Mohon tunggu...
Neng Yayas Ismayati
Neng Yayas Ismayati Mohon Tunggu... Guru - Menulis, menjejakkan sejarah

Seorang Ibu Guru Penulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Mami adalah Ibuku

24 Januari 2019   11:14 Diperbarui: 24 Januari 2019   14:46 37
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Maksudmu, Na?"

"Bagaimanapun, semua yang ada dalam cerita itu adalah tentang cinta dan pengorbanan. Kisah seorang Ibu yang tegar ingin menyelamatkan anaknya apapun bentuk caranya. Si adik, karena cinta jugalah rela manut pada permintaan orang tuanya. Walaupun konflik membingkainya. Yah begitulah cinta. Satu api padam, api yang lain menyala, kesakitan seseorang berkurang akibat penderitaan orang lain, begitu kata Shakespeare dalam Romeo dan Juliet.  Iya kan Cint?"

Kulirik Cinta disebelahku yang sudah terlempar jauh ke negeri mimpi.

"Cinta...Cinta."

***

Hari Minggu kuhabiskan di rumah. Sambil sesekali menggoda Mba Tuti, sesekali pula kubantu pekerjaannya, tanganku tak lepas dari buku. Matahari mulai terik saat kusadari sepanjang pagi aku belum bertemu Mami. Mba Tuti bilang Mami pergi sejak semalam dan belum pulang. Ke mana Mami? Tak biasanya malam minggu pergi sampai larut bahkan ini sudah berganti hari belum kelihatan batang hidungnya.

Menjelang tengah hari Mba Tuti memanggilku karena ada tamu yang ingin bertemu aku. Kok tumben, pikirku. Mana pernah ada orang dewasa mencari aku kecuali guru les yang diundang Mami khusus buatku.

"Selamat siang," sapa tamu itu.

Seorang laki-laki separuh baya dengan perempuan muda yang tidak begitu jauh usianya dari Mami.

"Maaf kami mengganggu aktivitas Nona siang ini. Perkenalkan Saya Dimas Suganda, pengacara ibu Nona dan ini Siti Fatimah sekretaris pribadi ibu Nona, Nayritta Zahara Muntaqo. Ada beberapa hal yang akan kami sampaikan kepada Nona Nashchya Zahara Muntaqo  tentang ibu Nona."

Ucapan laki-laki itu serentak melarikan detak jantungku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun