Mohon tunggu...
neneng salbiah
neneng salbiah Mohon Tunggu... Guru - Jika ada buku yang ingin kau baca, namun kau tak menemukannya, maka kaulah yang harus menulisnya!

Apa yang kamu lihat itu adalah berita. apa yang kamu rasakan itu adalah puisi dan apa yang kamu khayalkan itu adalah fiksi. saya berharap pembaca tidak menghakimi tulisan-tulisan yang ada di blog ini. karena saya penulis pemula. belum pandai dalam menata ide pokok cerita dalam sebuah paragraf yang sempurna. Seorang ibu rumah tangga yang sedang belajar menulis.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Jangan Di Baca

17 November 2024   13:08 Diperbarui: 17 November 2024   13:14 109
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Gadis tinggi semampai, rambut lurus sebahu, hidung mancung dengan bibir tipis, Busana casual ia kenakan pagi ini. Melenggang santai memasuki area kampus. Semua mata memandang terutama para pria yang selalu berusaha mendekatinya.

Mahasiswi IT tingkat akhir. Pendiam. Jenius sedikit misterius, tanpa mempedulikan orang sekitar ia terus berjalan menuju kantin di sudut kampus.

Ekor matanya menyapu setiap sudut kantin yang masih lengang, sebelum ia memilih tempat duduk di sudut ruang sisi jendela.

Ia mengeluarkan ponsel dari saku celana jeansnya. Membaca pesan sebentar, lalu membuka laptop. Deretan angka dan sandi memenuhi layar laptopnya, ia memeprhatikan dengan serius seraya jemari yang sibuk mengetik pada kybord.

Hanya kurang lebih 15 menit, ia menutup laptop dan bergegas keluar kampus.

"Beril...!!" Gadis itu menoleh ke arah suara, seorang laki-laki berjalan cepat ke arahnya.

"Ya... ada apa?" Nada bicaranya selalu dingin.

"Mau kemana? Jam segini sudah keluar kampus?" Silelaki bertanya, seraya melihat waktu di pergelangan tangannya.

"Lagi gak ada mata kuliah juga, sudah ya, aku ada urusan," ucapnya sambil membuka pintu mobil.

"Hei! Tunggu... dimana adikmu," Tanyanya lagi.

Beril hanya mengangkat bahu acuh lalu menghidupkan mesin mobil dan berlalu.

"Cantik... tapi aneh!" Umpat sang lelaki, dan melangkah menuju gedung kampus.

****

Para pelacak disebuah instansi pemerintahan terlihat sibuk. "Dia mengubah lokasi di setiap menit! Sulit di lacak!" Ucap salah seorang dari mereka, sambil kesepuluh jarinya sibuk mengetikan skrip.

"Terus cari dan temukan dia!" Seru sang pimpinan.

Sang pimpinan mendekat ke layar monitor. "Dia memang selalu mengubah posisi per menit, tapi lihatlah, jelas ia berpindah namun memiliki pola yang sama," ucapnya seraya menunjuk ke arah monitor.

"Jakarta, Teksas, New York, California."

"Jakarta! Perbesar...! Perbesar...! Cari alamat spesifikasinya."

"Kafe Senja, tepat di depan taman kota."

"Suruh anak buahmu bergerak! Cepat....! Cepat...!" Cakra memberikan intruksi dengan sangat tegas.

Penyergapan di sebuah kafe hari itu sedikit membuat keterkejutan sejumlah pengunjung tanpa terkecuali, gadis cantik yang sejak tadi berkutat dengan laptopnya.

"Jangan bergerak...!!"

"Sial...!!" Umpat gadis tersebut setelah beberapa orang laki-laki bertubuh kekar menghampirinya dan mendodongkan senjata. Ia menganggkat kedua tangannya, waktu beberapa detik tidak membuatnya bisa bergerak.

Gadis itu pun digelandang ke markas besar kepolosian, dengan kedua tangan yang di borgol.

"Senja Kaffe bukan yang tepat untukku, untung saja aku sudah menghapus semua skrip historry yang kugunakan, setidaknya lebih aman." Gumamnya dalam hati.

Sejak kedatangannya di senja Kaffe, Beril terlalu asik dan larut merentas server kepolisian, mencari nama sang adik yang sudah tertangkap beberapa bulan yang lalu.

Beril, terdiam diruang introgasi, duduk dihadapan komandan kepolisian yang terlihat geram.

Ia benar-benar mengutuk kejadian ini. Beril merasa telah melakukan kesalahan besar, karena telah memasukan identitasnya ke server kepolisian. Jaringan yang di gunakan pun bukan jaringan biasa. Identitas dan akun tidak bisa disembunyikan.

"Sebutkan namamu?"

Beril terlalu bersemangat untuk memebaskan sang adik dan menghapus data, hingga tidak memikirkan resiko besar yang akan di hadapi.

"Kamu bisu...!!" Bentak seorang polisi berpakaian bebas, seraya mengebrak meja. Karena Beril tidak mengeluarkan suara sejak tadi.

Beril bukan orang yang suka bicara di dunia nyata, ia merasa dunia nyata bukanlah dunianya. Dikucilkan, dianggap aneh. Namun di dunia maya Beril adalah sosok yang cerewet, aktif dan jenius.

Gadis yang besar di panti asuhan bersama sang adik, kejeniusan kedua gadis tersebut di manfaatkan untuk merentas beberapa perusahaan atas permintaan antar pesaing kolega bisnis. Dan mereka menerima imbalan yang sangat besar dalam setiap aksinya di dunia hacker.

"Beril," jawabnya singkat.

"Beril... Permata yang Bercahaya, nama yang bagus... sejak kapan kamu menjadi hacker?"

"Aku tidak memikirkan arti namaku, aku hanya script keddie amatiran."

"Dan kamu sudah meratakan server NAD di Jerman? FBI? Dan INTERPOL?"

Rupanya mereka telah mengantongi rekam digital Beril. Saat ia berada di Jerman beberapa bulan lalu, ketika ia dan adiknya di sewa perusahaan asing yang cukup besar disana. Kembali teringat di mana sang adik tertangkap saat di bandara waktu itu.

"Kau adalah ratunya hacker, Beril. Mafia besar dunia maya. Buronan kelas kakap yang licin."

Beril terdiam, menunduk dan memandang gelas kristal yang ada dihadapannya.

"Server facebook, google, semua sosmed, bahkan semua data pemerintahan yang berada dalam internet dan sangat rahasia, semua bisa anda kirim ulang dengan sangat mudah." Timpal komandan introgasi tersebut.

"Semua orang beranggapan bahwa, akun mereka aman, system yang mereka gunakan baik-baik saja. Padahal tidak ada akun yang aman juga tidak ada system yang baik-baik saja," ucap Beril, sambil memainkan gelas kristal dengan santai.

"Kau lebih pandai dari black hat profesonal, banyak hacker di luar sana hanya bisa memanjat pohon dan langsung di ketahui pemiliknya, sedangkan kamu? Bahkan bisa memetik buah dan dengan santai mengunyahnya, tanpa meninggalkan jejak apa lagi di ketahui pemiliknya."

Sang komandan mendekat kerah Beril, dan melemparkan catatan cybercrime dunia.

"Kau tahu, Beril? Seluruh polisi dunia kesulitan mencari pelaku semua kejahatan ini. dan sekarang kami menagkapmu, kau sungguh luar biasa, Beril...!"

Beril, menunduk. Membaca lembaran-lembaran itu.

penyerangan ke beberapa situs web, perusakan ekonomi hingga mencapai 1,4 milyar dolar, melumpuhkan 60 jaringan situs negara-negara eropa, produksi masal debit palsu,100.000 dolar perhari, pencurian data base 50.000 kartu kredit. Perentasan server CIA dan FBI.

Beril membaca dengan teliti lembar demi lembar kertas di tangannya.

"Ini fitnah!" Sentak Beril, dengan wajah protes.

"Identitas yang sama! Ip yang sama C3ryl. Kau menggunakan nama samaran C3ryl di dunia maya, Kan?"

"Aku tau siapa pelakunya, dia menggunakan identitasku untuk semua kejahatan ini. R3gon, dia bukan hanya bisa memakan buah dengan santai sepertiku. Akan tetapi, dia juga bisa mencabut pohon tanpa sepengetahuan pemiliknya," ucap Beril, seraya mendongakkan kepala dan mencengkram kuat kertas yang berada di tangan lalu membantingnya di atas meja.

"Apakah kau bisa menemukan R3gon?" Tantang komadan intrograsi dengan nada mengejek.

"Dan kau akan membebaskan adikku?" Beril, mulai menawarkan taruhan.

"Tidak! Kalian adalah mafia besar yang memiliki persengkokolan hebat. Kalian melakukan kejahatan-kejahatan di seluruh dunia, adikmu tertangkap! Sementara kamu? Kamu black hat profesional."

"ITU FITNAH...!! Kami hanya menggunakan satu nama, yang kami lakukan hanya merentas situs-situs perusahaan yang sedang bersaing dengan imbalan sesuai kesepakatan kerja. Banyak yang tidak suka dengan pekerjaan kami, lalu merentas identitas kami untuk melakukan semua kejahatan dan polisi mengaggap kamilah yang melakukan semua itu, hingga adikku tertangkap."

"Begini saja, aku bertaruh untuk menangkap R3gon, dan kalian membebaskan kami, jika anda menolak taruhan ini, aku bisa saja melporkan anda kepada atasan atau bahkan CIA, karena aku sudah merentas akunmu, maafkan aku!" Papar Beril yang kembali menawarkan taruhan dengan ancaman.

Seketika sang komandan tertegun dan gugup, memandang Beril dengan tajam, sekaligus berpikir cepat dengan kemungkinan yang akan terjadi, ia menghela napas pelan.

"Pak... pikirkan baik-baik, dengan menangkap mereka, Bapak akan terkenal dan mendapatkan penghrgaan, dan dianggap polisi paling smart dengan strategi, dapat menangkap buronan besar, tapi jika tidak.... Bapak akan di berhentikan dan terhina di depan banyak orang!" Sekali lagi, sang komandan menghela nafas lebih panjang.

Bersamaan dengan itu, tiba-tiba sirine tanda darurat meraung sangat kencang, semua panik, keadaan berubah seratus delapan puluh derajat.

"KITA SEMUA HARUS SEGERA KELUAR DARI GEDUNG INI, CEPAT!!!!" Seorang petugas berseru di pintu introgasi dengan raut wajah yang tegang.

"Seseorang telah memprogram dan mengaktifkan nuklir yang berada di bawah tanah gedung ini, waktu kita hanya lima belas menit!" Kembali orang itu berucap dengan panik.

"Tunggu, Pak." Beril menghentikan sang komandan.

"KAU MAU MATI!!!" Seru Komdanan itu keras dengan wajah yang cemas.

"Aku bisa menghentikannya. Jangan cemas, Pak, aku hanya butuh komputer," ucap Biril cepat.

"Ada di lantai dua, semoga beruntung!" Pak Komandan tersebut kembali berteiak, seraya berlari panik.

Beril segera berlari ke lantai dua, mengoprasikan PC Server administator kantor kepolisian pusat. Ia berpikir sejenak. MK28/B28, nuklir buatan AS yang dulu pernah di beli belnda. Namun, belum memperhitungkan pertimbangan mengapa mereka memendam nuklir itu. Sedikit sekali orang yang mengetahui hal ini.

Gadis itu menggelengkan kepala, tak habis pikir mengapa kantor kepolisian pusat mendirikan bangunan di atas nuklir terpendam yang masih bisa aktif kembali.

Beril berhasil masuk system. "Aku harus bisa menghapus dataku di kepolisian ini," gumamnya dalam hati. Ia mengetikan banyak skrip dan menghafal beberapa kata kunci.

Delapan menit berlalu. Kondisi kantor kepolisian sudah lengang, hanya tersisa beberapa orang yang masih berlari dengan kepanikan, gadis catik itu masih bersimpuh dengan jemari yang saling berbenturan di atas kybort komputer.

"Selamat datang Beril C3ryl angle..." Beril menatap layar monitor yang menyala dan mengngernyitkan kening.

"Kau gila! R3gon, kau benar-benar gila!"

"Kau tidak punya banyak waktu, Beril. Cepatlah keluar dari gedung itu, atau kau ingin menghapus jejakmu untuk selamanya?"

Beril, berpikir dengan cepat, ia harus benar-benar mematikan nuklir itu. Mengetikan banyak sekali skrip mencoba berbagai cara.

Dua menit berlalu, waktu masih tersisa delapan menit sebelum ledakan terjadi.

"R3gon. Benar-benar gila, demi menghapus jejak dia bisa melakukan ini. Nuklir yang sudah tidak bisa diaktifkan dengan cara manual, buronan kelas dunia itu mampu mengaktifkan dengan digital," gumam beril sambil terus berpikir dan bekerja. Keringat sudah membasahi tubuh, waktu semakin sempit.

"Yess!!! Aku mendapakan cara!" Serunya. Ia harus menghubungkan ke server belanda.

"Untuk masuk ke server belanda bukan hal mudah, lebih rumit dari server buatan indonesia, lalu bagaimana R3gon bisa mengaktifkannya? Benar-benar gila!" Umpat Beril.

"Kau benar-benar keras kepala, Beril!" R3gon tersenyum jahat di sana.

"Jangan di baca pesan itu, Kau tidak akan faham! fokus dengan skrip yang aku kirim ke server belanda!" Seru Beril pada Cakra, orang yang paling antusias menangkapnya kini ia datang menghampiri di saat nyawa yang akan menjadi taruhannya.

"Berisplah untuk mati kawan cantikku!" Kembali R3gon mengirim pesan.

"Jangan di baca, Cakra! Itu hanya pancingan agar kita membuka situsnya!" Kembali Beril merteriak.

Cakra melihat layar monitor besar yang bergantung di tembok, belanda telah menerima signal darurat dari indonesia.

Satu menit waktu tersisa. "Baiklah, hidup dan mati kita ditentukan kurang dari satu menit, kawan,' ucap Cakra, Berli hanya melirik sinis.

"BINGGO!!" teriak Berli. "Satu langkah lagi." Gumam Berli.

Dalam hitungan mundur nuklir akan meledak, Berli mengetikan skrip terakhir, skrip pamungkas.

Tiga detik terakhir. Beril mengirimkan file kepada R3gon dengan judul "JANGAN DI BACA" file akan di instal secara otomatis, dan siasat Beril berhasil dengan judul file itu justru membuat R3gon penasaran dan membuka filenya,

Bersamaan R3gon membuka file, semua identisa R3gon terlacak termasuk jenis komputer yang ia gunakan, terdengar R3gon berdecak kesal, nuklir pun mati. Beril dan Cakra berteriak sangat kencang dengan penuh kebanggaan.

"Kamu memang hicker bangsat! Beril selalu saja mengangguku!" pesan terakhir yang dikirm R3gon.

Semua kembali aman, mafia besar tertangap semua mengakui kehebatan sang komandan kepolisian.

"Kali ini seluruh dunia akan berterimakasih dengan Bapak," ucap Beril setelah semuanya aman.

"Kamu memang hicker luar biasa angel! Kami bangga, banyak catatan baik tentang kalian, yang baru kami terima." ucap sang Komandan.

"Kami hidup di panti asuhan, kami merasakan bagaimana orang-orang memandang kami di saat kami tidak memiliki apa-apa, karena itu, aku dan adikku memanfaatkan otak yang kami punya untuk mencari uang...uang dan uang..."

"Sekarang, kami sudah memliki segalanya, lebih dari cukup,' Beril dan adiknya pun pamit, mereka mendonasikan sebagian harta yang mereka punya untuk beberapa pondok pesantren, pembangunan masjid dan panti asuhan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun