Mohon tunggu...
Nidaria Yusriyani
Nidaria Yusriyani Mohon Tunggu... Penulis - Pemula

@nidarysryni_

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Mengapa Kita Dipisahkan?

2 Februari 2020   13:34 Diperbarui: 2 Februari 2020   19:08 174
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

RASYA

Sewaktu Sekolah Menengah Pertama, Rasya sering sekali di bully oleh teman-temannya. Karena ia berpenampilan layaknya seorang kutu buku. 

Namun, saat Rasya mulai masuk Sekolah Menengah Atas. Rasya bermetamorfosa mengubah dirinya menjadi cantik hingga ia dipuja oleh seluruh siswa maupun siswi di sekolahnya. Mereka berebut ingin menjadi teman Rasya. Tanpa tahu bagaimana keadaan Rasya di masa lalu. 

Rasya adalah seorang putri tunggal dan terlahir dari keluarga yang sangat berkecukupan. Orangtua Rasya pun merupakan orang yang sangat penting di kota Bogor. Namun, tidak banyak yang tahu bahwa Rasya adalah putri dari Bapak Rizaldi sang Wakil Gubernur kota Bogor pada saat itu. 

Dikarenakan Rasya tinggal di kota yang dijuluki sebagai kota hujan. Ia juga sangat menyukai hujan. 

Suatu sore, Rasya sedang mengendarai motor kesayangannya dengan kecepatan yang sangat rendah. Ia begitu menikmati hujan dan menengadah melihat tetes-tetes air hujan mulai membasahi bajunya. Tanpa ia sadari ia menabrak seseorang. Kecelakaan pun tak terhindarkan. 

"Tasya.. jangan pergi!" Jerit Rasya setelah terbangun dari komanya selama 5 hari. Ibunya terkejut mendengar anaknya menyebutkan nama Tasya. 

"Rasya sayang. Kamu sudah sadar nak?" Ibunya terlihat sangat khawatir. Melihat kondisi putrinya yang rapuh.

"Tasya itu siapa bu? Kenapa aku merasa tidak asing dengan namanya." Ibunda Rasya terlihat tidak mau menjawab dan hanya tersenyum. Sebelum kemudian Ayahanda Rasya datang bersama seorang pria.

"Hai Rasya akhirnya kamu sembuh juga." Rasya memandang aneh kepada pria jangkung tersebut. Hingga gelak tawa ayahnya pun mengisi keheningan di ruangan tersebut. 

"Nak apa kamu bercanda? Kamu tidak mungkin lupa kan dengan tunangan mu ini? Dia Pasya Surya Atmaja." Rasya terlihat sangat syok. Ia mendapati dirinya terbaring di rumah sakit dan mendapat kabar bahwa dirinya sudah menjadi tunangan orang lain. 

"Ayah jangan bercanda. Tolong suruh dia keluar. Tiba-tiba kepalaku terasa pusing setelah melihatnya. Dan ayah aku ingin tahu siapa itu Tasya?!" 

Rizaldi tertegun mendengar anaknya menyebut nama Tasya. Tiba-tiba Rizaldi keluar dari ruangan tempat anaknya dirawat. Lalu di susul oleh istrinya. Mereka meninggalkan Rasya dengan sejuta pertanyaan. 

"Rasya kamu tenangin diri dulu ya. Aku pulang duluan." Pasya berkata selembut mungkin agar Rasya tidak takut dengannya.

TASYA

Tasya sedang tertidur dengan pulasnya. Ketika suara gaduh di dapur terdengar ia pun terbangun. Mencari siapa sosok yang mengganggu tidurnya. 

Tasya terkejut. Itu adalah ibunya. Ibu yang selama ini hanya menengoknya seminggu sekali. Ibu yang selama ini lebih memilih kembarannya Rasya. Ia sangat membenci Rasya. Meskipun Rasya adalah saudari kembarnya. Namun, semua hal yang berkaitan dengan Rasya membuatnya merasa terbuang. Entah mengapa ibu dan ayahnya memisahkan mereka. Dan mengapa ia yang ditinggalkan di rumah neneknya. Sedangkan Rasya disana hidup aman nyaman layaknya seorang putri. Dan Tasya disini hidup sederhana bersama neneknya.

"Ini bukan jadwal ibu menengok aku kan? Ada perlu apa ibu kesini?" Terlihat ibunda Tasya sedang membereskan pecahan piring yang berserakan. 

"Sayang.. Rasya kecelakaan. Ibu tidak tega melihatnya."
Tasya memutarkan bola matanya dengan malas. Apa ia harus bersedih? Atau bersenang hati?

"Aku tidak peduli ibu." Tasya menjawab pertanyaan ibunya dengan senyuman yang dibuat-buat. Tasya segera pergi meninggalkan ibunya di dapur. Tanpa sengaja ia menginjak pecahan piring tersebut. Ia menjerit. Sehingga neneknya menyusulnya ke dapur.

"Tasya! Kamu tidak apa-apa nak?" Ibunya berteriak karena ia terkejut. Tasya menginjak pecahan piring. Tasya tersenyum.

"Ini tidak sakit sama sekali. Rasa sakit hatiku kepada ayah dan ibu lebih besar dari apapun. Aku adalah anak yang tidak di inginkan. Rasya sedang sakit. Ibu lebih baik menjaganya."
Tasya segera pergi meninggalkan ibu dan neneknya yang terlihat sedih.

"Rasya kecelakaan? Bagaimana bisa itu terjadi? Mamah bingung Raisa. Tasya terus menerus meminta agar ia tinggal bersama kalian semua." Ibunda Tasya menangis. Begitupun dengan neneknya. Mereka bingung bagaimana menjelaskan semua hal yang menimpa keluarganya kepada Tasya ataupun Rasya.

RASYA

Setelah satu minggu lebih Rasya menginap di rumah sakit. Akhirnya ia diperbolehkan pulang. Ia senang sekali karena akan melihat wajah-wajah yang ia rindukan. Ia tidak mengerti. Mengapa teman-teman sekolahnya tidak ada yang menengoknya. Kecuali Pasya. Ia sudah ingat siapa itu Pasya. Ternyata Pasya adalah orang yang sangat baik. Pasya selalu menjaganya saat disekolah. Maupun di luar sekolah. Ia menyayangi Pasya. 

Setelah tiba dirumahnya. Ia terkejut melihat wajah sahabat-sahabatnya yang menyambut kepulangannya dari rumah sakit. Betapa Rasya sangat mensyukuri kehidupan yang Allah berikan kepadanya. 

Tasya bersama neneknya pun datang untuk melihat kepulangan Rasya. Namun, Tasya hanya bisa mengintip di luar pagar tinggi menjulang milik orangtuanya. Tasya terpaksa ikut karena ia diminta oleh neneknya. Jika hanya ibunya yang memintanya. Tentu saja ia akan menolaknya mentah-mentah.

"Enak sekali hidup Rasya ya nek. Sampai aku ingin pingsan melihatnya. Aku ke mobil punya Rasya duluan ya nek. Daripada harus menyaksikan adegan yang sangat aku inginkan. Tapi tak pernah aku dapatkan." Tasya berlalu pergi. Ia selalu berkata ketus kepada siapapun. Apalagi keluarganya. Keluarga yang membuangnya.

Setelah Tasya masuk kedalam mobil. Rasya melihat neneknya. Ia pun memanggilnya. "Sedang apa nenek disana? Ayo masuk nek." Rasya sedikit berteriak agar bisa terdengar oleh neneknya. Ia pun menjemput neneknya.

"Rasya kamu sudah sembuh sayang. Nenek hanya ingin melihat keadaanmu saja. Hari ini kebetulan sekali nenek ada acara pengajian di Bandung. Nenek tidak bisa lama-lama. Salamkan kepada kedua orangtuamu ya." Neneknya mengecup kening Rasya lama.

"Nenek buru-buru sekali. Iya nek aku akan sampaikan kepada ibu dan ayah. Nenek kesini hanya dengan pak sopir? Atau dengan kerabat yang lain? Nenek aku ingin pergi ke rumah nenek. Kenapa ayah dan ibu tidak pernah kasih ijin sih. Aneh sekali." Rasya celingukan berusaha melihat kedalam mobil.

Neneknya langsung menghalangi pandangan Rasya. "Berdua saja dengan pak sopir sayang. Biar nenek saja yang kesini. Nenek duluan sayang." Sesegera mungkin neneknya pergi meninggalkan Rasya. Sebelum muncul banyak pertanyaan lainnya yang ia tak bisa jawab.

"Rasanya aneh sekali. Kalau begitu akhir pekan nanti aku akan pergi sendiri ke rumah nenek. Tanpa ayah dan ibu tau." Ibunda Rasya memanggilnya. Ia pun kembali kedalam rumah. 

"Ibu tadi nenek kesini. Nenek titip salam untuk ibu dan ayah." Ibunda Rasya tersenyum. Pasti ada Tasya disana. Ingin rasanya menyatukan mereka berdua. Namun, keadaan yang memaksa ia melakukan ini semua.

"Kenapa sih bu aku tidak boleh pergi ke rumah nenek. Aku ingin pergi ke rumah nenek ya. Tapi nanti, dan ibu harus mengizinkanku." Rasya mengucapkan hal itu sambil berlalu pergi. Meninggalkan ibunya yang tercengang.

"Pasya Surya Atmaja. Kamu akhirnya datang juga." Rasya memberikan senyuman terbaiknya.

"Ah iya maafkan aku. Tadi aku melihatmu di jalan. Tapi kenapa kamu sudah sampai disini." Pasya berkata dengan bingung. Ini aneh menurutnya.

"Maksud kamu apa Pasya. Aku dari tadi ada di rumah." Rasya terlihat bingung.

"Tadi aku lihat kamu dengan nenek-nenek. Lagi makan bubur di pinggir jalan. Dan mereka naik mobil sedan hitam berplat nomor F 9058 RAS. Aku kira itu nenek kamu. Tadinya aku mau nyamperin kamu. Tapi aku ingin memberi kejutan dan sampai di rumah kamu duluan Ras."
Penjelasan Pasya membuat Rasya terkejut. Seketika Rasya memegangi kepalanya. Hampir saja ia terjatuh. Kalau tidak ditahan oleh Pasya. 

"Ras kamu tidak apa-apa?" Pasya sangat khawatir. Ia menyesal telah menceritakan hal ini kepada Rasya.

"Itu mobil memang punya aku Pas. Mobil yang ditumpangi nenek aku. Dan penampilan orang yang tadi pagi kamu lihat bagaimana?" Rasya sudah duduk di sofa ruang tamunya. Ia melihat kedalam bola mata Pasya. Hal itu dilakukan supaya Pasya tidak berbohong kepadanya. 

Pasya terlihat canggung di pandangi seperti itu oleh Rasya. Ia menggaruk sedikit rambutnya yang tidak gatal sama sekali. "Penampilannya tomboy sekali. Apa kamu punya saudari kembar Ras?" 

TASYA

Hari senin pun datang. Tasya sangat malas sekali pergi sekolah. Ia menaiki sepedanya. Membayangkan bagaimana enaknya Rasya yang di antar jemput oleh sopirnya setiap hari. Ia tersenyum mengejek. "Rasya harus merasakan kesusahan seperti aku sekarang." 

Setelah Tasya tiba di sekolahnya. Seperti biasa ia selalu di ejek oleh teman-temannya. Karena ia datang menggunakan sepeda. 

"Tasya bagus banget sepedanya sampe aku ingin jual ke tukang rongsokan." Tasya tidak mengindahkan perkataan temannya. Jika itu masih di batas wajar maka ia selalu diam.

"Orangtua kamu kemana? Atau kamu anak yatim-piatu? Ko kamu sama nenek kamu terus sih." Gelak tawa terdengar di koridor sekolah. 

Jika sudah dikaitkan dengan orangtuanya ia tak terima. Ia menjambak rambut orang-orang yang sudah mengolok-oloknya. "Diam kalian semua! Kalian tidak tahu apapun tentang aku!" Tasya berteriak dengan sangat emosi. Hingga ia tidak bisa lagi mengeluarkan air matanya.

Mereka semua di laporkan ke guru BK. "Kenapa kamu berbuat seperti ini Tasya? Jelaskan semuanya kepada ibu." Guru BK tidak menyangka apa yang dilakukan Tasya kepada anak pemilik sekolahnya ini. Meskipun semua warga sekolah sudah tahu kalau Tasya sering di bully. Namun, tidak ada seorangpun yang bisa menolongnya. Karena jika ada yang menolongnya kemungkinan mereka akan di keluarkan dari sekolah ini. 

"Sudahlah Bu Rahma. Tidak ada yang perlu aku jelaskan kepada ibu. Ibu panggil saja kedua orangtuaku. Ini nomor mereka." Tasya mengeluarkan sebuah kartu nama yang membuat Bu Rahma tercengang. 

"Bukannya kamu adalah anak yatim-piatu Tasya? Dan kamu adalah anak Pak Rizaldi? Apa kamu bercanda?" Bu Rahma tertawa dengan sangat kencang. Bagaimana mungkin Tasya adalah anak wakil gubernur kota Bogor. Karena selama ini yang ia tahu. Bahwa anak wakil gubernur tersebut hanya satu.

"Ibu telfon saja." Ucap Tasya tersenyum miring. Pasti kedua orangtuanya sangat terkejut dengan apa yang dilakukan oleh anak yang mereka buang. 

"Halo. Apa benar ini wali dari ananda Tasya Nabila?"
"Bukan. Saya adalah ibunda dari Rasya Anastasya. Maaf mungkin ibu salah sambung." Tuuutt.. sambungan telfon ditutup secara sepihak.

"Tasya! Kamu berbohong kepada ibu?" Tasya terkejut. Ternyata ibunya tidak mengakuinya sebagai anaknya. Sungguh ini lebih menyakitkan dari apapun. Tasya hanya bisa menangis. Ia tidak tahu harus mengatakan apa.

"Sudahlah Tasya. Ibu hanya akan memberikan surat peringatan yang pertama kalinya untuk kamu. Jika kamu mengulanginya lagi. Kamu tahu apa yang terjadi. Dan maafkan ibu. Karena ibu tidak dapat melakukan apapun untuk menolong kamu." Tasya mengambil surat tersebut. Ia lalu keluar dari ruang BK. Ia melihat Rachel berlari ke arahnya. Namun, Rachel tersandung kaki Andara. Andara melakukan itu dengan sengaja. Tasya sedikit berlari kecil untuk membantu Rachel berdiri. 

Apa Rasya mempunyai saudari kembar? Tapi jika benar. Mengapa ayah dan ibunya memisahkan mereka. Itu sangat tidak masuk akal. Apakah nama saudari kembarnya adalah Tasya. Nama seorang perempuan yang pernah ia sebutkan saat koma di rumah sakit. Nama yang selalu menghantuinya. Tanpa ia bisa melihat wajah pemilik nama tersebut. Ia harus mengunjungi rumah neneknya. Pasti ia menemukan sesuatu disana. 

"Bu Rasya pergi sekolah dulu ya. Bu Rasya izin membawa mobil ya. Rasya mohon bu.." Rasya meminta dengan kata-kata yang sangat memohon. Sehingga ibundanya tidak dapat mengatakan tidak kepadanya. Itulah yang sering ia lakukan jika ia menginginkan sesuatu. 

"Baiklah. Tapi buat apa sayang kamu ingin membawa mobil?" Ibunya mengelus rambut Rasya dengan sayang. 

"Aku mau kerja kelompok ke rumah teman Bu. Karena rumahnya jarang sekali dilewati oleh kendaraan umum, jadi aku akan membawa mobil, dan teman-temanku tidak usah repot-repot mengeluarkan ongkos." Rasya memberikan senyuman terbaiknya. Ia pun pamit kepada ibundanya. 

"Hati-hati dijalan ya nak." Ucap ibundanya sambil melambaikan tangan.

Maafkan Rasya ya bu. Kali ini Rasya bohong sama ibu. Rasya ingin mencari tahu kebenarannya.

Setelah Rasya sampai di Bandung dirumah neneknya. Rasya sesegera mungkin ingin masuk ke rumah neneknya itu. "Tasya!" Rasya mematung ditempatnya berdiri. Ada orang yang memanggilnya dengan nama Tasya. Rasya mencoba berbalik dengan perlahan. 

"Astagfirullah." Orang itu mengucapkan istighfar dan ia hampir pingsan setelah melihat Rasya. Rasya kebingungan, ia pun mencoba membopong orang tersebut ke teras rumah neneknya. 

"Tasya! Kamu kemasukan apa? Ko kamu jadi glowing seperti ini. Ini seperti bukan kamu." Orang tersebut masih tidak percaya apa yang dilihatnya sekarang. Rasya mencoba menenangkan orang tersebut dan memberikan senyum andalannya.

"Aku memang bukan Tasya. Aku adalah Rasya. Bisa kamu ceritakan siapa itu Tasya? Dan tolong perkenalkan dirimu." Ucap Rasya dengan lemah lembut. Orang tersebut masih saja terkejut. Orang tersebut pergi melarikan diri.

"Hey kamu mau kemana.." Rasya bingung mengapa orang tersebut malah kabur. Rasya mendapati neneknya pulang dari pasar. Nenek Rasya terkejut melihat Rasya.

"Rasya. Kamu kesini sama siapa? Kamu ko ga bilang sama nenek sih sayang? Nenek simpan barang belanjaan nenek dulu ya ke dapur. Kamu tunggu dulu disini." Nenek Rasya segera masuk kedalam rumahnya. Rasya ingin masuk juga. Namun, suara pintu terkunci terdengar. Rasya tidak menyangka neneknya akan mengunci pintunya. 

"Maaf nenek lama ya Rasya. Ayo kita pergi jalan-jalan." Neneknya menarik lengan Rasya. Rasya melepaskan tangan neneknya dengan sedikit kasar. 

"Aku ingin pergi ke rumah nenek. Bukan untuk jalan-jalan di kota Bandung nek. Nenek Rasya mohon sama nenek. Jelaskan siapa itu Tasya nek." Rasya berlutut kepada neneknya. Ia memohon agar mendapat penjelasan dari neneknya. Rasya menangis. Neneknya terkejut melihat Rasya berlutut kepadanya. Ia membangunkan Rasya. Ia tidak tega melihatnya.

"Maafkan nenek Rasya." Neneknya menangis sebelum kemudian neneknya pingsan. Rasya terkejut. 

"Nenek!" Dari belakang terdengar seseorang terkejut juga seperti Rasya karena mendapati neneknya pingsan.

"Heh siapa kamu?! Apa yang kamu lakukan sama nenek aku?!" Tasya memarahi Rasya sebelum akhirnya Tasya melihat wajah Rasya. Betapa Tasya terkejut sekali melihat Rasya. Begitupun juga dengan Rasya. 

"Ras.. Rasya.. Kam.. Kamu ngapain disini! Pergi dari sini Rasya! Aku benci sekali sama kamu! Pergi!" Tasya berteriak marah kepada Rasya. Rasya sakit sekali dibentak seperti itu oleh Tasya. Rasya segera memeluk Tasya. Ia tak menyangka ternyata selama ini ia mempunyai saudari kembar. Namun, tanpa di sangka Tasya mendorong Rasya begitu keras dengan penuh emosi. Hingga akhirnya Rasya terjatuh.

"Aku udah bilang. Aku benci sekali sama kamu! Jangan pernah deket-deket sama aku! Kamu serakah Rasya! Kamu memiliki kehidupan yang aku inginkan! Kamu hidup enak sama ayah dan ibu. Sedangkan aku hidup disini dengan sangat menyedihkan. Aku pergi sekolah selalu menggunakan sepeda rusak. Dan kamu menggunakan mobil mewah! Kamu tau Rasya?! Di sekolahpun aku dibully. Aku sering di katai-katai anak yatim-piatu. Aku anak yang tidak di inginkan oleh ayah dan ibu. Aku benci sekali sama kamu.." Tasya membentak Rasya sambil menangis. Rasa sakit hati itu muncul kembali karena ia melihat Rasya. 

Rasya terkejut. Ia sedih sekali mendengar cerita Tasya. Bagaimana mungkin ia bisa hidup mewah, sedangkan Tasya disini hidup sederhana. Tanpa mereka sadari neneknya pun terbangun. 

"Tasya jangan memarahi adikmu seperti itu. Tolong kalian jangan bertengkar." Neneknya kembali pingsan. Rasya segera memeluk neneknya. Tasya mendorong jauh Rasya dari neneknya. 

"Biar aku aja! Cepet bukain pintu mobil kamu! Bawa nenek ke rumah sakit sekarang juga!" Tasya kembali membentak Rasya.

"Heh Rasya! Malah bengong. Cepetan bukain!" Rasya terkejut. Ia segera berlari menuju mobilnya dan membukakan pintu mobilnya. Tasya mencoba membopong neneknya sendiri. Tapi ia tidak bisa. Rasya berlari mencoba membantu, dan akhirnya neneknya bisa mereka bawa pergi ke rumah sakit. 

Saat didalam mobil pun Tasya menangis. "Nenek harus bertahan ya nek. Kalau nenek pergi. Aku sama siapa disini." Rasya sangat sedih melihat keadaan saudari kembarnya.

Setelah sampai di rumah sakit. Rasya menelfon ibundanya 

"Ibu.. nenek sedang berada di rumah sakit bu. Ibu cepet datang ke rumah sakit yang di Bandung ya bu.."
"Apa?! Bagaimana bisa hal itu terjadi?! Kamu disana sama siapa nak?"
"Aku disini sama Tasya bu.."
Tuuutt.. sambungan ditutup oleh Rasya. Ia berusaha mencoba menenangkan Tasya. Lagi-lagi Rasya di dorong agar menjauh dari Tasya. 

"Ini semua gara-gara kamu Rasya! Rasa benci aku sama kamu bertambah seratus kali lipat. Kalau nenek tidak selamat. Aku hidup disini sama siapa?!" Tasya kembali berteriak kepada Rasya. Rasya menangis. Ia tidak tahu salahnya dimana. 

"Kenapa kamu terus-terusan menyalahkan aku Tasya! Aku tidak tahu bahwa aku punya saudari kembar.." Rasya kesal karena terus menerus di salahkan. Akhirnya ia juga membentak Tasya. Dari jauh ibunda mereka melihat pertengkaran tersebut lantas segera berlari menghampiri kedua anaknya. 

"Kalian jangan bertengkar ibu mohon.. ini semua salah ibu.." Ibunda mereka pun berlutut dihadapan mereka. Rasya terkejut lantas segera membangunkan ibundanya. Sedangkan Tasya bersikap tidak peduli. Dokter pun keluar dari ruang IGD.

"Bagaimana keadaan nenek saya dok?" Tasya segera menghampiri dokter tersebut. 

"Maaf.. tapi kami sudah berusaha semaksimal mungkin untuk menyelamatkan nenek kamu." Hal itu adalah hal terakhir yang ingin Tasya dengar. Hari ini adalah hari dimana Tasya sangat terpukul. Tasya terduduk dilantai rumah sakit yang dingin. Ia menangis sejadi-jadinya. Kemudian Tasya pun tertawa. 

"Dokter pasti bercanda kan?" Tasya masih tertawa kemudian ia kembali menangis. Rasanya ia juga ingin menyusul neneknya. Ia tidak tahu harus hidup dengan siapa setelah ini.

"Tasya.. kamu jangan seperti ini sayang.. kamu bisa tinggal sama ibu, ayah, dan Raysa.." Ibundanya pun membangunkan Tasya. Kemudian Tasya memeluk ibunya. Sedangkan Rasya hanya diam terpaku di tempatnya. Entah apa yang ia harus lakukan.

"Ibu akan jelaskan semuanya kepada kalian berdua. Setelah kita semua di rumah ya." Setelah mengatakan itu, ibunda mereka pun pergi untuk mengurus administrasi rumah sakit. 

"Tasya. Aku mohon kamu jangan membenci aku.." Rasya memeluk Tasya dengan sangat erat. Sehingga saat Tasya akan kembali mendorong Rasya. Tasya tidak bisa melakukan hal tersebut. 

"Ayo cepat kita harus segera mengurus pemakaman nenek kalian. Kamu masih bisa menyetir kan Rasya?" Rasya mengangguk kemudian  mereka bertiga segera pergi meninggalkan rumah sakit.

Setelah sampai di pemakaman umum di Bandung. Pasya segera menghampiri ibunda Rasya, Rasya, dan Tasya. Ia segera memeluk orang yang ia kira adalah Rasya. Tasya terkejut. Kemudian ibunda mereka pun menyadarkan Pasya. 

"Pasya kamu salah orang nak. Yang kamu peluk adalah Tasya saudari kembar Rasya." Pasya segera melepaskan pelukannya. 

"Maaf aku kira kamu Rasya." Pasya tersenyum canggung merasa bersalah. 

Setelah pemakaman berakhir. Cuaca di Bandung pun mendadak mendung. Seakan tahu bahwa disini sedang berduka atas kepergian nenek mereka. 

"Tasya sekarang kita ke rumah nenek membereskan semua barang-barang kamu. Mulai sekarang kamu pindah ke Bogor. Ayah dan ibu janji akan menjelaskan semuanya nanti setelah sampai di Bogor." 

Sesampainya mereka semua di Bogor. Tasya akhirnya bisa merasakan bagaimana enaknya menjadi Rasya. Ia begitu terpesona melihat megahnya rumah orangtuanya. 

"Tasya, Rasya. Sini nak. Ibu akan menjelaskan semuanya." Tasya memandang sinis kepada Rasya. Ia masih saja membenci Rasya.

"Jadi sebenarnya kita semua tertimpa musibah pada saat kalian berumur 7 tahun. Rasya diculik, dan Tasya hampir saja meninggal karena berusaha menyelamatkan Rasya. Tasya di pukul sama penculik itu hingga Tasya kehilangan kesadaran dirinya selama satu bulan lebih. Begitupun dengan Rasya. Ia juga di pukul oleh penculik tersebut. Rasya di pukul di bagian kepalanya. Sehingga Rasya kadang lupa siapa nama orang-orang yang berada di dekatnya. Setelah Tasya sadar. Tasya dibawa ke rumah ini, namun Tasya mengalami trauma. Tasya selalu berteriak histeris saat melihat Rasya." Ibunda mereka pun tak kuasa melanjutkan ceritanya. Ia menangis memeluk suaminya mengingat bagaimana kejadian mengerikan yang terjadi sepuluh tahun lalu. 

"Ibu kalian terpukul karena kejadian tersebut. Sehingga ibu kalian harus di bawa ke psikiater. Ayah mohon sama kamu Tasya. Jangan membenci Rasya. Kamu dulu sangat menyayangi adikmu itu. Kamu selalu bertingkah seperti pahlawan untuk adikmu. Maafkan ibu dan ayah karena telah memisahkan kalian berdua. Tapi ini semua kami lakukan untuk melindungi kalian. Terutama Tasya. Karen Tasya sangat trauma dengan kejadian ini." Ayahanda mereka menjelaskan dengan mata yang berkaca-kaca.

"Kami tidak mau kehilangan kalian berdua." Ibunda mereka pun memeluk Rasya dan Tasya. 

Tasya kemudian mengingat sebagian kecil dari peristiwa tersebut. Ia berteriak ketakutan. Membuat Rasya, ibu, dan ayahnya khawatir.

"Tasya kamu tidak apa-apa?" Rasya menangis memeluk Tasya. Ia sangat menyayangi saudarinya itu.

"Ibu.. aku takut penculik itu datang lagi.." Tasya mengatakan hal tersebut dengan mulut yang bergetar. 

"Tidak sayang. Mereka sudah di penjara seumur hidup." Tasya menghembuskan nafas lega. Ia melihat Rasya.

"Maafkan aku Rasya.." akhirnya Tasya bisa menerima semua keadaan ini dengan lapang hati. 

"Aku yang sangat berterimakasih. Karena kamu sudah menyelamatkan hidupku." Mereka semua berpelukan. Hingga suara seseorang mengagetkan mereka semua. 

"Hai masih ingat dengan saya?" Gelak tawa orang tersebut memecahkan suasana haru yang ada di rumah tersebut. 

"Tidak! Mau apa kau datang kesini lagi hah?!" Ayahanda mereka pun segera melindungi keluarganya. 

"Hai Rizaldi. Lama tidak berjumpa. Wow anak-anakmu sekarang tumbuh menjadi wanita yang cantik seperti ibunya." Orang tersebut tersenyum miring. 

"Gilang saya mohon sama kamu. Jangan sakiti anak-anak saya." Ibunda merekapun berlutut memohon kepada laki-laki bernama Gilang tesebut. 

"Mengapa kau meninggalkan aku Raisa? Demi laki-laki ini? Kau mencampakkan aku begitu saja. Sepuluh tahun lalu saat aku ingin membalaskan dendamku gagal. Tapi sekarang ini tidak akan gagal lagi." Gelak tawa yang sangat keras dan menyeramkan terdengar lagi.

"Aku ingin membunuh suamimu." Suara tembakan pun terdengar. Membuat semua orang tersebut terkejut. Namun, bukan Rizaldi yang tertembak. Melainkan Rasya. 

"Rasya..! Kenapa kamu menghalangi saya!" Gilang terkejut karena ia salah sasaran. Ia pun melarikan diri. 

"Ras.. Rasya.." Tasya menangis. Ia tidak mau kehilangan keluarganya lagi. Rasya tersenyum. Sebelum akhirnya ia meninggal dunia.

"Ibuu.. Rasya.." Tasya menyesal. Karena pada saat bertemu Rasya. Tasya hanya bisa marah-marah kepadanya. Semoga Rasya bisa tenang di sana. Semoga ia ditempatkan disisi-Nya.

Setelah pemakaman Rasya selesai dilakukan. Pasya datang. Ia terpukul karena kehilangan orang yang sangat ia sayang. Bahkan ia sempat mengira kalau Tasya adalah Rasya.

"Bagaimana kalau kamu bertunangan dengan Tasya, Pasya apa kamu mau?" Ayahanda Tasya memberikan pertanyaan kepada Pasya. Pasya tersenyum sedih.

"Maaf om. Pasya tidak bisa menerima Tasya. Meskipun wajah mereka sama. Tapi Pasya tidak bisa. Maafkan aku Tasya." Pasya merasa belum bisa menerima kehadiran orang lain di hidupnya.

"Aku mengerti Pasya.." Tasya tersenyum maklum. Kemudian mereka semua pergi meninggalkan pekarangan pekuburan Rasya yang tepat di kuburkan di samping neneknya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun