ditempatkan disisi-Nya.
Setelah pemakaman Rasya selesai dilakukan. Pasya datang. Ia terpukul karena kehilangan orang yang sangat ia sayang. Bahkan ia sempat mengira kalau Tasya adalah Rasya.
"Bagaimana kalau kamu bertunangan dengan Tasya, Pasya apa kamu mau?" Ayahanda Tasya memberikan pertanyaan kepada Pasya. Pasya tersenyum sedih.
"Maaf om. Pasya tidak bisa menerima Tasya. Meskipun wajah mereka sama. Tapi Pasya tidak bisa. Maafkan aku Tasya." Pasya merasa belum bisa menerima kehadiran orang lain di hidupnya.
"Aku mengerti Pasya.." Tasya tersenyum maklum. Kemudian mereka semua pergi meninggalkan pekarangan pekuburan Rasya yang tepat di kuburkan di samping neneknya.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H