Mohon tunggu...
Neng Yayas Ismayati
Neng Yayas Ismayati Mohon Tunggu... Guru - Menulis, menjejakkan sejarah

Seorang Ibu Guru Penulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Mami adalah Ibuku

24 Januari 2019   11:14 Diperbarui: 24 Januari 2019   14:46 37
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Disaksikan Mba Tuti dan Pak Dudung, sopir kami, Pak Dimas menceritakan banyak hal. Tentang pekerjaan  yang dirintis Mami hingga menjadi salah satu perusahaan tekstil terbesar di negeri ini, tentang kedermawanan Mami yang menjadi pelindung beberapa yayasan sosial, tentang aktivitas Mami di luar pekerjaannya. Terutama tentang perpustakaan-perpustakaan yang didirikannya untuk masyarakat di pemukiman miskin dan daerah terpencil. Itu semua sama sekali tak berarti apa-apa bagiku. Yang ingin aku tahu adalah dimana keberadaan Mami. Apa yang terjadi sama Mami? Kenapa mereka yang menjelaskan semua itu sama aku? Mami!

Kepalaku berdenyut, mulutku kelu, persendianku kebas, dan jantungku, entah sejak kapan seolah meloncat dari rongga dadaku. Tak kuasa menahan perasaan dan kabar yang kuterima selanjutnya tentang Mami, aku tak sadarkan diri.

"Nashchya Zahara Muntaqo anakku, maafkan Mami karena pergi dengan cara seperti ini. Semua ini Mami lakukan karena cinta Mami padamu begitu besar, hingga Mami tak kuasa untuk sekedar mengucapkan selamat tinggal. Dalam hidup Mami, hanya ada kamu, begitu pula kamu mengenal Mami kan? Hanya ada kita. Nayritta Zahara Muntaqo dan Nashchya Zahara Muntaqo. Saat kau terima pesan ini, kamu sudah tahu segalanya. Mami harap, mulai saat ini jangan kau pertanyakan apapun lagi. Milik Mami adalah milikmu, gunakanlah sebijak mungkin. Jalani hidupmu dengan baik. Lintasi segala angan dan mimpimu yang pernah kau ceritakan sama Mami. Tetaplah jadi Nashchya Zahara Muntaqo tanpa tanya. Kamu pasti sangat tahu, betapa besar cinta Mami padamu, walau Mami tak pernah melahirkanmu."***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun